Part 19

1.1K 155 17
                                    

Langkah Iqbaal terayun panjang-panjang membelah lantai lobi yang luas, berusaha menyusul (namakamu) yang sudah berjalan mendahuluinya dengan begitu cepat.

Sesaat sebelum pintu lift tertutup, Iqbaal berhasil ikut menerobos dan berdiri di samping (namakamu) bersama beberapa karyawan lain. Untungnya perempuan itu memilih berdiri di bagian paling belakang, sehingga Iqbaal bisa dengan leluasa melakukan aksinya.

Laki-laki itu sedikit menundukkan wajahnya di sisi kiri (namakamu), berbisik pelan di telinga perempuan itu. "Nanti istirahat bareng yuk?"

Bisikan yang membuat (namakamu) shock dan kontan langsung menoleh ke arah laki-laki itu. Ia hanya melotot tetapi kedua matanya sudah cukup untuk menggambarkan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Iqbaal tersenyum manis tidak berniat menjawab.

Lift berhenti bergerak. Pintunya terbuka, beberapa orang langsung mengayunkan kakinya keluar begitu juga dengan (namakamu) dan Iqbaal yang bagiannya berada di satu lantai yang sama.

Tepat sebelum (namakamu) berbelok ke bagian kreatif, Iqbaal mengulurkan tangannya ke depan perempuan itu untuk menahannya melangkah masuk ke dalam. (Namakamu) mendongak dan lagi-lagi memelototi Iqbaal. "Minggir,"

"Nggak. Sebelum lo jawab tawaran gue," ucap Iqbaal santai.

"Sebenernya ngapain sih lo tiba-tiba ngajakin gue istirahat bareng? Hm?" (namakamu) melipat lengannya di depan dada.

"Emang apa salahnya gue ngajak..." Mata Iqbaal berpendar ke segala arah memastikan tidak ada karyawan lain yang berdiri di dekat mereka. "...istri gue istirahat bareng?"

(Namakamu) membulatkan mata. Iqbaal tersenyum lebar lalu dagunya menggidikkan ke suatu arah membuat (namakamu) mendengus kencang dan terpaksa menoleh. Ia menemukan Gita dan Arga--suaminya berjalan berdempetan dengan Gita yang memeluk lengan suaminya, tampak begitu mesra.

"Lo nggak mau kayak mbak Gita sama mas Arga?"

"Kalo pun gue pengen tentu aja gue nggak bakal melakukanya sama lo,"

Iqbaal langsung menyentil kening perempuan itu. "Kenapa kalo sama gue?"

"Menurut ngana?! Yang ada habis makan bukannya kenyang gue langsung gumoh ngeliat muka lo,"

Iqbaal tertawa. "Gue tunggu di parkiran." Ujar Iqbaal kemudian melangkah pergi dari hadapan (namakamu).

"Udah gue bilang gue nggak mau ya bangstt!!"

"Lo nggak punya pilihan (namakamu)," Iqbaal melambaikan tangannya tanpa berbalik, terus melangkah menjauh meninggalkan (namakamu) yang mencak-mencak sendiri.

Tentu saja (namakamu) tidak punya pilihan lain, Iqbaal tahu itu. Karenanya dia juga sangat yakin jika (namakamu) tidak akan membantah ucapannya kali ini.

*

Nissan Juke putih itu berhenti di depan sebuah pelataran parkir. Di tempat duduknya, (namakamu) masih memandang restoran Italia yang ada di hadapannya dan meremas dompet di pangkuannya tanpa sadar. Ia juga menggigit bibir entah apa alasannya hanya saja jantungnya terasa seperti tabuhan drum yang di mainkan dengan ritme cepat saat ini.

Mungkin saja karena ini pertama kalinya (namakamu) makan siang bersama Iqbaal dengan status laki-laki itu sebagai...suaminya. astaga! Ia makan siang dengan suaminya? (Namakamu) masih tidak yakin jika ini bukan mimpi.

Ceklek'

(Namakamu) menoleh sedikit terkejut dan langsung mendapati wajah Iqbaal tepat di depan matanya. Laki-laki itu baru saja melepaskan seat belt yang melintang di tubuh (namakamu). "Ngapain bengong? Ayo turun," ujar laki-laki itu kemudian membuka pintu di sampingnya dan melangkah turun.

After Marriage Onde histórias criam vida. Descubra agora