My Dad-17

11.5K 1.2K 232
                                    

Part ini cukup panjang kalo kalian gak vote, kebangetan!!

Enjoy the drama;)

****

"ANGGA!" teriak Langit memperingati Angga untuk menghindar.

Angga refleks bergeser ke samping kanan, tak melihat kebawah ada batu yang cukup besar menghalangi geseran kakinya. Angga terjatuh.

Bruk.

Terlalu memakai emosi Arya tak bisa mengontrol laju jalannya. seharusnya mendorong Angga, Arya terjatuh terserempet mobil pick up tersebut. Beruntung kecepatan mobil itu dibawah rata-rata, sehingga Arya tidak tertabrak.

"Adek gak apa-apa?" tanya sopir mobil itu khawarir.

"Arya!"

"Bunda!" rengek Arya merasa lututnya perih dan panas, karena tergores aspal.

"Bapak gimana sih? Anak saya keserempet mobil begini, kalo gak bisa bawa mobil, belajar lagi sana," cerca Bunda Arya dengan pedas.

"Loh, Ibu ini datang-datang langsung marah. Anaknya Bu kasih tau, kalo main jangan di jalan," balas Sopir itu tak terima.

"Bunda, ini, tuh, salah Angga, dorong Arya. Lutut sama siku Arya sakit," ujar Arya tak ingin kena omel.

Perhatian Bunda Arya teralih kepada tersangka utama, Angga. Bunda Arya menyorot tajam Angga, hingga anak yang duduk di pinggir jalan itu merasa gugup.

"Kamu--"

"Bu, sebaiknya kita selesaikan di dalam saja. Tidak enak jika harus dijadikan tontonan semua orang, Angga dan Arya juga perlu diobati," saran Bu Indri, selaku kepala sekolah di TK ini.

Memang kejadian Arya yang terserempet mobil menjadi pusat perhatian dari orangtua yang menjemput anaknya, untuk masalah kecelakaan tidak begitu fatal. Hingga bisa diobati di ruang kesehatan yang ada di sekolah, tanpa ke kelinik atau ke rumah sakit.

Bunda Arya langsung menggendong anaknya memasuki area sekolah, sedangkan Angga hanya menunduk takut. "Erlangga, ayo kita ke ruang kesehatan," ajak Bu Hera dengan lembut.

"Aga gak bisa jalan, kaki Aga sakit," ujar Angga dengan lirih.

"Ibu gendong mau?" tawar Bu Hera.

Angga mengangguk menyutujui.

****

Plak.

"Bu, saya mohon jangan tampar cucu saya." Manik Bi Diah berkaca-kaca, seakan air mata itu akan tumpah begitu saja. Dadanya sesak bukan main, melihat Angga yang di tampar begitu keras oleh Bunda Arya.

"Saya mohon Bu, jangan kasar sama Angga," mohon Bi Diah lagi.

Apa yang akan beliau katakan kepada Diaz, jika anaknya Diaz di tampar oleh orang asing.

"Bu, kita selesaikan secara kekeluargaan saja. Tidak baik berbuat kasar kepada anak dibawah umur," nasihat Bu Indri, kasihan melihat Angga yang begitu gemetar karena di tampar.

"Enak saja! Putra saya itu hampir mati tertabrak, gara-gara dia!" tunjuk Bunda Arya kepada Angga yang masih duduk diatas ranjang ruang kesehatan.

"Tunggu Ayah Arya datang. Suami saya bakal tuntut sekeluarga anak ini termasuk nenek kakeknya." Bunda Arya masih berujar dengan berapi-api.

My Dad [END]Where stories live. Discover now