22-Janji

74 11 0
                                    

Happy reading:)

Jika tak melibatkan perasaan,
lantas gue harus melibatkan apa?
~Anggara Zardi

***

Melihat segerombolan pria menghampiri meja yang sedang ditempati oleh beberapa kaum hawa, sontak Stella menjadi canggung. Apalagi, saat melihat ada Evan diantara mereka.

Bagaimana ini? Apa Evan sudah cerita tentang kejadian semalam kepada teman-temannya? Kalau iya, bisa-bisa mau ditaruh dimana muka Stella depan Angga?

"Gimana keadaan lo, Stell?" tanya Evan cemas, dia langsung mendaratkan pantatnya diatas kursi yang ada tepat didepan Stella.

Sudah bisa dipastikan, saat ini Stella yang menjadi pusat perhatian teman-temannya. "Emang lo kenapa?" tanya Angga menyela.

Stella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia bingung harus menjawab apa pertanyaan Angga barusan. Bagaiman jika dia ketangkap basah ke diskotik semalam?

"Tadi malem... Mmmhhhh mmm?"

Secepat kilat, Stella membekap mulut Evan yang hampir saja keceplosan itu. Angga memincingkan matanya seraya berdecak kesal.

"Tadi malem ada apaan?!"

Kini nada suara Angga berubah meninggi. Dia penasaran dengan kejadian semalam yang menimpa Stella.

Stella hanya bisa tersenyum ramah, lalu menarik paksa Evan menjauhi teman-teman mereka. Ditarik begitu, bukannya berontak, justru Evan malah senyum-senyum sendiri bak orang gila yang sudah lama tidak diberi obat.

Saat sekiranya mereka berdua sudah agak jauh dari teman-teman mereka, barulah Stella memulai pembicaraan. "Van." panggil Stella memecah keheningan diantara mereka.

"Ya? Apa?"

"Gue boleh minta tolong, gak?" pinta Stella membuat Evan langsung mengangguk seraya menyetujui permintaan tersebut tanpa banyak tanya.

Mendapat respon yang diluar dugaan, Stella menunjukkan seulas senyumnya yang membuat Evan semakin terbang dibuatnya. "Tolong, rahasiakan kejadian semalem sama siapa pun. Cuma kita dan Allah yang tahu." bisik Stella tepat ditelinga kanan Evan.

Evan mengangguk mantap. Perkara main rahasia-rahasiaan, Evan lah jagonya. Apalagi, yang bermain bersamanya itu sang pujaan hati.

"Eh, btw, emang kenapa?" tanya Evan balik berbisik.

Stella memutar bola matanya malas. Ternyata Evan bisa kepo juga. Tetapi, tidak ada salahnya, bukan? Jika Stella membuat sedikit alibi untuk mengalihkan perhatian Evan.

"Biar temen-temen gak pada khawatir." ujar Stella. "Ya udah. Ayo balik ke tempat duduk!" ajaknya sambil menggandeng tangan Evan.

Melihat tregedi barusan, bagaimana bisa Angga masih baik-baik saja? Angga memisahkan tautan tangan mereka secara kasar. "Gak usah oake gandengan segala kali, kasian yang jomblo!" sinisnya frontal.

"Ehem... Ada yang jealous, nih!" sindir Van membuat sorak-sorai tercipta diantara mereka.

Stella berkacak pinggang. "Gak usah sewot juga, kali!!!" balas Stella tidak kalah sinis. "Ngapain juga lo ke meja gue sama temen-temen gue?!" ketus Stella lalu kembali duduk dikursinya sembari menyantap hidangan lezat yang sudah dia pesan tadi.

AURISTELLA (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang