#53

9.6K 1.5K 769
                                    

Psst!

Kalo ada typo, kalimat aneh, plot hole, dan anu-anuan lainnya
bilang-bilang yah
'-')/


| RavAges, #53 | 3769 words |

SAAT ALATAS membangunkanku, pipiku sudah basah oleh air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAAT ALATAS membangunkanku, pipiku sudah basah oleh air mata. Rasanya sesak saat rindu itu memuncak. Dalam mimpi dan saat pertama bangun pun aku langsung teringat dua hal: aku baru bertemu ayahku, lalu kehilangannya.

"Kita harus bersiap pergi sekarang," kata Alatas lembut. Ibu jarinya bergerak mengusap wajahku. "Kau bisa bangun? Mau kugendong?"

"Jangan cari kesempatan, Alatas." Suaraku terdengar lemah dan parau, tetapi Alatas tetap mundur dengan kedua tangan terangkat sejajar bahu seolah kutodong pistol. Padahal, dialah yang tengah menyandang senjata api di sini.

Erion membantu mengompres wajahku yang bengkak sementara Truck membereskan barang-barang dan menghapus jejak kehadiran kami sebaik mungkin dari gang itu. Kami lantas menyelinap ke bagian belakang toko roti yang, Alatas janjikan, orang-orangnya akan membantu kami keluar dari sarang Steeler. Bau besi di mana-mana. Toko roti itu sendiri berupa sebuah ruko logam empat tingkat berpalang baja bertuliskan 'Molybdenum Bakery' yang menyala-nyala warna neon.

"Alatas!" Seorang wanita berdaster bunga-bunga menyambut kami di pintu belakang. Dia memberi Alatas pelukan yang bisa saja meremukkan rusuk pemuda itu. Alatas memanggilnya 'Marin'.

Marin selebar Truck, tetapi lebih pendek sekepala dariku. Wajahnya tembam kemerahan, seperti terlalu sering terpapar hawa minyak panas. Dan gara-gara cerita rayuan Truck, mau tak mau aku sungguhan mengasosiasikannya dengan bakpau.

Meski tubuhnya begitu subur sampai lehernya tidak kelihatan, Marin tidak tampak semenyeramkan Steeler lain. Dia ramah, senyumnya mencapai matanya. Dia mungkin baru awalan 30. Biasanya aku benar kalau menaksir umur orang—kecuali Alatas dan Truck, yang barangkali jiwanya tertukar saat mereka dilahirkan.

Kedua mata Marin cokelat gelap, sementara semua pekerjanya yang lalu lalang, kuperhatikan, memiliki warna mata yang beda sebelah. Tentu Marin sudah melampaui umur 25 saat dia mengonsumsi obat-obatan penihil Fervor itu.

"Oh, siapa ini?" Marin mendekati Erion dengan sikap gemas sampai membuat anak itu berjengit mundur, tetapi Marin telanjur menangkapnya. Sembari mencubiti pipi Erion, Marin mengerling jail ke Alatas, "Bukan anakmu, 'kan?"

Alatas terkekeh pelan. "Adik."

Sembari membenarkan alat bantu dengarnya, Erion memutar bola matanya. Kalau saja mereka dengar, aku bakal memanggil Alatas 'Daddy'.

Dan, Truck jadi mommy-nya? Aku membatin geli.

Erion berpikir sejenak, lalu mengedikkan bahu. Truck lebih seperti Mommy tiri. Kau saja yang jadi Mommy asli.

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang