My Dad-27

11.9K 1.2K 181
                                    

BACA BAIK-BAIK, PEMBACA BARU!
INI CERITA TUH UDAH TAMAT!!! AKU CUMAN PUBLISH ULANG!! JADI, NIKMATI AJA SELAMA AKU LANJUTIN!!!

Maaf-maaf aja nih ye... Aku sensi banget akhir-akhir ini, soalnya masalah lagi membludak. Jadi, jangan heran kalau aku belum up cerita sebelah.

Diaz keluar dari kantornya dengan langkah gontai. Terlihat sekali bahwa beberapa hari ini sangat kelelahan. Kegiatan padat dengan istirahat yang kurang, membuat Diaz terlihat begitu tak terurus. Diaz merasa ingin menyerah, tetapi ia ingat ada Angga yang masih harus Diaz perjuangkan.

Kepala Diaz rasanya akan pecah. Memikirkan hilangnya Angga dan ibunya yang tak ada di rumah. Memang Diaz terlihat seperti orang yang tenang, namun masalah hati tidak ada yang tahu selain empunya. Diaz masih belum menemukan Angga, sekarang ia harus mencari ibunya yang sudah hilang bersamaan Angga.

Dengan langkah gagahnya, Diaz berjalan di parkiran akan mengendarai motor milikinya. Diaz sengaja memakai motor agar memudahkan mencari Angga. Namun, langkahnya tertunda, kala mendengar suara klakson mobil yang ia kenali.

Risyad, laki-laki yang satu tahun diatasnya. Risyad keluar dari mobil dengan cengiran khasnya, lalu menghamiri Diaz dengan semangat.

"Loyo amat kayak udah gak makan tiga abad."

"Bacot," gumam Diaz.

"Lo kalo ada masalah cerita bro, bukan marah-marah enggak jelas sama gue."

"Tolong bantuin cari Angga. Koneksi bokap lo bagus dalam hal mencari, lo punya backing yang kuat dari bokap.  Tolong bantu gue," ujar Diaz memelas.

"Tuh, anak lo di mobil," ucap Risyad kelewat tenang.

"Hah?"

Diaz mendengar perkataan Risyad, hanya saja ingin memastikan.

"Lo enggak punya gangguan telinga, kan? Jadi gue yakin, lo pasti denger." Risyad menepuk bahu Diaz keras-keras.

"Lo bisa nemuin Angga dimana?" tanya Diaz masih tidak percaya. Pasalnya Diaz baru meminta bantuan kisaran dua jam yang lalu.

"Lah, udah hampir tiga hari anak lo sama gue."

"Dia penguasa kelab. Dia itu gay, gue gak kenal karena gue takut sama dia." Seketika perkataan Willa melintas dibenak Diaz.

"Lo homo?" tuduh Diaz masih setengah tak percaya.

Risyad tak tanggung-tanggung menendang tulang kering Diaz. "Astagfirullah. Gue itu masih demen cewek. Bangsat!"

"Jadi elo yang dimaksud penguasa kelab yang homo itu?" Diaz sekarang benar-benar sadar, akan keganjalan Risyad yang tak pernah ia temui di kelab.

"Goblok!" umpat Risyad. "Gue gak homo. Siapa yang bilang gue homo? Siapa hah?! Cari mati kali, ya?"

"Willa."

"Ohh. Jalang yang satu itu emang pernah minta main sama gue, cuman gue gak pernah main sama yang kayak gituan," jelas Risyad.

Diaz mengangguk. "Gimana caranya Angga bisa sama lo? Kata Willa, Angga itu mau jadi mainan orang yang homo."

"Gue selamatin anak lo dari tuh nenek lampir. Gila aja kalo gue homo, udah pasti dicoret sama bapak di KK," ujar Risyad tak terima.

"Gue bawa Angga ke apartemen. Anak lo enggak pernah buka suara kenapa dia ada di kelab. Gue kira lo bawa Angga ke kelab, tapi pas lo cerita Angga dibawa Dessi. Gue langsung ngarti," kata Risyad mulai serius.

"Tiga hari ini Angga enggak pernah mau disentuh, jangankan disentuh ngeliat gue juga ketakutan. Anak lo juga belum makan dari waktu itu. Dia gak mau. Dari pas sadar pingsannya Angga enggak mau turun dari kasur, kecuali urusan ke WC. Gue pernah coba nanya kenapa dia bisa di kelab, tapi responnya nangis dan jawab 'takut' doang." Risyad menghela napas mengakhiri ceritanya.

My Dad [END]Where stories live. Discover now