Part 36

1.3K 158 18
                                    

"Sini gue obatin luka lo,"

Bukannya menurut, Iqbaal malah menggelengkan kepalanya. "Aku-kamu," ralatnya.

(Namakamu) mendesah pelan. Sudah sejak tadi Iqbaal berusaha mengoreksi caranya bicara dan menyulitkan niat (namakamu) yang ingin membantu mengobati luka di wajahnya. Tidak kah laki-laki itu merasa sakit? Mengapa ia terus membuang-buang waktu untuk melakukan hal konyol seperti ini? (Namakamu) memutuskan mengalah. "Aku. Aku. Aku! Sini cepetan!" Gertaknya sembari melotot garang. Jika tidak begitu Iqbaal sepertinya tidak akan takut.

Astaga, (namakamu) merasa seperti sedang merayu bocah.

Iqbaal tersenyum lebar dan segera saja ia membaringkan kepalanya di atas pangkuan (namakamu). Pakaian atasnya sudah ia tanggalkan, hanya tersisa celananya. Entah apa maksud laki-laki itu melepasnya, (namakamu) tidak paham. Ia hanya ingin bertelanjang dada, katanya tadi.

Dengan penuh perhatian, (namakamu) menyentuh biru keunguan di atas tulang pipi Iqbaal kemudian menyentuh sobekan yang tak terlalu besar dan sudah berhenti mengeluarkan darah di sudut bibir laki-laki itu. Ketika menyentuh bagian yang terbuka, (namakamu) tanpa sadar meringis sedangkan laki-laki yang di obatinya sibuk bergerilya menjelajahi pipi (namakamu) dengan tangannya. "Kamu ngapain ngedesah gitu? Sengaja mau nge goda aku?"

Pertanyaan yang konyol. Hampir saja (namakamu) reflek memukul wajah Iqbaal jika saja ia tidak ingat laki-laki itu terluka karenanya. "Siapa yang nge desah?!"

"Itu tadi kamu gini ssshhh...ahhh.."

(Namakamu) membulat. Baru sadar jika pertanyaannya sudah salah sasaran karena sejurus kemudian Iqbaal malah mempraktekkan nya. Desahannya. Seketika (namakamu) membekap mulut Iqbaal dengan tangannya. "Jangan di terusin." Katanya dengan wajah yang nyaris memerah.

Iqbaal melepaskan tangan (namakamu) kemudian mengamatinya dengan jeli, membolak-balikkan nya, persis seperti peneliti yang tengah mengamati temuannya. Jari-jari (namakamu) panjang, ramping, dan putih. Usapan tangan Iqbaal berhenti pada salah satu jari perempuan itu. Tiba-tiba Iqbaal teringat sesuatu. Laki-laki itu langsung menegakkan punggungnya dan mengambil jas nya yang tergeletak di sofa.

"Kenapa baal?" Tanya (namakamu) bingung setengah kesal. Apakah ada orang di dunia ini yang ketika di obati tapi masih saja banyak tingkah? Tidak ada, kecuali Iqbaal.

"Aku lupain satu hal," ketika laki-laki itu sudah kembali duduk di sampingnya, (namakamu) akhirnya tau apa yang di ambil Iqbaal. Sebuah kotak cincin beludru merah. Iqbaal membukanya, mengambil satu-satunya cincin yang masih tersisa di sana, menunggu untuk ikut tersemat di jarinya. "Kamu juga harus pakai ini," kata Iqbaal dengan binar bahagia di kedua matanya.

"Tapi.." (namakamu) menggigit bibirnya ragu. Bahagia itu mengusiknya, bahagia itu yang menghalangi (namakamu) untuk mengatakannya. Bagaimana ia akan tega mengatakan pada Iqbaal atau lebih tepatnya mengingatkan laki-laki itu jika mereka sudah... Bercerai?

"Aku nggak peduli status kita apa, bagi ku kamu adalah istriku, satu-satunya perempuan yang aku nikahi, bukan untuk satu hari, tapi seumur hidup." Ujar Iqbaal dengan raut wajah mengeras. Tanpa menunggu persetujuan (namakamu), ia meraih tangan kanan perempuan itu.

"Sekarang apapun yang mau kamu katakan aku nggak peduli, kamu nggak akan bisa mendorong aku pergi lagi, aku bakal tetep ada disini, aku juga bakal menahan kamu ada disini. Aku nggak peduli kamu suka atau nggak, aku bakal tetap memaksakan kehadiran ku di hidupmu, aku bakal terus memaksa sampai kamu terbiasa, aku.." Iqbaal menarik napas panjang. Cincin itu ia sematkan ke jari manis (namakamu) meski sang pemilik jari tidak menginginkannya.

"Aku cuma pengen kamu. Aku cuma pengen menghabiskan sisa hidupku sama kamu.. biarkan aku melakukannya.. aku nggak peduli status kita bukan suami istri lagi, asal kamu tetap ada di samping ku aku nggak akan mempermasalahkan hubungan apa-apa di antara kita, asal kamu ada..asal.." suara Iqbaal seketika teredam ketika (namakamu) menubrukkan dirinya ke arahnya. Perempuan itu berhambur memeluknya dengan kencang.

After Marriage Onde histórias criam vida. Descubra agora