35-Impossible

75 11 0
                                    

Happy reading:)

Me and you will
never be possible.
Because me and
you it's impossible.
~Keynan Levano

***

Begitu banyak manusia mampu tertipu oleh fake smile. Sikap i'm fine yang ternyata not fine itu membuat banyak manusia terkelabuhi.

Melupakan itu tak semudah mencintai. Jika beberapa manusia mudah melupakan daripada mencintai, lain halnya dengan Evan. Dia itu mudah mencintai, tapi susah melupakan.

"Ini yang terakhir." cicitnya sembari mengulas senyum. Matanya memperhatikan setiap makna yang tertera jelas dikotak itu. Kotak berwarna hijau muda, warna kesukaan gadis yang akan selalu ada dihati dan pikirannya.

Sirat mata itu, melambangkan arti ketulusan yang sebenarnya. "Gue harap, lo mau terima ini." ujar Evan sungguh-sungguh.

Penolakan Stella yang sebelum-sebelumnya, selalu sukses membuat hatinya hancur. Pasalnya, kini Stella yang selalu dia kagumi, sudah menjadi milik teman karibnya sendiri, Angga.

Entah kenapa, Evan masih tidak menyangka jika cinta pertamanya berakhir sedemikian rupa. Mengenaskan memang. Tapi, ini bukanlah akhir. Sampai dimana ada gadis lain yang mampu membuat Evan melupakan masalalunya, saat itu juga semuanya akan berakhir.

Shit! Sumpah demi apa? Baru kali ini Evan sesenang ini. Tertawa puas dan meninjukan tangannya keatas seraya bersorak kemenangan. "MAKASIH, STELL. AKHIRNYA LO MAU TERIMA HADIAH TERAKHIR GUE!!!" ucapnya memekakkan gendang telinga.

Refleks, Evan hendak memeluk Stella. Tapi, Stella mendorongnya pelan. Evan harus tahu batasannya. Dia harus mulai menerima jika Stella adalah pacar Angga. Dan selamanya akan begitu sampai semesta benar-benar memisahkan mereka.

"Iya, Van. Ini ganci, novel, sama cokelat? Kaya biasanya?" tanya Stella tidak terlalu penasaran dengan hadiah yang Evan berikan.

Sudah sering Evan memberikan Stella hadiah seperti itu. Kalau tidak ditolak, ya terpaksa Stella menerimanya. Evan menghentikan aksinya sejenak, lalu mengangguk-angguk.

"Tenang, gue udah izin sama Angga kok." kata Evan agar Stella tidak merasa bersalah kepada kekasihnya.

Walau bagaimana pun, bagi Evan, sahabat itu segalanya. Friends is number one! Evan akan lebih mengutamakan sahabat daripada cinta. Apa sih yang enggak untuk sahabat? Apa pun itu.

Stella tersenyum manis, sangat manis, ini membuat Evan agak goyah. Tapi, Evan akan berusaha untuk terbiasa dengan senyuman itu.

Atau, lebih baik Evan mencari kekasih? Bukan untuk pelampiasan, tapi semata-mata agar dia lebih mudah untuk melupakan Stella dan fokus pada pacarnya yang entah ada di dimensi mana sekarang.

Baiklah! Evan akan mencoba sekeras mungkin untuk melupakan Stella! Ganbatte kudasai!!! Evan pasti bisa! Apa sih yang gak bisa didunia ini kecuali Tuhan ada dua. Itu sih kata Ally, pacarnya Leon.

Setelah berpamitan pada Stella, Evan memutuskan untuk berkeliling SMA tercintanya. Banyak tempat-tempat yang mampu membuatnya tenang disini.

Dibawah rindangnya pohon, Evan bersiul-siul bak burung yang sedang bernyanyi. Memejamkan matanya, lalu sesekali membuka matanya dan menengadah. Meratapi semuanya yang telah terjadi.

AURISTELLA (LENGKAP)Where stories live. Discover now