Part 34

1K 155 18
                                    

Perempuan itu tidak pernah membayangkan dirinya akan berada di situasi yang amat begitu rumit seperti ini.

Tangan kirinya yang memegang sebuah bedak tabur terlihat begitu erat mencengkeram nya hingga buku-buku jarinya memutih, dadanya terus bergolak seperti lahar yang mendidih dan aliran yang hangat terus berdatangan ke satu titik, pelupuk matanya. Setiap kali air itu meluncur ke pipinya, perempuan itu akan langsung mengusapnya dengan spon dan menutupinya dengan bedak.

Berkali-kali (namakamu) harus terpaksa menundukkan kepalanya karena tidak sanggup menahan bendungan itu lebih lama, karena air matanya selalu tumpah tanpa bisa ia cegah.

Laki-laki yang sejak tadi duduk di belakangnya hanya diam memperhatikan, selayaknya anak laki-laki yang sedang menunggu ibunya selesai berdandan, Iqbaal sama sekali tidak melepaskan pandangannya sedetikpun dari (namakamu). Tangannya benar-benar gatal, kaki kakinya seakan memberontak ingin bergerak menuju tempat perempuan itu merias diri, sesuatu yang menggelak di dalam dadanya dengan hebat nyaris membuat Iqbaal gila.

Iqbaal gemas sekali melihat (namakamu) yang sedang berdandan di saat perempuan itu mati-matian menahan tangisnya. (Namakamu) terus memupuki wajahnya dengan bedak setiap kali air matanya turun dan itu membuat Iqbaal geram sekaligus marah. Mengapa perempuan itu melakukan nya? Iqbaal benar-benar sakit melihatnya menyadari jika (namakamu) harus menahan tangis karena dirinya.

Iqbaal akhirnya tidak tahan. Laki-laki itu berderap menghampiri (namakamu) dan menarik lengan perempuan itu hingga ia bangkit dari kursi. Bedak padat di tangan (namakamu) terjatuh ke lantai saat Iqbaal memaksa perempuan itu menghadapnya. Kedua mata Iqbaal terlihat berkilat karena selaput bening tipis itu ternyata juga menghiasi kedua matanya. Iqbaal juga tengah mati-matian berusaha meredam tangisnya. Laki-laki itu bahkan harus mencengkram kuat kedua bahu (namakamu), namun ketika berbicara laki-laki itu tidak dapat menghalau getar hebat yang menyertai suaranya.

"Kenapa (nam)? Kenapa lo selalu mendorong gue menjauh? Kenapa lo selalu memaksa gue melakukan hal hal yang nggak gue suka? Lo tahu.. itu bikin gue sakit. Lo tahu.. siapa perempuan yang gue suka sebenernya,"

(Namakamu) tidak menjawab. Kepalanya tertunduk dalam-dalam. Satu tangannya membekap mulutnya kuat-kuat agar tidak mengeluarkan suara erangan yang menyiksa. Dadanya benar-benar sesak. Mengapa... Sesakit ini? Mengapa harus sesakit ini melihat Iqbaal dan Bella? Kedua bahu (namakamu) terguncang semakin keras.

"Itu lo. Perempuan paling egois dan keras kepala yang gue kenal. Anehnya gue tetep suka sama lo, gue nggak bisa menghentikan perasaan gue sendiri untuk terus tumbuh semakin dalam buat lo. Gue nggak bisa berhenti.. buat sayang sama lo. Itu elo (namakamu). ELO PEREMPUAN YANG GUE SUKA!!!"

(Namakamu) memejamkan matanya rapat saat teriakan itu tiba-tiba menggelegar memekakan telinganya. (Namakamu) menggigit bibir bawahnya. Kepalanya sempat berputar sesaat kala teriakan itu memecahkan segalanya. Kesunyian, kehampaan, kekosongan yang menyesakkan pada dua dada yang sama-sama sesak. Teriakan itu sarat akan rasa sakit yang telah lama di pendam dan tidak dapat lagi di tahan.

"Sesaat gue seperti merasa kalau lo juga punya perasaan yang sama seperti gue. Sesaat gue merasa seperti laki-laki paling bahagia di dunia tapi kemudian... Lo membuat gue kembali jatuh. Lo menghancurkan segala hal yang gue sebut sebagai harapan. Lo menghancurkan semua angan-angan yang gue bangun, lo membuat gue kembali terjaga dari mimpi indah... Lo terus-terusan bikin gue sakit (nam)." Suara Iqbaal semakin tidak terkendali, semakin laki-laki itu bersuara semakin (namakamu) merasa sesak seperti di tikam ribuan panah.  Semakin (namakamu) merasa dadanya seakan di himpit oleh tembok besar dari dua sisi.

"Selama ini gue selalu bertanya-tanya sama diri gue sendiri, kenapa gue nggak segera mengencani satu orang gadis dengan serius kemudian menikahi nya di saat umur gue sudah hampir mencapai kepala 3, kenapa gue nggak segera menikah dan malah membuang-buang waktu untuk menunggu perempuan seperti lo? Kenapa gue nggak menikah dan malah bermimpi kalau suatu hari nanti lo akan membalas perasaan gue? Lo nggak punya perasaan sedikitpun sama gue (namakamu)?"

After Marriage Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon