9-Terpaksa

148 12 36
                                    

Happy reading:)

Beberapa orang,
bijak dalam menghadapi
permasalahan orang lain,
bego dalam menghadapi
permasalahan sendiri.
~Auristella Grizelle

***

Sebagian manusia boleh percaya, boleh tidak. Tapi, nyatanya memang demikian.

Banyak orang yang mampu mengatasi masalah orang lain, sedangkan untuk mengatasi permasalahannya sendiri pun, dia tidak sanggup.

Lelah ya, menjadi pribadi yang seperti itu. Masalahnya sendiri saja belum selesai semua. Eh, Stella malah mencampuri urusan orang lain.

Bukannya sengaja ikut campur, sih. Hanya saja, Stella harus ikut campur, karena ini masalah sahabatnya, Aileen.

Apalagi jika bukan masalah asmara Aileen dan juga Vernion. Biasa, masalah anak remaja itu ada saja.

Vernion Angkasa------cowok yang sekelas dengan Stella dan Aileen-----berani-beraninya dia mempermainkan perasaan Aileen.

Apa katanya? Dia mau fokus turnamen, dan meninggalkan Aileen begitu saja?

Dasar! Hebat sekali dia beralibi. Bertingkah seakan-akan jika dia berpacaran dengan Aileen, dia tidak akan fokus turnamen.

Jika tahu akan begitu, dari awal tidak usah datang ke kehidupan Aileen sekalian. Tidak usah kenal dengan sahabat Stella!

Vernion itu sespesies dengan cowok-cowok pakboy yang sering Stella mainkan. Stella tidak bisa tinggal diam, dia harus melabrak cowok itu sekarang juga.

"Sya, lo tahu Vernion dimana?" tanya Stella kepada Khesya, teman sekelasnya yang lewat didepan mereka.

Sepertinya Khesya tidak tahu dimana keberadaan cowok bejat itu. Buktinya, Khesya hanya mengedikkan bahunya, lalu lewat begitu saja.

Sialan! Dimana Vernion? Stella sudah tidak tahan lagi dengan sikap Vernion yang menyebalkan itu.

Stella menarik lengan Aileen agar mengikutinya, mencari Vernion. "Eh, mau kemana, Stell?" tanya Aileen bingung.

"Nyari cowok bejat." ujar Stella.

Tanpa sanggup berkata-kata lagi, Aileen menurut mengikuti Stella. Walaupun langkahnya gontai.

"Stell, gak usah weh." larang Aileen.

Terus saja Stella menarik lengan Aileen. Stella tidak mau mendengarkan ucapan Aileen yang melarangnya untuk mencari Vernion.

"HEH COWOK BRENGSEK!" panggil Stella saat mendapati Vernion sedang bercanda ria bersama teman-temannya.

Apa-apaan cowok itu? Dia bahkan seperti tidak peduli dengan Aileen. Disini Aileen sedang bersedih karena patah hati. Sedangkan Vernion? Dia malah tertawa-tawa bersama temannya.

Stella memaksa Aileen untuk menghampiri Vernion. "Apa?" tanya Vernion santai.

"Apa kata lo?! Apa?! Heh!! Lo itu udah gak punya hati, ya?! Ngapain lo macarin sahabat gue?! Mau main-main?!" cerca Stella tanpa membiarkan Vernion untuk menyangkal.

"Awas, ya! Sekali lagi lo gangguin sahabat gue, Aileen, lo bakal berurusan sama gue." ancam Stella lalu mengajak Aileen untuk pergi.

Sungguh, Stella tidak tahu sikon. Sudah tahu itu kantin, tapi masih saja berani melabrak orang. Apalagi melabrak cowok?

Dari arah lain, ada sepasang mata yang menatap kearah Stella dengan kagum. Stella memang manusia langka.

***

Anggap saja semua ini takdir untuk remaja SMA seperti Stella. Mendapat teman baru yang satu frekuensi, mendapat tugas yang bejibun, juga mendapat beberapa masalah yang membuat hidupnya semakin rumit.

Saat ini mau tidak mau Stella harus menerima apapun resiko atas perbuatannya. Dihukum bersama Aileen dibawah tiang bendera.

"Panas, njir." keluh Aileen sembari mengibaskan rambutnya.

Mendengar keluhan Aileen barusan, Stella sedikit setuju. Memang hari ini cuaca sangat tidak bersahabat dengan Stella dan Aileen.

Kenapa sih tidak mendung saja? Kan kalau mendung Stella dan Aileen tidak akan seperti cacing kepanasan begini.

"Ini semua salah lo!" sergah Stella tiba-tiba. "Pakai acara bikin ulah segala! Udah tahu guru fisika galak." omel Stella membuat Aileen cengengesan.

Memang tadi Aileen yang mengaitkan Stella, hingga Stella terpaksa harus ikut berjemur bersama Aileen.

Guru fisika yang menurut Stella sangat galak itu, membuat Stella takut untuk berulah lagi.

Cukup! Ini adalah hukuman yang pertama dan terakhir. Stella tidak akan mau lagi ikut aliran sesatnya alien satu itu.

"Hai, Dek!" sapa Evan saat melihat Stella dan temannya dihukum.

Mata Stella melotot mendapati keberadaan Evan dan Angga disampingnya. Kenapa mereka ada disini? Apa mereka juga dihukum?

Raut muka Stella sangat menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan keberadaan dua cecunguk itu. Mau apa sih mereka?

Jika mereka dihukum, kan bisa tuh jaga jarak dengan Stella. Paling tidak satu meter. Stella tidak mau dekat-dekat dengan virus kaya mereka.

Angga menyuruh Aileen menyingkir terlebih dahulu kesebelahnya, agar dia bisa lebih dekat dengan Stella. "Gimana tantangan gue?" bisik Angga tepat ditelinga Stella.

Mendengar bisikan setan barusan, Stella bergidik ngeri. Sontak, dia mendorong tubuh Angga hingga tersungkur mengenai aspal lapangan.

"Kasar banget jadi cewek." cibir Angga lalu mencoba bangkit dari jatuhnya.

Kini Angga menatap Stella intens. Cewek ini, selalu mengingatkan Angga kepada seseorang. Tetapi, siapa? Angga bahkan tidak ingat siapa orang yang mirip dengan Stella.

Ctak!

Jetikan jari Evan membuat Angga tersadar. "Ngelamun aja lo!" seru Evan dihadiahi cengiran oleh Angga.

"Apa yang gue dapat kalau gue menang dari lo? Dan apa yang lo minta kalau gue kalah dari lo?" tanya Stella to the point.

Cewek ini susah ditaklukan ternyata. Berbeda dengan cewek-cewek pada umumnya. Stella itu, spesies langka.

Angga menghembuskan nafasnya pelan. Dia harus berusaha untuk membujuk Stella agar Stella mau mengikuti taruhan ini.

"Yang menang, wajib mengajukan dua permintaan. Gimana, setuju?" tawar Angga.

Menarik. Stella bisa mengajukan permintaan yang sulit untuk Angga. Atau, bahkan Stella bisa dengan mudah mempermalukan Angga didepan semua orang jika dirinya menang.

Apa kata dunia, jika cowok kalah melawan cewek? Bukan apa, harga diri, bro!

***

Salam sayang,
Chyni_Ar

AURISTELLA (LENGKAP)Where stories live. Discover now