#86

5.3K 985 774
                                    

Maaf lama ;-;
Tapi selama apa pun, saya bakal selesaikan RavAges di wattpad kok ;-;

Dan ... ini dia. Flashback yang sudah di-gas banget oleh beberapa pembaca

You know who it is '-')b

| RavAges, #86 | 4959 words |

KALAUPUN DIA sudah mati, sudah terlambat buat kami mencari tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KALAUPUN DIA sudah mati, sudah terlambat buat kami mencari tahu.

Gedung bank itu sudah reyot dalam ditinggalkan saat kami mendatanginya, dan kini malah disusupi oleh para Fervent liar sementara kami mencari target. Asap hitam membumbung dari jendela lantai 3 yang diamuk tiga Fervent dewasa. Setengah dari lantai 1 sudah ambruk ke kolong parkir bawah tanah.

Kami malah terjepit di lantai 2.

Di belakangku, empat anak Fervent kisaran umur 7 sampai 9 tahun tersedu-sedu dan merengek hendak pulang, salah satunya bersikeras memasukkan kepalanya ke balik punggung sweter hitamku seolah-olah tindakan itu bisa membuatnya tak kasat mata. Di depanku, ketua regu kami tidak melakukan apa-apa selain berteriak-teriak dan menimpakan kesalahan pada wakilnya yang sudah mati.

"Gara-gara Phantom udik ini ketinggalan sabuk perkakasnya di sini!" Ketua Regu menendangi jasad wakilnya yang kepalanya terpuntir menghadap punggung. "Gara-gara kau kami terjebak di sini—kau dengar?!"

"Dia sudah mati." Aku memberitahunya.

"Aku bisa lihat itu—aku tidak buta!" Ketua Regu menudingku dengan telunjuknya, nyaris mencolokku di mata. "Kau gantikan posisinya. Nyalakan suar, kirim sinyal, dan siapkan tali tambang—kita turun lewat jendela!"

Mendengar itu, anggota lain makin berdesakkan di balik punggungku. Mada, yang sejak tadi berusaha masuk ke dalam bajuku, langsung berlari ke ambang jendela yang sudah tak berkaca, melongok ke bawah, lalu tergopoh-gopoh kembali untuk melapor, "Tapi, Ketua, kita terlalu tinggi!"

Ketua Regu menggertakkan giginya, sebelah kakinya terhentak, dan retaklah dua pilar terdekat. "Kau boleh tinggal di sini, akan kumasukkan namamu ke dalam daftar Yang Hilang dan Mati. Aku tidak peduli kalau kalau tertinggal, Mada—malah, lebih bagus! Menghemat waktu dan tenagaku untuk menghukummu karena memberi informasi yang kedaluwarsa."

Mada terpekik, "Tapi, Relevia itu memang ada di sini saat aku mengecek!"

"Tapi sudah tidak ada saat kita datang, 'kan?" Ketua Regu memelotot ke arahku. "Apa lagi yang kau tunggu? Lekas!"

Aku menyalakan suar dan mengirim tanda. Mobil van kami seharusnya sudah terparkir di depan gedung untuk menjemput kami. Sudah hampir fajar, dan cahaya kemerahan sudah tampak di kaki langit.

Seluruh anggota merapat ke arahku, mengabaikan Ketua Regu yang memaki agar mereka bersiap untuk serangan para Fervent yang akan datang lewat tangga.

"Di antara seluruh orang," omel Mada, matanya memelototi Ketua Regu, "kenapa harus Aziri yang Multi-fervent?! Kenapa harus dia yang jadi ketua?!"

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang