Part 5

1.2K 133 0
                                    

"Bro, santai dong tegang amat sih!"

Tepukan di bahunya itu malah membuat Iqbaal terlonjak saking kagetnya. Ia memang tidak fokus pada sekelilingnya sehingga tidak menyadari kehadiran Bastian yang baru kembali dari meja bar dengan membawa sebotol vodka.

Iqbaal mengelus dadanya. Benar kata Bastian, ia memang tegang sejak tadi tanpa ia sadari. "Gue kaget, untung gak ada riwayat penyakit jantung gue!"

"Lagian serius amat lo ngeliatin tuh cewek, kenapa sih? Mulai suka?" Bastian menyulut sebatang rokok.

"Enggak!" Bantah Iqbaal terlalu keras sehingga membuat Bastian mengangkat kedua alisnya tinggi. Iqbaal mengusap wajahnya dengan kasar dan. "Enggak sumpah gue nggak suka sama cewek nyablak itu!"

Bastian tersenyum miring dan manggut-manggut. "Oke lo nggak suka. Kalo lo suka gue tinggal kasih lo pilihan mudah, mau di gantung apa di lelepin ke laut?"

Iqbaal meneguk ludah pahit. "Lo bantuin gue ngapa," ucapnya seraya menyandarkan tubuh dengan lesu. Ia sudah tidak tahan melihat perempuan itu yang terus saja menenggak minuman keras dan tertawa cekikikan bersama temannya, terlebih lagi dalam keadaan seperti itu ia tidak menyadari kehadiran para lelaki hidung belang yang terus beredar di sekitarnya dan mencuri-curi kesempatan untuk menyentuh tubuhnya!

Demi tuhan Iqbaal benar benar panas melihatnya!

"(Namakamu) sebenernya ada hubungan apaan sih sama si Al?" Tanya Bastian tiba tiba setelah menghembuskan asap rokoknya.

Iqbaal tersentak begitu nama Aldi di sebutkan. "Emang kenapa?"

"Tuh, pake acara nyusulin segala,"

Iqbaal membalikkan tubuhnya lagi dan menatap ke meja (namakamu). Jika ia bisa diam saja dari tadi dan hanya mengawasi dari jauh maka sekarang tidak lagi. Iqbaal tanpa sadar mendapati dirinya sudah berjalan ke arah (namakamu) berada. Tepat sebelum Aldi menarik tubuh perempuan itu ke pelukannya.

"(Namakamu)!" Suara Iqbaal yang terdengar tegas tidak hanya mengagetkan (namakamu) melainkan Aldi, Steffy dan beberapa karyawan lain juga seorang pria yang sejak tadi menciumi leher Steffy.

(Namakamu) mengerjap beberapa kali. "Iq...baal?? Kok lo ada disini sih?" Perempuan itu memegangi kepalanya.

Iqbaal tidak menghiraukan dan langsung menarik lengan perempuan itu begitu saja. Tanpa berpamitan pada Aldi yang termasuk ke dalam orang yang seharusnya ia hormati. Tapi hey, mereka sedang tidak kantor kan? Jadi Iqbaal merasa posisi mereka sejajar sekarang.

"Iqbaal," suara (namakamu) terdengar seperti rengekan tetapi Iqbaal tidak menghiraukannya.

"Iqbaal! Gue nggak mau pulang!" Ucap perempuan itu lebih keras.

Siapa juga yang akan membawanya pulang? Lagipula Iqbaal tidak mau kepalanya di penggal Om Mario jika ia membawa anak perempuannya dalam keadaan mabuk. "(Namakamu).." Iqbaal segera menggertakan gigi. "Lo harus berterimakasih ke gue setelah ini," ia melirik perempuan teler di sampingnya itu dan menyeringai dengan aneh.

**

Pagi ini matahari sedang bersemangat bersinar. Entah sudah pukul berapa sekarang ini cahaya yang menyengat terasa menusuk kelopak mata perempuan ini. Melalui celah-celah jendela, cahaya itu berhasil menyelinap masuk dengan cerdiknya membuat suasana kamar yang tadinya tampak gelap menjadi sedikit lebih terang.

(Namakamu) mengerang pelan dalam tidurnya. Kepalanya mulai terasa seperti tersengat lebah saat ia mencoba membuka mata. Rasanya ia tidur sudah begitu lama atau karena kasurnya yang terlalu nyaman sehingga membuat tidurnya begitu pulas? Tunggu. Kasur?

(Namakamu) menegakkan kepalanya dan tertegun. Ia memang tertidur di atas kasur tapi kepalanya berada di atas dada bidang seorang laki laki yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Lalu ia menunduk melihat keadaannya sendiri. Ia tercengang! Bagaimana bisa ia hanya memakai tangtop hitam? Pakaian dalamnya yang kemarin malam ia kenakan.

(Namakamu) menyusuri lengan kokoh yang melingkari pinggangnya dengan posesif sehingga membuatnya merasa terbebani. Dua detik kemudian perempuan itu sadar. Seolah mendapatkan ingatannya kembali secepat kilat. Ia mengingat semuanya dengan jelas dan detik berikutnya.

"HUWAAAAA!!! IQBAAAAALLLL! WHAT THE HELL ARE YOU FUCKING DOING!!!!???"

(Namakamu) melompat dari kasur menjauhi Iqbaal tepat saat laki laki itu mengerang karena tidurnya terganggu. Iqbaal menegakkan punggung sambil mengucek matanya. "Kenapa sih (namakamu)? Bisa nggak lo nggak teriak teriak kayak gitu? Gimana kalo orang di kamar sebelah denger terus ngira yang aneh aneh?"

"Harusnya gue yang tanya! Kenapa gue bisa disini sama lo?! Kenapa juga lo telanjang dada dan gue cuma pake..."

(Namakamu) mengatupkan bibirnya dan memandang Iqbaal. Laki laki itu juga memandang nya untuk beberapa saat. (Namakamu) meneguk ludah. Tiba tiba wajahnya memucat.

"Apa kita udah...kita...ngelakuin??"

"Ngelakuin apa?" Tanya Iqbaal dengan wajah polosnya.

(Namakamu) mendecak. "Ngelakuin itu baal!"

"Make love maksud lo?" Iqbaal membenarkan kalimat (namakamu) dengan gamblang. (Namakamu) menganggukkan kepala tiga kali dengan bodoh.

"BHUUAHAHAHA!!!" tawa Iqbaal berderai kencang membuat (namakamu) menatap laki laki itu kebingungan. Apa sih yang lucu hingga Iqbaal harus tertawa sebahagia itu? Laki-laki idiot.

"Lo jangan mikir yang aneh aneh! Mana mungkin gue mau tidur sama lo, nggak ada bagian dari tubuh lo yang menggoda gue tau!" Ucap Iqbaal seraya mengusap sudut matanya yang berair.

Wajah (namakamu) merah padam mendengar kalimat Iqbaal. Harusnya ia tau Iqbaal akan mengatakan hal itu. Geram, perempuan itu meraih salah satu bantal dan mulai memukuli wajah Iqbaal dengan brutal.

"HHHH GUE PEN BUNUH LO TAU NGGAK?!!!"

"Aahh!! Ampun mbak tepos! Jangan bunuh gue! Ampun gue takut!"

(Namakamu) semakin kalap. "IQBAAAAALLLL!!!!!"

"HAHAHAHAHAAHAHAH~"

**

"Woy monyong tungguin gue ngapa!" Iqbaal mengerutkan dahinya heran saat ia melihat (namakamu) hanya berdiri membatu di pinggir jalan. Iqbaal segera menghampirinya dan seketika memucat. Gawat!

Kini keduanya sama sama membatu di tempat dengan jantung sama sama berdegup kencang tak karuan. Seorang pria paruh baya berjalan cepat menghampiri keduanya, tangannya menenteng sebuah tas plastik dengan logo salah merek toko roti terkenal, toko yang letaknya kebetulan persis berada tepat di samping gedung hotel yang Iqbaal dan (namakamu) inapi semalam. Baru saja membelikan pesanan sang istri, tanpa di duga ia malah bertemu dengan kedua anak ini.

"Kalian berdua.." Herry menatap Iqbaal dan (namakamu) bergantian dengan mata yang berkilat tajam. "Cepat pulang ke rumah! Dan jangan sampai ayah mendengar kabar buruk dari mulut kalian!" Pria itu mengeraskan rahangnya saat berbalik, berderap ke mobilnya yang terparkir di depan JCo.

(Namakamu) merasa kedua lutut lemas dan sudah akan jatuh ke aspal jika saja Iqbaal tidak menyanggah bahunya. (Namakamu) menoleh ke arah laki laki itu dengan tatapan putus asa.

"Gimana nih baal?" Tanya perempuan itu memelas. "Pasti mereka nggak bakal percaya sama cerita kita! Dan gue nggak mau ngaku juga kalo habis minum minum,"

Iqbaal menghela napas. (Namakamu) tidak mau kena semprot tapi juga tidak mau mengaku yang sebenarnya. Lalu ia menimpakan segalanya pada Iqbaal, agar Iqbaal saja yang pusing memikirkan cerita kebohongan seperti apa yang akan mereka berikan nanti di hadapan kedua orang tua masing-masing.

"Berarti pilihannya tinggal satu, menikah!" Kata Iqbaal tandas.

*

After Marriage Where stories live. Discover now