32-Salah Paham

57 11 0
                                    

Happy reading:)

Egois?
Sebut saja demikian.
Ketahuilah, penjelasanmu justru semakin menyakiti hatiku.
~Auristella Grizelle

***

Sejak kejadian malam itu, Stella jadi terlihat semakin dekat dengan Evan. Melihat kedekatan kekasihnya dengan sahabat dekatnya sendiri, ada setitik rasa curiga yang hinggap dipikiran Angga.

Angga menepis pikiran itu jauh-jauh. Dia tidak ingin menodai rasa percayanya kepada Stella.

Berjalan menyusuri koridor dengan menenteng tas sekolahnya, sudah menjadi kebiasaan cowok itu. Badannya yang atletis, membuat lawan jenis yang berlalu lalang terpikat dengan pesonanya.

"Hai, Kak Angga!" sapa Keira riang.

Hadiah dari Angga hanyalah anggukan dan senyuman. Tidak hanya Keira----adik kelasnya----tapi juga banyak siswi lainnya.

Sesekali Angga menyapa para fans-nya. Sifat Angga yang sangat menyebalkan. Tebar pesona sana-sini.

Langkah kaki Angga terhenti ketika melihat untuk kesekian kalinya Stella bersama dengan Evan hari ini.

Daripada salah paham, Angga memutuskan untuk menghampiri mereka berdua.

Dengan akrab, Angga menyela diantara Stella dan Evan, lalu merangkul mereka berdua. "Woy! Lagi ngapain?" tegur Angga yang justru membuat Stella risih.

"Kita mau nongkrong di cafe Mentari. Ikut?" tawar Evan tanpa rasa canggung sama sekali.

Angga menyetujui ajakan Evan. Mereka tidak hanya bertiga, tapi bersama teman-teman mereka yang lainnya.

Ada sedikit rasa janggal ketika Angga yang paling terakhir diajak. Atau mungkin, memang mereka sekarang sering nongkrong tanpa dirinya? Entahlah.

"Lho, Angga? Lo ikutan juga?" tanya Ally dengan raut terkejut yang sangat jelas kentara diwajahnya.

"Yoi!" seru Angga seperti biasa.

Melihat penampakan Angga, Bintang ikut bercengkrama. "Gak jalan sama Zeline?" nada bicaranya seakan menyindir.

Angga menggeleng bingung. Aneh. Bukannya semua penghuni SMA Ganesha tahu bahwa Angga dan Stella berpacaran? Kenapa sekarang jadi bawa-bawa Zeline?

Rutinitas Angga kini selalu berhubungan dengan ponsel. Padahal, dulu Angga lebih memilih meletakkan ponselnya dan bercanda ria dengan teman-temannya. Tapi, lihat sekarang? Dia berubah.

Erick menyenggol bahu Angga, hampir saja ponsel Angga terjatuh karena kaget. "Lagi kumpul gini kok main handphone sih, Ngga? Lagi chat siapa? Asik banget." cemoohnya yang diakhiri tertawa hambar.

Angga hanya meringis, belum banyak teman-temannya yang tahu jika Angga adalah CEO disalah satu perusahaan besar di Indonesia. Karena tidak enak, Angga meletakkan ponselnya dimeja.

"Stella juga diem-diem aja daritadi." Aileen bersuara.

Sudah beberapa minggu yang lalu, Stella mengajak Angga untuk break. Awalnya Angga menolak permintaan Stella yang terdengar aneh. Tapi, akhirnya Angga setuju. Ini semua demi kekasihnya.

Sepertinya orang lain yang tahu Angga dan Stella break hanya Ally dan Leon saja. Teman-teman mereka yang lainnya, tahunya ya Angga dan Stella baik-baik saja.

Ponsel Angga berdering kencang. Itu sangat memekakkan telinga. Oh! Shit! Angga lupa mengecilkan volume panggilan.

"Gue angkat telepon dulu." pamit Angga lalu beranjak menjauh dari teman-temannya.

Segera Angga mengangkat panggilan itu. "Halo." sapa Angga mengawali pembicaraan. "Ada apa?" tanya Angga to the point.

"Maaf, Pak. Hari ini ada meeting mendadak sama klien yang dari Aussie."

"Oke, atur saja jadwalnya. Saya kesana sekarang."

Sabungan telepon terputus. "Guys, gua harus cabut sekarang. Ada urusan mendadak." ujar Angga berpamitan.

"Oh, oke!" sahut mereka serentak tanpa bertanya urusan apa yang dimaksud Angga.

***

Banyak orang yang sering dikecewakan, lalu memilih untuk tidak percaya lagi. Menutup hati erat-erat, kemudian mematikan rasa percayanya.

Arloji menunjukkan pukul lima sore. Tepat dimana Stella dan teman-temannya selesai nongkrong. "Stell, lo gak naik mobil sendiri?" tanya Evan sembari memperhatikan sekelilingnya.

"Enggak. Gue dianter supir tadi."

Evan mengangguk-angguk mengerti. "Oh, ayo bareng gue!" ajak Evan.

Tanpa pikir panjang, Stella menolak ajakan Evan. Stella melirik kearah teman-temannya, dia merasa tidak enak. Apalagi Evan, Erick, Van, dan Leon satu mobil. Stella tidak bisa membayangkan jika dirinya perempuan sendiri didalam mobil itu, betapa awkward-nya suasana.

Selain menolak ajakan Evan, Stella juga menolak ajakan teman-temannya untuk diantar pulang. Stella lebih memilih untuk menunggu jemputannya tiba.

Satu persatu teman-temannya sudah pulang. Hanya tersisa dirinya dengan hari yang semakin larut malam. Orang rumah tidak ada yang mengangkat teleponnya.

"Duh, udah mau malem lagi. Cafe juga udah tutup. Udah gak ada angkutan jam segini." gelisah Stella. "Yakali gue jalan kaki." gerutunya sembari tak henti-hentinya melirik arloji ditangannya.

Melihat mobil yang sangat familiar dimatanya dan berhenti tepat didepan cafe, membuat Stella agak bergeming.

Bukannya itu mobil Gara?

Tapi, lihat siapa yang ada dikursi penumpang? Bukankah itu Zeline? Stella menajamkan pengelihatannya, dan benar! Sial! Ternyata ini yang dibilang urusan mendadak tadi? Haha lucu!

Hilang sudah kesabaran Stella menunggu jemputan. Stella lebih memilih untuk jalan kaki. Tidak ada jalan lain, selain Stella harus melintas didepan mereka.

"Zelle? Kamu belum pulang?" cegat Angga sambil menahan lengan Stella. Stella terhenti. Dia menatap Angga penuh dengan rasa ketidak percayaan.

"Iya." ketusnya lalu menyingkirkan tangan Angga dari lengannya. "Urusan mendadak penting banget kayanya ya haha." sindir Stella lalu berjalan menjauh.

Secepat kilat Angga mencegah kepergian Stella. "Zelle, aku bisa jelasin."

"Jelasin? Jelasin apa? Gak perlu. Mending kamu jagain adikku aja." Sengaja Stella menekankan kata 'adik' agar Angga semakin tersindir.

"Lagian, penjelasanmu cuma bikin aku sakit doang. Jadi, gak usah. Bye!"

Perkataan Stella barusan, sukses membuat Angga bingung. Pasalnya, Stella tidak pernah sedingin ini padanya. Ini semua salah paham! Angga harus menjelaskan semuanya pada Stella besok!

***

Salam sayang,
Chyni_Ar

AURISTELLA (LENGKAP)Where stories live. Discover now