My Dad-30

11.9K 1.1K 194
                                    

"Aga ganteng," puji Angga penuh percaya diri.

Angga tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin. Saat ini anak kecil itu memakai setelan formal, membuat Angga semakin pede dengan ketampanannya. Dengan balutan kemeja putih, jas hitam, dan dasi kupu-kupu yang senada dengan jas yang Angga kenakan.

"Angga udah beres?" tanya Helma memasuki kamar Diaz.

Diaz yang sedang menyimpulkan tali sepatu putranya pun mendongak. "Udah, tinggal ke bawah aja."

"Wah! Tampan sekali cucu Nenek."

Angga tersenyum malu-malu dibuatnya. "Sana ke bawah, ada Om Risyad disana. Papa mau siap-siap dulu."

Memang, Diaz belum bersiap, karena Angga yang masih tidak ingin disentuh siapapun, kecuali sang papa. Diaz bahkan harus mengesampingkan penampilannya, demi sang putra.

"Makasih Papa," ucap Angga berlalu meninggalkan kamar milik ayahnya bersama Helma.

Diaz orangnya tidak suka ribet, dengan gerakan gesit Diaz sudah berganti pakaian. Diaz memakai pakaian yang sama seperti Angga. Setelah merapikan rambutnya, Diaz memakai pantofel hitam miliknya. Setelah merasa sudah lengkap Diaz langsung turun ke bawah.

"Tampannya anak Bunda," ujar Helma merapikan dasi Diaz.

"Masih tampanan saya, Tan," sahut Risyad yang melihat penampilan Diaz.

"Ya, Lang?" Risyad meminta persutujan pada Angga

"Apa?"

"Bocahnya masih polos, jangan lo bego-begoin."

"Yaelah, Yaz. Anak lo itu kalo enggak diajarin aneh-aneh, takut dibegoin sama orang banyak. Daripada sama orang, mending sama gue."

"Gila." Angga dengan wajah sedikit ditekuk menghampiri Diaz, lalu menarik-narik celana bahan milik ayahnya.

Diaz merentangkan tangannya akan menggendong Angga, namun urung melihat gelengan pelan dari empunya.

"Kenapa?" Diaz mensejajarkan diri dengan tinggi putranya.

Mata anak itu sedikit memerah. "Pipi Aga dicium sama Om Icad," adu Angga.

"Masalahnya?" tanya Diaz bingung.

"Peka dikitlah. Anak lo tuh minta dicium sama lo," timpal Risyad.

Diaz menghiraukan Risyad. Tangannya meraba-raba kening Angga, memang subu tubuhnya sudah sedikit menurun.

"Gue gak jadi ikut aja," putus Diaz.

"Yakin lo laki? Gak percaya gue. Masa laki gak pegang janji?"

"Gak apa, Di. Kamu pergi aja, Angga bisa sama Bunda," ujar Helma meyakinkan.

"Gak mau! Aga mau ikut Papa."

"Gue janji bentaran aja, Yaz. Kasian, lah, gue masa sendirian di sana," ujar Risyad mencoba bernego.

"Arsel pasti banyak undang temen SMA. Kan, temen kuliahnya orang luar semua."

Risyad mengubah ekspresinya semelas mungkin. "Ayolah, Yaz. Gue masa sendiri yang diundang sebagai adik kelas, kita beda angkatan sama Arsel."

"Tunangan Arsel seangkatan sama kita, banyak yang satu angkatan juga."

"Ayolah, Yaz. Gue janji lo ditumpangin di mobil gue, sebentar, kok, udah salaman sama makan kita pulang," ucap Risyad dilembut-lembutkan.

Diaz mendengus. "Ya udah."

"Beneran?"

"Hm. Bund, kunci aja pintu, aku bawa cadangan, kok."

My Dad [END]Where stories live. Discover now