My Dad-15

14.7K 1.2K 126
                                    

Diaz menutup pintu taksi dengan gerakan pelan, rasanya sudah sangat merindukan suasana rumah yang begitu hangat. Diaz berjalan memasuki area rumah, baru lima hari pergi dari rumah rasanya sangat merindu.

Pak Sudi membuka gerbang rumahnya, tersenyum ramah kearah Diaz. "Lancar Pak?" tanya Pak Sudi sekedar basa-basi.

"Lancar, rumah baik-baik?"

Pak Sudi hanya menjawab dengan anggukan kaku. "Kalo begitu saya masuk dulu."

Pak Sudi merasa kasihan kepada majikan mudanya. Terlihat Diaz seperti orang yang sangat lelah, dari penampilannya yang tidak rapi, katung mata yang hitam, dan berjalan dengan lesu. Itulah alasan Pak Sudi tidak menjawab jujur.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tubuh lelah Diaz langsung disambut dengan pelukan hangat Bi Diah. "Kamu kok, gak ngasih kabar?" Wanita paruh baya itu melepas rasa risaunya dengan memeluk Diaz lebih erat.

"Maaf, kemarin HP aku kecolongan, aku gak sempet beli HP lagi. Aku juga sibuk urus kerjaan," jelas Diaz, mengusap punggung Bi Diah.

"Bibi takut kamu kenapa-napa, di rumah juga Angga-"

"Syad ngapain lo disini?" Ucapan Bi Diah terpotong, kala Diaz melihat Risyad menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Bi Diah melepaskan pelukannya melihat ke arah Risyad.

Bugh!

Tubuh Diaz oleng, karena diserang oleh Risyad tanpa aba-aba. Bi Diah yang melihat itu langsung memekik, Risyad mengepalkan tangan begitu kuat, terlihat jelas belum puas memukul Diaz.

"Bego lo!" Tangannya kembali di angkat hendak memukul Diaz lagi, tetapi tertahan karena Bi Diah menjadi tameng untuk Diaz

"Jangan!" seru wanita itu panik.

"Minggir." Peringatan itu dibalas gelengan oleh Bi Diah.

Bi Diah disingkirkan kasar oleh Risyad. Membuat Diaz yang lelah dengan gampang tersulut emosi.

Bugh!

"Gue gak suka ada yang kasar sama Ibu gue!"

Saat akan menyerang Risyad lagi, terhenti karena Risyad terkekeh dengan sinisnya. "Kenapa? Gue mukul lo ada alasan, gak tau, kan, lo?"

Risyad bangkit dengan smirk. "Harusnya Bi Diah sambut kepulangan lo dengan tamparan, bukan pelukkan. Karena yang lo buat itu keterlaluan!"

"Kenapa?" tanya Diaz kebingungan.

"Kenapa?" Risyad terkekeh. "Kenapa lo bilang? Tanya sama diri lo sendiri!"

"Lo bilang, gak suka ibu lo dikasarin. Apa kabar lo? Lo jadiin dia babu di rumah lo!" Telak. Itu diluar dugaan.

"Lo juga gak terlalu perduli sama Angga, Buang aja. Kalo gak ke panti asuhan, balikin sama Dessi. Lo sama Dessi gak jauh beda, sama-sama mentingin diri sendiri."

"Maksud lo apa?" Rahang Diaz mengeras mendengar tuduhan tak berbukti dari Risyad.

"Gue udah kasih tau lo supaya cari mama baru buat Angga, tapi lo terlalu sombong dengan berkata gue bisa atasin Angga tanpa sosok mama. Nyatanya? Lo marahin dia sampai sakit!"

Diaz tercengang mendengarnya. "Gak tau, kan, lo? Makanya punya HP itu gunain, jangan kayak orang bego!"

"Syad-"

Diaz tersungkur mendapat bogeman mentah lagi dari Risyad, pipi kirinya berdenyut perih pertanda pukulan itu tak main-main.

Bi Diah yang sudah berderai air mata, tidak bisa memisahkan karena ia wanita. Bi Diah keluar, mencari bantuan dari Pak Sudi.

My Dad [END]Where stories live. Discover now