Part 42

1.2K 146 9
                                    

Tidak banyak kegiatan yang Iqbaal dan (namakamu) lakukan selama di penginapan. Selain karena tempat itu benar-benar jauh dari kota, Iqbaal juga seolah menemukan tempat ternyamannya untuk bermalas-malasan sekaligus memulihkan tenaga.

(Namakamu) mengerti kelelahan yang mendera Iqbaal. Tentu saja sebagai karyawan kantoran yang memiliki rutinitas yang hampir sama setiap harinya, laki-laki itu pasti merasa jenuh dan butuh waktu beberapa lama untuk menjernihkan pikiran.

Sesekali Iqbaal mengajaknya mendaki bukit di sore hari, hanya beberapa menit menjelang matahari terbenam. Mereka berdua akan duduk di sana, menanti hingga sang raja langit beranjak ke peraduannya. Pemandangan terindah yang seumur hidup baru pertama kali (namakamu) lihat. Mungkin di Jakarta, ia sudah sering melihat matahari terbenam namun matahari terbenam yang satu ini benar-benar berbeda.

Jika di Jakarta (namakamu) biasanya menyaksikan sang raja langit itu dari balik jendela kaca mobilnya di tengah kemacetan, maka kini (namakamu) berada di tempat dimana langit terasa lebih dekat, tanpa adanya polusi udara, tanpa klakson mobil yang bersahut-sahutan memekakkan telinga, momen itu kini lebih menakjubkan dan jauh lebih mengagumkan manakala (namakamu) menyadari adanya sebuah tangan besar yang hangat yang menggenggamnya erat, manakala ia menyadari kehadiran seseorang di sampingnya yang menyaksikan hal indah itu bersamanya.

Belakangan (namakamu) sering merenung dan sadar jika tidak semua orang di dunia ini seberuntung dirinya, yang bisa bertemu dan bersama dengan seseorang yang sudah di takdirkan untuknya. Tidak semua orang seberuntung dirinya di cintai oleh seorang laki-laki dengan sebegitu tulusnya. Bahkan beberapa orang yang tidak beruntung sudah lebih dulu di ambil nyawanya sebelum bertemu dengan jodohnya, memikirkan hal itu sering membuat (namakamu) menangis sendiri dalam diam.

Seringnya saat ia diam-diam mengamati wajah Iqbaal kala laki-laki itu sedang tertidur. Pemandangan Iqbaal yang tengah terlelap dengan tenang, dengan dada yang bergerak naik-turun perlahan secara teratur, kini juga menjadi pemandangan yang amat (namakamu) sukai. Jika sudah begitu, (namakamu) akan meletakkan telapak tangannya di atas dada Iqbaal dan menikmati setiap hela napas laki-laki itu.

Selama di penginapan Iqbaal memang lebih banyak beristirahat dan (namakamu) sama sekali tidak protes. Ia justru lebih senang melihat Iqbaal yang bermalas-malasan di sofa daripada Iqbaal yang pecicilan dan bertingkah laku konyol.

Sejak di penginapan, Iqbaal juga tidak pernah membiarkan (namakamu) tidur dengan tenang, hampir setiap malam mereka selalu melakukan 'aktifitas', tentu saja bukankah itu tujuan utama orang-orang pergi bulan madu? Alhasil baru tiga hari di sana, Iqbaal sudah terserang flu karena selalu mandi pagi-pagi sekali.

Iqbaal langsung jadi sasaran om Aris begitu mendengar suaranya yang berat pagi ini. "Udah kena flu aja baal? Padahal belum musim hujan loh," pria itu tertawa lebar.

Iqbaal berjalan mendekatinya dan jujur saja agak sedikit malu. Ia menduduki kursi di hadapan om Aris. "(Namakamu) sama Tante Rena kemana sih om?" Tanyanya dengan suara serak khas orang yang terkena flu.

Om Aris jadi urung menyeruput kopi nya. "Kenapa? Kamu belum minum obat? Mau om ambilin baal?"

Iqbaal menggeleng. "Nggak papa om, nanti aja Iqbaal nunggu (namakamu),"

Om Aris meletakkan cangkir kopinya. "Kalo gitu om bikinin kamu teh ya? Kasihan kamu kedinginan gitu,"

Belum sempat Iqbaal menolak, om Aris sudah lebih dulu melenggang masuk ke dalam rumah. Iqbaal terpaksa membiarkan. Laki-laki itu memilih meletakkan kepalanya ke sandaran kursi dan menenggelamkan tubuhnya lebih dalam sembari memejamkan mata.

Sejak dulu Iqbaal memang payah dalam berurusan dengan cuaca. Tubuhnya tidak bekerja dengan baik setiap kali mengalami perubahan musim tiba-tiba. Ia yang sudah terbiasa dengan cuaca panas Jakarta tiba-tiba di hajar oleh dingin yang menusuk tulang 17 derajat celcius di puncak. Namun Iqbaal justru mencemaskan (namakamu), ia takut jika wanita itu bosan karena di saat bulan madu mereka ia justru harus merawatnya yang sedang sakit, untungnya ada Tante Rena yang selalu menemani (namakamu).

After Marriage Where stories live. Discover now