My Dad-3

21.5K 1.8K 55
                                    

Saat ini Diaz sedang berada dijalan akan pulang, ia sudah memutuskan agar tak kembali ke kantor melainkan kerumahnya. Disisinya ada Angga yang masih tertidur dengan bersandar ke jendela mobil, wajah itu terlihat begitu imut dan lucu meski tak begitu kentara karena putranya itu kurus.

"Tolong, jangan. Pelgi, pelgi," igau Angga.

Diaz langsung melirik Angga, lalu meminggirkan mobilnya. "Aa, bangun Aa."

"Jangan, sana, pelgi, jangan, Aga takut."

Diaz langsung memegang satu pundak anaknya, lalu menggoyangkan pelan. "Aa bangun!" seru Diaz.

Angga membuka matanya lantas melihat sekelilingnya kaget, Angga mencoba mengatur nafasnya. Sungguh mimpi dikejar anjing itu seperti nyata. Diaz menyodorkan air mineral dalam botol yang sudah terbuka namun, Angga langsung memilih memeluk Diaz yang menghasilkan tatapan kaget dari Diaz. Air yang sedang Diaz pegang pun sedikit tumpah ke baju Diaz.

"Papa, Aga takut," lirih Angga bercampur isak.

"Hey tenang, Aa harus tenang oke?"

Diaz melepaskan pelukan dari Angga, lalu memberikan minum kepada Angga. "Coba Aa cerita, Aa kenapa?"

Tanpa menjawab Angga kembali memeluk Diaz karena Papanya, Angga selamat. Ingin hati mengucapkan 'terima kasih' namun malu jika harus mengatakannya. Jadi, Angga memilih memeluk Papanya dengan erat untuk menyalurkan rasa leganya.

"Kenapa, hm?"

"Enggak, Aga cuma takut," cicit Angga dengan mengeratkan pekukannya.

"Ya udah biar enggak takut kita pulang ya," ajak Diaz melepaskan pelukan dari Angga.

Diaz hendak menyalakan kembali mobil, terhenti kala mendengar suara aneh yang sudah ia mengerti dan hafal jelas dari mana asal suaranya.

"Kamu lapar?" tanya Diaz sambil menahan tawa.

Angga bergeming. Antara malu dan kesal karena perutnya bersuara, yang membuat Angga tambah malu suaranya keras hingga terdengar oleh Papanya.

"Oke, kita makan diluar. Takut kamu bosan makan masakan Bi Diah," putus Diaz.

Makan diluar dimana? Diteras, di halaman rumah, di taman, di samping sungai, atau di jalan. Pikiran Angga sudah melalang buana mencari kata luar yang lebih spesifiknya.

"Lual mana Papa?" Angga baru bersuara karena sudah sangat penasaran.

"Dimana aja yang penting makan," jawab Diaz acuh.

"Tapi kalo anjing datang lagi gimana? Mending nanti di lumah aja," tolak Angga cepat.

"Kan, laparnya sekarang bukan nanti."

"Nanti ada anjingnya lebih banyak, Papa," bujuk Angga tak putus asa.

"Di rumah gak ada teh tawar, yakin mau makan di rumah? Mending makan di luar ada teh tawar kok, yang manisnya juga ada."

Sungguh Angga langsung tergiur kala mendengar ucapan sang papa. "Iya Aga mau makan dilual." Angga sekarang merasa bodo amat dengan dirinya yang tak tahu apa itu arti makan diluar.

Senyum kecil terbit di bibir Daiz, langsung saja Diaz memarkirkan mobilnya ke sebuah warung bakso pinggir jalan langganan Diaz. Sudah lama sekali Diaz tak memakan bakso disini dikarenakan Bi Diah akan marah jika mengetahuinya makan diluar kecuali ketika meeting diluar dengan rekan kerjanya.

"Ayo turun," ajak Diaz lalu turun dimobilnya.

Diaz terlalu cuek setelah mengatakan itu, Diaz benar-benar meninggalkan Angga yang tak bisa membuka seatbelt, yang melilit pada tubuhnya. Angga sudah berusaha untuk keluar dari lilitan seatbelt namun, Angga tak mengerti bagaimana cara yang benarnya.

My Dad [END]Where stories live. Discover now