Part 29

1K 133 6
                                    

"Saya mau berhenti bekerja."

Seroang laki-laki dengan paras tampan dengan wajah berkharisma dan memiliki aura pemimpin itu menatap balik karyawati yang diam-diam ia sukai selama beberapa tahun terakhir namun tidak pernah menggubris nya itu. Tidak ada yang lebih menyedihkan dari di tolak seorang wanita hanya karena dirinya adalah seorang atasan di tempat wanita itu bekerja.

Memangnya apa yang salah dengan jabatannya itu? Apakah Aldi harus turun pangkat supaya wanita ini mau menerimanya?

"Kenapa?" Aldi menautkan kesepuluh jari-jarinya dan memejamkan mata.

"Itu.. karena alasan pribadi,"

"Ada alasan lain yang bisa aku dengar?"

"Karena saya sudah bekerja cukup lama dan sekarang saya merasa sudah saatnya berhenti,"

"Kamu tidak berencana... Menghindar dari aku kan (namakamu)?"

(Namakamu) menghela napas. Sikap formal yang sejak tadi membuat bahunya kaku itu mulai luntur berganti dengan sikap yang biasa ia tunjukkan di depan Aldi. "Menghindar dari kamu? Enggak kok."

"Terus kenapa berhenti?" Kejar Aldi lagi.

"Aku udah bilang kan itu untuk alasan pribadi?"

"Aku nggak menerima alasan semacam itu,"

"Aku tetap bakal berhenti." Kata (namakamu) kekeuh.

Aldi menatap perempuan itu dengan sepasang matanya dan sebelah alis naik ke atas. Bagaimana ia bisa lupa jika (namakamu) adalah perempuan yang keras kepala?

*

Meja itu hanya berjarak tujuh meter dari meja yang ia duduki saat ini. Dari apa yang dia lihat kedua makhluk yang baru saja akhirnya meresmikan hubungan mereka itu tampak bahagia. Di perempuan baru saja dengan antusias mengeluarkan sebuah kotak bekal, penutupnya ia buka menampakkan masakan yang di buatnya sepanjang pagi ini sebelum ke kantor.

Layaknya seorang istri yang perhatian, ia menyendok makanan itu kemudian mengarahkannya ke hadapan mulut laki-laki di depannya. Si laki-laki memakannya tampak menikmati masakan yang di buat oleh kekasihnya kemudian ia tersenyum dan mengangguk, memuji rasa masakan yang di buatkan perempuannya barang kali ia juga mengatakan jika ia rencana pernikahan mereka ke depannya.

(Namakamu) mengalihkan pandangannya dan menghela napas. Pemandangan itu cukup membuat dadanya sesak ia tidak perlu menebak-nebak apa yang tengah di bicarakan Iqbaal dan Bella.

Suara derit kaki kursi yang ditarik ke belakang membuat perempuan itu kembali menengadahkan kepalanya. (Namakamu) menatap satu persatu temannya yang tiba-tiba berdatangan ke meja. Mulai dari Farid dan Okta dari divisi keuangan, sampai Mbak Gita lengkap dengan suaminya---mas Arga berhasil di bawa Steffy untuk di ajak makan di meja mereka siang ini. (Namakamu) yang di buat kebingungan hanya bisa pasrah dan meringis saat terpaksa duduk berhimpitan di antara Farid dan Okta.

"Hai (nam), kemana aja lo nggak pernah kelihatan?" Okta yang pertama kali menyapanya.

"Ngg.. gue sakit ta," (namakamu) mengarang jawaban.

"Loh Steffy bilang lo ke rumah nenek lo?"

Tatapan tajam (namakamu) langsung beradu pandang dengan sepasang manik Steffy. Bibirnya bergerak-gerak samar seperti mengatakan umpatan tanpa suara yang hanya di mengerti Steffy.

"Iya maksudnya gue sakit terus di bawa ke rumah nenek gue gitu hehe," (namakamu) menyengir bodoh. Di bawah meja kakinya berusaha menggapai kaki Steffy untuk memberi temannya itu pelajaran.

After Marriage Where stories live. Discover now