Part 26

1K 132 6
                                    

Steffy nyaris terkena serangan jantung ketika membuka pintu rumah dan menemukan (namakamu) berdiri di depannya dalam kondisi mengenaskan. Wajah perempuan itu terlihat mengerikan, maskara dan eyeliner nya luntur bercampur dengan air mata yang berlinang ke pipi tapi perempuan itu masih berusaha tersenyum dan menyapanya. "Hai Steff?"

Steffy mengesah kencang. "Masuk!" Lalu ia menarik (namakamu) masuk ke dalam dan membanting pintu dengan kencang.

Steffy menyuruh (namakamu) duduk sementara ia mengambil make up remover, beberapa kapas, satu kotak tisu dan segelas air dingin. Saat ia kembali, (namakamu) sedang melamun, duduk di atas sofa dengan kedua bahu melunglai dan sepasang mata yang menyorot lurus ke depan dengan pandangan kosong. Perempuan itu ada disini, raganya bersama Steffy namun jiwanya sudah menjelajah ke negeri antah berantah yang tidak Steffy ketahui letak pastinya. Yang mengetahuinya hanya (namakamu), barang kali yang memilikinya juga hanya perempuan itu.

Hampir tujuh tahun lamanya ia berteman dengan (namakamu), terkadang Steffy masih merasa jika perempuan itu memberinya batasan. Sebuah dinding tak kasat yang dibangun perempuan itu untuk menciptakan sekat. Terkadang (namakamu) menghilang ke balik dinding itu dan tidak pernah dapat Steffy temukan, ketika kembali (namakamu) sudah menjadi dirinya yang Steffy kenali.

Dinding yang menciptakan jarak, dinding itu yang menyembunyikan segalanya yang tak pernah Steffy ketahui. Namun Steffy tidak pernah memaksa, sekalipun ia tidak pernah mencoba menerobos atau memanjat dinding itu untuk mengetahui apa yang di sembunyikan (namakamu). Steffy mengerti bila (namakamu) juga membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri karena itu Steffy paham. Meski mereka terlihat begitu dekat, namun ada juga banyak rahasia yang tak pernah dibagi.

Steffy duduk di samping (namakamu), ia menuangkan cairan bening itu ke kapas lalu meraih pundak (namakamu), agar perempuan itu menghadapnya. Steffy membersihkan wajah (namakamu) dari setiap make up dan debu yang menempel pada wajah cantik temannya itu.

"Gue udah nikah Steff."

Steffy menegang kaku seperti tersengat listrik dalam sekejap. Pengakuan itu masuk ke telinganya dengan jelas namun di proses sedikit lebih lambat oleh otaknya. Tangan Steffy yang sempat terhenti di udara kembali bergerak menjalankan tugasnya.

"Sama Iqbaal," (namakamu) menelan ludahnya dengan getir. Kepalanya jatuh tertunduk dan kini air mata itu sudah sepenuhnya meluruh. Air mata yang sejak tadi mati-matian di tahan oleh perempuan itu di biarkan jatuh, meluruh terlepas, terurai tanpa ada yang di sembunyikan lagi, bahu (namakamu) terguncang.

Steffy menarik napas. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk merengkuh (namakamu). Di tepuk-tepuk nya lembut punggung perempuan itu, di berinya (namakamu) sedikit kekuatan pada bahunya agar temannya itu merasa sedikit tenang. Ia tidak pernah melihat (namakamu) menangis, jika sekarang perempuan itu sampai mengeluarkan air matanya maka ia benar-benar menderita, maka masalah yang di hadapinya benar-benar serius.

Jadi ini yang di sembunyikan (namakamu) di balik dinding tak kasat mata itu? Steffy memejamkan matanya. "Lo... Cinta sama Iqbaal, (nam)?"

*

Tidak ada yang terselesaikan. Ego itu memenangkan segalanya yang telah di bangun dengan susah payah. Bukan dengan sebuah kemarahan apalagi kebencian melainkan sebuah kepasrahan.

Iqbaal tau jika (namakamu) marah kepadanya namun ia sudah kehabisan akal.  Iqbaal juga manusia biasa, sekuat-kuatnya ia menahan diri ia juga bisa kehilangan batas kesabaran. Bukannya Iqbaal tidak mau lagi peduli. Berkali-kali (namakamu) mengatakan jika perempuan itu tidak menginginkan pernikahan ini, betapa ia sangat membencinya, lalu Iqbaal bisa apa?

Saat (namakamu) mengajukan surat cerai padanya satu Minggu kemudian, Iqbaal memilih untuk menandatangani nya tanpa banyak bicara.

Tidak ada yang terselesaikan. Ego itu memenangkan segalanya yang berusaha di pertahankan mati-matian. Iqbaal membiarkan (namakamu) menghancurkan satu-satunya ikatan yang membuat perempuan itu tetap ada di sisinya. Iqbaal hanya bertanya-tanya apakah dengan begini maka akan membuat (namakamu) bahagia? Apakah setelah ini (namakamu) akan meninggalkannya dan pergi bersama Aldi? Kemungkinan itu membuat Iqbaal benar-benar sedih. Perempuan itu.. terus menolaknya mati-matian, membencinya setengah mati, namun Iqbaal juga lah yang paling mencintainya.

After Marriage Where stories live. Discover now