14. Diporotin

81 7 6
                                    

akhirnya aku up jugaa ╥﹏╥ maaf ya gais aku selalu lama.

mana nih yang nunggu Aleksa update?

Happy reading!

Suara tawa di kantin pecah ketika mereka mendengar candaan yang Nizar dan Titus lontarkan. Tak jarang juga dari mereka ada yang tersedak karena tertawa dengan mulut penuh makanan.

Semuanya terbahak, termasuk penjaga kantin yang sedari tadi menyaksikan. Sasa yang memang dasarnya humor receh sudah tergelak dengan mengeluarkan sedikit air mata. Biasanya ia dan Aleta yang akan tertawa dengan keras, tapi kali ini berbeda. Aleta hanya diam mendengarkan tanpa minat.

"Tumben diem aja, gak ketawa," ucap Kara yang dari tadi memerhatikan Aleta. Menghembus napasnya dalam, setelahnya Aleta menggeleng pelan, "Gak minat."

"Berantem sama abang-abang lo lagi." Itu pernyataan bukan pertanyaan. Yang sukses membuat Aleta mendongak, menatap Kara penuh tanya, "Ih kok lu tau sih! Peka banget ya ampun, sahabat gue yang satu ini."

Emang Kara tuh paling peka diantara yang lain. Kara selalu mengerti situasi, tidak akan berbasa-basi dan langsung menyatakan pernyataan. Sialnya, setiap pernyataan yang Kara lontarkan selalu benar.

Seperti cenayang.

Kara mengangguk tanpa bertanya lebih jauh. Mengerti kondisi Aleta yang belum mau bercerita. Biasanya, Aleta akan bercerita ketika sudah tenang perasaannya. Tipe-tipe manusia cengeng yang ketika ada masalah bukannya bercerita malah nangis duluan.

Aleta menekuk kembali kepalanya. Memegang dadanya yang sesak, mendongak lalu menatap Kara dengan mata berkaca-kaca.

Safa dan Zivanna masih sibuk memerhatikan aksi lelaki yang sedang melontarkan candaan itu. Sedangkan Sasa, kini sedang berduaan dengan Putra ditempat terpisah. Menghiraukan Aleta yang sedang mode melow, sehingga tidak ada yang tau bahwa sahabatnya yang satu sedang tidak baik-baik saja. Terkecuali Kara.

Melihat tatapan Aleta, Kara tersenyum mengerti. Merentangkan tangannya seakan menyuruh Aleta mendekat lalu ia memeluknya.

"It's okay. Keluarin aja semuanya." Kara mengusap punggung Aleta ketika tubuh gadis itu bergetar karena menangis. Tak lama Aleta melepaskan pelukannya.

"Mau pindah dulu duduknya ke belakang?" tanya Kara dan di angguki Aleta. Kara menepuk pelan Safa lalu memberitahu ia dan Aleta akan pindah sebentar. Safa mengangguk tanpa menghiraukan keduanya.

Setelah mereka pindah ke tempat yang tak terlalu ramai, Aleta kembali memeluk Kara. Hanya memeluk untuk menenangkan perasaannya, tanpa ada tangisan.

"Udah mau cerita?" tanya Kara. Aleta mengangguk lalu melepas pelukannya dan duduk dengan kepala menunduk.

Dengan lesu, Aleta menceritakan kejadian semalam dari awal. Mulai dari kembaran Alendra yang pulang, hingga dia yang menangis dan marah karena keinginannya tidak dituruti.

"Gue manja banget ya, Ra? Masa cuma gara-gara kayak gitu gue marah sama abang-abang gue," lirih Aleta. Air mata yang tadi sudah berhenti kini mulai kembali.

Kara menggeleng pelan. Tak heran lagi dengan sikap Aleta yang manja dan kekanakkan. Karena memang begitu sikap Aleta. Manja, kekanakkan dan cengeng.

AleksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang