My Dad-32

11.4K 1K 228
                                    

Malam yang begitu kelam dan kelabu sudah terlewati, kini hanya ada pagi cerah yang menanti. Diaz tak pernah ingin larut dalam kesedihan. Baginya, yang berlalu sudah bukan urusan.

Diaz menuruni tangga dengan langkah pelan. Ini sudah masuk jam sembilan, namun hari ini Diaz memilih membereskan pekerjaannya di rumah. Agar bisa bersantai-santai, sebelum pergi ke luar kota. Diaz melihat putranya sedang duduk bersila di ruang keluarga, dengan sepiring nasi dengan antek-anteknya.

Diaz menghampiri Angga yang tetap makan sambil fokus pada TV, iseng Diaz mengambil remotnya, langsung mematikan TV.

"Fokus amat," sindir Diaz.

Angga nyengir saja. "Kamu belum mandi?"

"Belum, Aga gak bisa mandi sendili."

Sebenarnya Diaz tak perlu bertanya perihal mandinya Angga, karena penampilan Angga yang masih acak-acakan dan memakai piyama tidur adalah bukti Angga belum mandi.

"Nenek sama Bu Neni mana?"

"Bu Neni ke pasal, Nenek bilang ada ulusan," balas Angga.

Diaz memilih duduk disamping putranya yang sedang makan. "Baru makan?"

Angga mengangguk dengan menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Emang Nenek tadi enggak buat sarapan?" Diaz terus mengintrogasi putranya.

"Buat."

"Aa makan?" Angga mengangguk mengiakan.

"Terus kenapa makan lagi?"

"Tadi itu Aga salapan, kalo sekalang namanya makan," sanggah Angga tak terima.

Diaz tak melanjutkan obrolannya dengan Angga. Tangannya terulur mencomot kerupuk yang ada dalam piring itu, Angga mengerang tak terima.

"Papa, itu punya Aga." Diaz mengunyah kerupuk itu, tanpa mendengarkan perkataan putranya.

Diaz baru keluar kamar. Setelah tadi menyelesaikan pekerjaan kantornya, Diaz langsung membersihkan diri. Diaz belum mengisi perutnya dari pagi, tetapi Angga baru jam sembilan sudah makan untuk kedua kalinya.

"Hari ini kamu konsultasi?"

Angga mengangguk. "Sakit enggak, Pa?"

"Gak tau. Papa belum pernah cobain soalnya," kata Diaz tak perduli.

"Kalo Aga gak mau kon... kon---kon apa, Pa?" tanya Angga kaku.

"Konsultasi, A."

"Iya itu, gimana?" Angga sudah menaruh piring kosongnya dimeja.

"Boleh aja, sih. Gak maksa ini." Diaz berucap dengan datar. "Tapi Aa mau selamanya takut ketemu orang banyak sama keramaian?"

"Enggak," jawab Angga pelan.

"Gini aja, semisal kamu udah sembuh, kamu pasti bisa sekolah lagi. Emang enggak kangen sekolah?"

"Aga kangen. Aga mau sekolah, mau belajal sama Bu Hela, main sama temen, jajan loti, sama main ayunan."

Memang Angga mengambil cuti sekolah, berkisar satu atau tiga bulan. Awal mulanya Diaz akan menunda Angga bersekolah selama satu tahun, tetapi Bu Indri meminta Angga tetap bersekolah, karena Angga salah satu murid berprestasi. Dengan memberi Angga izin pengobatan selama waktu yang dibutuhkan, Angga bisa bersekolah kembali setelahnya.

"Ya udah, ikut konsul aja."

Oke. Sepertinya Diaz tak pandai membujuk anak kecil.

"Tapi Aga takut," lirih Angga sambil memilin piyama Pororo miliknya.

My Dad [END]Where stories live. Discover now