Epilog

1.5K 122 29
                                    

Iqbaal berdiri di tengah-tengah ruang tamu di rumahnya dengan tubuh yang menegang. Sudah sejak beberapa menit ia berdiri di sana tanpa melakukan apa-apa dan hanya menatap. Menatap apa-apa saja yang telah berlalu dan tidak akan pernah kembali. Setiap inci rumah ini mengingatkannya pada (namakamu), wanita yang dicintainya yang sudah tidak ada lagi di dunia. Wanita itu telah pergi membawa begitu banyak kenangan yang pernah mereka lalui selama hidup bersama, meninggalkan Iqbaal hanya bersama dirinya, seonggok tubuh yang tak lagi memiliki jiwa. Siapa yang ada di dalam tubuh itu? Kini tak lagi di kenali.

Sejak kematian (namakamu), Iqbaal tidak lagi sama. Setelah hari itu Iqbaal berubah drastis. Laki-laki itu berhenti berbicara pada semua orang, bahkan ia tidak merawat anaknya. Iqbaal terjebak dalam kenangan di rumah yang hangat itu bersama (namakamu) dan tidak pernah membiarkan satu orang pun ikut masuk ke dalamnya, pun Laut, anaknya.

Iqbaal tetap ada di sana. Ia masih tidur di tempat tidur yang sama, hanya saja kini tidak ada lagi (namakamu) di sampingnya. Iqbaal masih berangkat kerja ke kantor, hanya saja kini tidak ada lagi (namakamu) yang memasangkan dasi untuknya, Iqbaal masih makan di meja makan, hanya saja kini kursi di depannya kosong tak berpenghuni, Iqbaal masih duduk di sana di depan televisi, hanya saja tidak ada (namakamu) yang bersandar di dadanya.

Iqbaal mengulang semua aktifitas nya itu hari demi hari hanya untuk semakin menyiksa dirinya. Tubuh Iqbaal yang dulu berisi, tegap, tinggi dan segar, kini tak ubahnya lebih dari seonggok tulang yang di balut kulit, matanya telah redup sinarnya telah mati, punggungnya telah membungkuk karena tak sanggup menahan setiap beban yang di sanggahnya hari demi hari yang kian berat.

Laki-laki itu masih hidup, masih bernafas namun tak lagi bekerja sebagaimana mestinya, tak lagi bergerak seperti sedia kala. Ada bagian yang telah mati, lenyap dan tak akan bisa hidupkan kembali karena bagian itu tempat dimana Iqbaal meletakkan (namakamu) berada di dalam dirinya. Bagian yang hanya ada (namakamu) di dalamnya.

Cintanya, cinta sejatinya, dunianya, kini telah pergi.

Pandangan Iqbaal mulai mengabur seiring dengan di lihatnya bayangan wanita itu muncul. Wanita itu bergerak dari balik pintu kamar. Seketika Iqbaal terguncang, seluruh kesadarannya di pukul dengan keras. Wanita itu berjalan mendekati nya sambil menguncir rambut, sepertinya ia baru terbangun dari tidurnya. Ah, lihat betapa cantiknya dia meski hanya tinggal bayangan?

Saat melihat ke arahnya, wanita itu langsung tersenyum. Senyumnya yang masih sama senyumnya tidak berubah. "Iqbaal?" Suara itu datang begitu saja dari tempat yang begitu jauh asalnya, Iqbaal tahu tempat itu tidak akan pernah bisa di jangkau tapi Iqbaal membalasnya, laki-laki itu ikut tersenyum dan meraih tangan cantik wanita itu terulur ke hadapannya. Berharap sedikit saja ada keajaiban yang mengembalikan wanita ini ke dunia. 

Semuanya tiba-tiba terulang begitu saja. Iqbaal melihat kembali dirinya di suatu pagi, hari pertama setelah (namakamu) kembali ke rumah dan membuatkan Iqbaal kopi untuk pertama kalinya.

"Ini kopi?" Tanya Iqbaal dengan wajah bodoh namun (namakamu) tetap menjawabnya.

Tangis Iqbaal tak lagi di bendung, kenangan itu terus bergerak, kenangan itu terus terputar seperti roll film rusak yang bekerja dengan sialan, mengembalikan Iqbaal pada kenangan kenangan yang telah lalu. Menarik Iqbaal pada setiap rutinitas paginya bersama (namakamu). Di suatu waktu ia tiba di sana, ketika (namakamu) berlari mengejarnya sambil berteriak kencang. Lalu Iqbaal kembali terlempar saat mereka sedang makan bersama sambil bercerita banyak hal, menonton televisi bersama, membersihkan rumah bersama-sama. Ah, hampir semuanya Iqbaal dan (namakamu) lakukan bersama.

Yang terakhir, Iqbaal berdiri di ruangan itu, menunggu (namakamu) hingga akhirnya wanita itu datang. Iqbaal mengajak nya berdansa, satu-satunya permintaan (namakamu) selama wanita itu mengandung anaknya. Satu-satunya permintaan (namakamu) yang Iqbaal kabulkan karena saat itu Iqbaal sama sekali tidak tahu jika itu adalah saat-saat terakhirnya melihat (namakamu), saat saat terakhirnya memeluk wanita itu.

"Jangan nangis.." bayangan wanita itu masih ada di hadapannya, saat jarinya mengusap lembut pipi Iqbaal yang kini telah berair. Iqbaal berusaha menatapnya dari balik bening yang menyelimuti matanya.

"Kenapa kamu pergi (nam)? Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ninggalin aku (nam)?" Iqbaal terguncang. Tangisnya pecah saat itu juga. Kedua bahunya yang ringkih bergerak tak seirama dengan hebat.

Cinta yang di milikinya terlampau besar, cinta yang di simpannya terlalu hebat dan seumur hidup hanya pada (namakamu) Iqbaal ingin melabuhkan cintanya. Hanya pada wanita itu Iqbaal ingin memberikan seluruh perasaannya, cinta dan kasih sayangnya. Namun kini wanita itu telah pergi, wanita itu tidak ada lagi di dunia ini.

Iqbaal akhirnya jatuh terduduk di lantai. Air mata yang tidak ada habisnya itu semakin mengalir deras membasahi wajahnya. "(Namakamu)..." Perlahan tangannya meremas selembar kertas yang baru di berikan Steffy padanya. Selembar kertas berisi coretan tulisan tangan (namakamu) saat wanita itu masih hidup.

Untuk Iqbaal Dhiafakhri, kekasih ku, suamiku,

Saat kamu baca surat ini, aku mungkin sudah tidak ada di dunia ini. Kamu boleh sedih, kamu boleh menangis, tapi jangan lama-lama. Kamu harus bangkit, segeralah mulai aktivitas mu kembali seperti dulu. 

Aku tahu akan sulit bagimu untuk menerima kenyataan bahwa kini aku tidak lagi di sampingmu, tidak lagi bersama mu, tidak lagi bisa kau lihat. Aku tahu kau adalah laki laki paling tulus yang ada di dunia ini, ketika sudah mencintai kau memberikan seluruh hatimu, maka aku mengerti kamu pasti hancur atas kehilangan diriku. Tetapi izinkan aku mengatakan ini,

Terima kasih sudah mencintai aku setulus hatimu, terima kasih karena selama ini kamu sudah sabar bersitahan dengan rasa sakit yang entah batasnya. Terima kasih sudah melewati semua rasa sakit ini tanpa pernah mengeluh. Menunggu tanpa pernah menuntut, memberi tanpa pernah meminta balasan, kamu adalah laki-laki terhebat yang pernah tuhan hadirkan di hidupku. Yakin lah bahwa aku akan selalu mencintaimu, aku akan selalu mendampingi mu meski tak lagi di samping mu.

Segera lah bangkit dan jalani kehidupan mu, jangan hidup di masa lalu, di saat aku masih ada. Jangan terjebak pada kenangan yang membuatmu tidak bisa meneruskan hidupmu. Ada atau tanpa diriku, hidupmu harus tetap berjalan. Bertemu seorang gadis, mencintai nya, berkencan, kemudian menikah tak berarti kamu berpaling dari aku. Kenang lah aku hanya sebatas kisah yang sudah berlalu, kisah yang menutup lembaran lamamu, hanya sebatas itu jangan berlebih.

Cintai anak kita, Laut. Karena dia, akhirnya aku bisa membalas cintamu dengan sama besar. Benar, selama ini aku selalu merasa kurang dalam membalas cintamu, karena itu aku ingin melahirkan dia, supaya aku bisa membuktikan padamu bahwa aku juga mencintaimu sebesar kau mencintaiku. Jangan menyesali yang sudah berlalu, hidup lah bersama Laut. Cintai dia seperti kamu mencintai aku dulu karena aku akan terus hidup dalam diri anak kita.

Suatu hari, percayalah kita akan bertemu lagi. Yakin lah perpisahan ini hanya sementara dan kita akan segera bertemu lagi jika sudah waktunya.

Surat itu, surat terakhir yang di tulis (namakamu) untuk Iqbaal, bekerja seperti mantra yang membekukan Iqbaal, dalam putaran waktu saat terakhirnya bersama (namakamu).

Iqbaal mungkin masih menjalani hidup nya seperti dulu, namun semua orang tahu jika laki-laki itu juga sedang menunggu waktu kematiannya. Waktunya untuk bisa bertemu dengan (namakamu) lagi.

After Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang