Part 33

1.1K 134 11
                                    

(Namakamu) mengeluarkan gaun yang di belinya sore ini bersama Steffy. Memastikan sekali lagi jika gaun itu 'pantas' untuk ia kenakan nanti. Setelah mengamati beberapa saat gaun itu, (namakamu) meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh darinya dan membuka isi galeri foto, mencari foto curian konsep pernikahan Farid dan Okta nanti.

Tak berapa lama perempuan itu di buat ternganga. Ini hanya konsep belum sepenuhnya jadi dan (namakamu) hampir tidak bisa membayangkan akan seberapa mewahnya pernikahan kedua temannya nanti.

"Buat ke nikahannya Okta sama Farid?" Tanya Iqbaal yang sejak tadi duduk di atas kasur dan memeluk boneka beruang milik (namakamu).

(Namakamu) menoleh sekilas lalu mengangguk. "Mm-hm," melihat Iqbaal yang tampak begitu akrab dengan bonekanya membuatnya nyaris mencibir laki-laki itu. Seingatnya dulu Iqbaal sempat membully boneka tak berdosa itu bahkan menendangnya sampai tersungkur ke lantai.

"Rencana nya lo mau ke sana sama siapa?" Iqbaal tiba-tiba merasa miris, padahal pertanyaan seperti itu seharusnya tidak perlu di tanyakan lagi jika saja ia dan (namakamu) memiliki hubungan yang lebih 'sehat'. Jika saja... Ah Iqbaal terlalu banyak berandai.

"Sama Steffy." Jawab (namakamu).

"Pffftttt," suara cekikikan yang tertahan.

(Namakamu) kembali melirik Iqbaal lewat sudut mata, kali ini dengan lirikan tajam. "Masalah buat lo?"

"Nggak sih," Iqbaal menjawab dengan santai. Jujur ia merasa (namakamu) sebaiknya memang datang bersama Steffy, bukannya Aldi. "Bos lo nggak ikut?"

"Ngapain nanya-nanya bos gue? Kangen?"

"Gue kangen salah satu pegawainya,"

(Namakamu) mencibir.

"Lo nggak mau pergi sama gue?"

"Enggak."

"Gue juga di undang loh, jadi kalo lo mengira gue nggak di undang dan akan membuat lo malu karena gue bakal di tangkap sebagai tamu tak di undang maka lo bisa tenang. Dua anak sultan itu temen sekantor gue juga,"

"Gue tau."

"Jadi? Dateng sama gue ya ya ya ya?"

(Namakamu) tidak menjawab. perempuan itu malah sibuk memainkan ponselnya dan mengabaikan sepenuhnya keberadaan Iqbaal.

Di atas tempat tidur, Iqbaal mendengus geram. Kebetulan Iqbaal bukan laki-laki penyabar dan sangat menyukai action. Ketimbang mengoceh panjang lebar yang hanya akan jadi desahan angin sia-sia di telinga (namakamu), Iqbaal memutuskan bangkit dari kasur dan menghampiri perempuan itu. Di sambar nya ponsel sialan yang membuat (namakamu) mengabaikannya.

"Lagi chat sama siapa sih serius amat," lalu Iqbaal mulai menjelajahi isi ponsel (namakamu) tanpa permisi.

(Namakamu) mendecak. Segera sebuah bantal melayang ke perut laki-laki itu. Baru saja ia mengira jika Iqbaal sudah berubah namun ternyata laki-laki itu masih sama, ia masih Iqbaal yang menyebalkan yang membuat (namakamu) bernafsu untuk memenggal kepalanya. "Baal! Balikin nggak?!"

Iqbaal malah menyembunyikan benda elektronik itu ke balik punggungnya. "Tergantung jawaban lo,"

"Jawaban apaan?!" (Namakamu) nyaris berteriak gusar. Jangan sampai Iqbaal membaca chat nya dengan mbak Gita, maka (namakamu) akan mengakhiri hidupnya saat itu juga daripada harus menanggung malu seumur hidup.

Iqbaal tersenyum-senyum seperti bocah gila yang berhasil mengancam ibunya untuk membelikannya mainan. "Datang ke nikahannya Farid dan Okta sama gue,"

(Namakamu) menghela napas kasar. "Kan gue udah bilang gue mau dateng sama Steffy!"

"Bilang aja lagi kalo lo nggak jadi dan mutusin buat dateng sama gue," sahut Iqbaal enteng.

After Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang