#62

8.7K 1.3K 229
                                    

| RavAges, #62 | 2226 words |

TRUCK TIDAK bisa berhenti memelototi Alatas saat mereka mendapati bahwa Erion melahap lebih banyak dari porsi makan keduanya digabungkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TRUCK TIDAK bisa berhenti memelototi Alatas saat mereka mendapati bahwa Erion melahap lebih banyak dari porsi makan keduanya digabungkan.

Ketiganya sedang berada di bawah naungan pohon ketapang yang sudah menguning, memakan sisa perbekalan. Walau aku melihat mereka, aku tak benar-benar berada di sana. Kurasa ini semacam fitur baru dari Brainware—aku masih menyadari bahwa aku adalah Leila, tetapi aku berada dalam ingatan Alatas, Truck, dan Erion sekaligus. Langit masih agak terang meski diselimuti awan mendung, yang artinya kubah buatan NC itu belum membentangkan langit malam abadi; ini kenangan mereka sebelum menemukanku. Mungkin baru beberapa waktu setelah mereka menyelamatkan Erion dari dalam brankas besi di sisa Pusat Karantina.

"Hanya seorang bocah, tidak makan banyak," sindir Truck, meniru perkataan yang pernah Alatas ucapkan saat mereka pertama kali menemukan Erion. "Anak ini punya perut bertingkat tiga yang muat untuk menelan dua kali porsi makan kita!"

"Dia hanya balas dendam," kata Alatas seraya mengusap puncak kepala Erion. Bocah itu sendiri tampak tak peduli dan terus menggasak sisa perbekalan mereka. "Dia pasti kurang makan di Pusat Karantina. Kau lihat badannya? Aku punya badan seperti Erion ini saat umurku 6 tahun, dan ... berapa umurmu sekarang, Dik?"

Dengan mulut terisi penuh, Erion meregangkan kesepuluh jari tangannya.

"Lihat? Dia masih butuh sekitar ... enam kali sehari makanan bergizi lagi selama setahun penuh untuk bertubuh sepertimu, Truck."

Erion mengangkat kepalanya. Mata cokelat Erion menelaah Truck dari kepala sampai kaki seolah mempertimbangkan ucapan Alatas barusan. Anak itu kemudian bergidik sendiri.

"Oke, mungkin ukuran badan Truck memang target yang kurang realistis."

Truck menyumpah, dan aku bisa melihat lirikan mata Erion. Sebelah alat bantu dengarnya masih berfungsi, dan dia tengah menyimak. Erion menyerap informasi seperti busa. Tampaknya, mulai sinilah anak itu mempelajari seni umpatan Truck.

Di tengah-tengah kegiatan mengunyah Erion, Truck meringis tiba-tiba. Laki-laki itu lantas terbungkuk dengan bertumpu pada lututnya.

Alatas memandanginya dengan cemas. "Masih?"

"Ya. Aku akan ... jalan sebentar," kata Truck seraya mencoba berdiri tegak. "Meregangkan badan, sekalian memeriksa keadaan."

"Ini sudah sekitar 5 bulan sejak kita terakhir kali makan obat itu—semestinya efeknya sudah berhenti, 'kan?" tanya Alatas.

Truck melirik temannya. "Kau sendiri? 5 bulan—dan kau masih belum tidur sedetik pun."

"Tapi, demamnya sudah berhenti dan lebam-lebam aneh itu sudah hilang," kata Alatas seraya menggulung lengan jaketnya, menampakkan bekas kemerahan samar, nyaris ungu. "Efek insomnia dan warna mataku barangkali butuh bertahun-tahun."

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang