09. Boneka Dan Lego?

113 15 1
                                    

Sesuai dengan yang aku janjiin. Kalau ada typo tolong tandain ya.

Happy reading!

"Fi ekeu mau nanya dong," ucap Fafa pada Aleta. "Tadi lo kenapa sama yayang Aksa? Gue liat lo sama dia berantem gitcu di kantin."

Fifi adalah panggilan spesialnya dari Fafa. Karena hanya Aleta yang tulus berteman dengannya dan tidak memandang rendah dirinya seperti orang lain. Maka dari itu ia mempunyai nama khusus untuk Aleta. Yaitu Fifi.

"Ih Fafa apaan si yayang-yayangan. Fafa gak boleh suka sama sesama jenis tau!"

And yeah. Fafa adalah nama panggilan dari Daffa Pangersa. Awal masuk sekolah memang ia dipanggil Daffa. Namun, karna tingkah lakunya bak seorang wanita iapun dikenal dengan nama Fafa.

"Ih apaan si Fi, gue 'kan cuma mengagumi Kak Aksa doang. Yakali gue ada rasa," cibir Daffa tak terima. "Tapi kalaupun boleh, gue mau kok, hehe."

Aleta dan yang lainnya hanya memutar bola mata malas. Jika dia bukan cucu dari pemilik sekolah ini, mungkin dia akan menendang Daffa keluar dari sekolah saat ini juga.

"Terserah Fafa aja dah. Yang waras diem."

"Eh Fi, gue rasa kalian itu cocok lho kalau jadi pasangan. Kek couple goals gitu," ujar Daffa dengan serius.

Aleta membulatkan matanya, ia bergidik ngeri mendengar ucapan Daffa barusan. Apa-apaan ini?!

"Amit-amit ih Fa. Apaan si, males banget gue kalau bahas tentang dia. Kenapa juga coba, bang Ale temenan sama dia."

"Jangan terlalu benci sama orang Al. Siapa tau nanti malah beneran jadian, kan? Jodoh gak ada yang tau," timpal Zivanna.

"Iya tuh, bener banget yang di omongin sama Ziva. Hati-hati lho, Al," tambah Sasa.

Daffa dan Safa mengangguk setuju atas ucapan yang dilontarkan Zivanna dan Sasa. Kara? Anak itu masih berkutat pada bukunya.

*****

Bel pulang sekolah berdering. Semua antusias keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Di dalam sekolah pun hanya menyisakan beberapa orang yang sepertinya sedang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.

"Leta lama amat lu jalan! Gue nunggu dari 10 menit yang lalu anjeng." Alendra memundurkan motornya agar sejajar dengan tampat Aleta berdiri. "Kemana dulu lu?"

"Bel pulang baru 3 menit yang lalu bunyinya. Kenapa lo udah nunggu dari 10 menit yang lalu? Jangan-jangan lo bolos lagi. Lo pasti bolos 'kan di jam terakhir?" selidik Aleta menyipitkan matanya.

Alendra menyeringai sambil membuka helm fullfacenya. "Adik gue pinter juga ternyata."

"Aduin ke bunda ah."

"Ta, beli snack dulu yu," tawar Alendra pada Aleta. "Gue yang bayar deh."

"Nyogok nih ceritanya?" tanya Aleta menatap sinis pada Alendra.

"Enggak ko enggak. Yaudah kita beli cireng, pisang sama seblak dulu yu," ujar Alendra lalu menyalakan mesin motornya. Ia sangat hafal sekali apa yang adiknya ini suka.

Mata Aleta berbinar ketika ia mendengar tawaran Alendra kali ini. Seketika senyumnya mengembang dan langsung menaiki motor Alendra dengan semangat.

"Ayok bang! Abang yang bayarin ya!"

"Iya-iya gue yang bayarin." ujar Alendra. 'Demi gak dilaporin, gue harus rela! Dompet maafin gue ya. Buat gebetan gue, maaf juga. Kagak jadi kita dinner malam ini' lanjutnya dalam hati. Miris.

AleksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang