Part 1

2.6K 154 0
                                    

Ariana memperhatikan tingkah laku anak perempuan semata wayangnya yang sedang menikmati sarapan dengan begitu lahap. Ia bahkan tidak terlihat buru-buru meski jam sudah menunjukkan waktu pukul enam lebih, seharusnya ia sudah berangkat bekerja atau akan datang terlambat karena terkena macet.

"(Nam)," panggil Ariana akhirnya.

(Namakamu), sang anak hanya menanggapi dengan menggidikkan dagunya acuh tak acuh. Ariana cukup hafal dengan bahasa tubuh anaknya itu sehingga melontarkan pertanyaan nya. "Kamu umur berapa sih sekarang?"

"Kenapa nanya nanya umurku?"

"Ya nggak papa. Udah tua ya (nam) sekarang?" Kata Ariana setengah menyindir.

"Masih tuaan mama kok." Balas (namakamu) santai bak anak kurang ajar.

Ariana mendecak gemas. Kalau saja dia duduk di samping gadis itu ia sudah mencubit pipi yang mengembung karena kebanyakan menyimpan makanan itu. "Maksud mama, kamu udah tua sekarang harusnya sadar diri dong."

Dahi (namakamu) berkerut. "Sadar diri kenapa ma?"

"Cari pasangan!"

"Cari pasangan?"

"Iya! Kamu udah punya pasangan? Belum kan? Keasikan kerja mulu sih! Setiap kali di tanyain bilangnya sibuk kerja mulu alasan kamu itu basi tau nggak dari jaman kapan!" Ariana menjelaskan panjang lebar sedang sang anak hanya memasang tampang bosan, baru sadar jika ini lah yang menjadi topik pembicaraan ibunya.

Ujung-ujungnya selalu pertanyaan sama yang akan terlontar di akhir kalimat ibunya. "Kapan nikah?"

Seolah menjadi momok, sebelum ibunya bertanya lebih lanjut (namakamu) memilih menyudahi acara makan dan buru buru meraih tas kerjanya. "Aku berangkat dulu ma! Udah kesiangan ntar di potong gaji!"

"Ehhhh..mama belum selesai ngomong (namakamu)!" Ariana berseru kesal namun sang anak bahkan tak menghiraukan nya. Wanita paruh baya itu segera membuntuti langkah sang anak. Di lihat nya Honda jazz kuning milik (namakamu) berjalan mundur keluar dari garasi rumah.

Ariana berdiri di depan gerbang saat (namakamu) membunyikan klakson untuk berpamitan. Wanita itu hanya menghela napas dan mengucapkan, "Hati hati!" Membiarkan sang anak kali ini lolos dari cercaannya.

"IQBAAL! JANGAN KABUR KAMU!"

Ariana terperanjat mendengar teriakkan melengking dari salah satu rumah di sebrang jalan. Kepalanya berputar cepat dan tak kuasa menahan tawanya saat melihat pemandangan yang tak jauh beda dengan yang ia alami barusan terjadi di rumah tetangganya.

"AKU PERGI DULU BUN!!" Iqbaal balas berteriak kemudian tanpa menoleh lagi ia melajukan motor hitam besarnya meninggalkan pekarangan rumah. Sempat berjalan melambat ketika melewatinya. Iqbaal, pemuda itu membunyikan klakson untuk Ariana yang membalasnya dengan senyuman.

"Hati hati baal!"

Iqbaal menganggukkan kepala sebelum akhirnya melesat cepat membelah jalanan kota. Setelah kepergian pemuda itu, Rike sang bunda menghampiri Ariana sambil uring-uringan.

"Anak itu lagi lagi berhasil kabur! Aku capek lama lama ngomel tiap hari tapi nggak pernah di dengerin!"

Ariana tertawa geli. "Sama Rik. (Namakamu) kalo di omelin juga langsung kabur gitu,"

"(Namakamu) juga kayak Iqbaal, Na?" Rike menatap Ariana dengan kedua alis terangkat. "Aku kira (namakamu) itu punya pacar loh, soalnya biasanya suka ada cowok kan yang main ke rumah kamu Na?"

Ariana menggelengkan kepalanya dengan murung. "Sekarang udah nggak lagi. (Namakamu) bilang cowok cowok itu yang lagi ngejar dia tapi (namakamu) nggak suka makanya di biarin. Aku heran deh sama anak ku itu, dia nggak doyan sama laki kali ya?"

After Marriage Donde viven las historias. Descúbrelo ahora