#35

13.8K 1.7K 676
                                    

| RavAges, #35 | 4805 words |

MEREDITH TIDAK ikut bersama kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MEREDITH TIDAK ikut bersama kami. Gadis itu semata ditinggalkan di bungker kecil dalam gorong-gorong. Raios bilang ini semua untuk keselamatan pacarnya.

"Hanya ada satu kamar dan toilet di dalam sini," kataku terkejut saat mengintip ke dalam bungker itu—kecil, berbau pengharum ruangan yang terlalu menyengat, dan hanya ada sedikit panganan tersisa. "Kau akan meninggalkannya di sini?"

Saat Raios dan aku beradu pandang, bisa kurasakan semua mata tertuju ke arahku. Memang, kenekatan dan kebodohan itu berbeda tipis. Aku malah menantang Raios di saat hubungan kami hanya dijalin oleh benang tipis berlabel 'mutualisme' sebagai satu-satunya alasan Raios dan aku belum saling bunuh.

"Akan ada temanku yang datang dan menjemputnya," ungkap Raios. "Dia akan membawa Meredith ke tempat persembunyian lain."

"Siapa?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Laki-laki? Fervent?" terkaku. Karena Raios tidak kunjung menjawab, aku tahu terkaanku benar. Aku menggeleng dengan ngeri. "Dalam keadaan seperti ini, kau memercayakan Meredith—satu-satunya perempuan waras selain aku—kepada seorang laki-laki?"

Truck mengeluarkan suara terkekeh tajam menyindir. "Seksis."

"Kata orang yang ingin meninggalkanku di bawah reruntuhan karena aku perempuan," balasku. Aku berpaling dari para laki-laki. Kuulurkan tanganku kepada Meredith, mengajaknya keluar dari bungker sempit itu. "Kalau Raios tidak mau membawamu, aku yang akan melakukannya."

"Kau gila?" sahut Raios. Tangannya mencengkram bahuku, memaksaku berbalik. "Kau pikir aku akan membawa Meredith ke Kompleks Sentral? Mengantarnya langsung kepada orang-orang yang langsung akan menangkapnya?"

"Kita semua akan tertangkap jika ketahuan," tukasku.

Alatas mencoba menyela, "Leila—"

Namun, aku tidak bisa disela. "Bagaimana jika temanmu itu malah melakukan sesuatu kepadanya? Ya, baiklah, Meredith seorang Corona. Tapi, Peledak hanya aktif di tempat tertentu. Jika dia meledak di sini, dia juga ikut mati!"

"Leila," panggil Meredith. Tangannya menarikku sampai separuh badanku terjulur masuk ke dalam bungker. Gadis itu merengkuhku kuat. Tampak seperti pelukan, tetapi aku merasakan peringatan tajam darinya untuk tidak bicara lagi. Jarinya mencengkram bahuku. Bahkan tanpa semua respons fisiknya, aku bisa merasakan dengan jelas gadis itu ketakutan. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku akan baik-baik saja. Teman Raios bisa dipercaya."

Dia melepaskan pelukan kami, lalu buru-buru meraih tanganku. Dia tampak seperti sedang menyalamiku, tetapi aku bisa merasakan secarik kertas kecil yang ditekannya ke telapak tanganku. "Semoga kita bisa bertemu lagi. Kau teman yang baik, Leila."

Aku melirik sekilas ke tangannya yang gemetaran, kemudian mengangguk.

Aku menyingkir dari ambang pintu bungker dan membiarkan Raios memberi ciuman perpisahan kepada Meredith. Saat kulihat Raios tampak seperti ingin menyedot habis wajah gadis itu, kakiku nyaris melayang ke punggungnya. Aku ingin menginjak-injaknya.

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang