13. Safa Dan Rafa

104 4 9
                                    

Setelah sekian lama hiatus, akhirnya cerita ini lanjut juga xixi..

Happy reading!

Hingga jarak tinggal beberapa senti lagi, Aleta masih dengan keadaan yang sama. Yaitu, diam dan kebingungan.

Lima detik kemudian Aleta langsung mendorong kencang bahu Aksa, hingga sang empu terhuyung ke belakang.

"Lo makan apaan sih?! Mulut lo bau banget," ujar Aleta sambil mengibaskan tangannya.

"Enak aja, mulut gue dibilang bau! Gue sikat gigi empat kali sehari, ya! Dengan sekate-kate lo bilang mulut gue bau," timpal Aksa tak terima. "Yang ada mulut lo tuh, yang bau. Jarang sikat gigi 'kan lo."

Aleta membulatkan matanya, dengan tangan yang menunjuk wajah Aksa. "Lo-"

"Apa? Bener 'kan ucapan gue."

"Matamu bener! Gila lo." Segera Aleta meninggalkan Aksa yang tersenyum puas.

Kakinya di hentak-hentakkan ketika berjalan kembali ke kelas. Wajahnya di tekukan dengan bibir terus menyumpah serapah. "Kenapa gue harus ketemu orang gila kayak tadi, sih?!"

"Kenapa, Al?" tanya Zivanna yang berada di sampingnya bingung, dengan tingkah laku Aleta.

"Zi ... Haahh-" Aleta menghembuskan napasnya lewat mulut, tepat di depan muka Zivanna. "Enggak bau, kan, Zi?"

Raut wajah Zivanna yang awalnya bingung kini berganti menjadi terkejut. Tangannya mengibas di depan hidung kencang, agar aroma yang tercium cepat hilang.

"Gila lo, Alet!" hardik Zivanna. "Hidung gue jadi mencium bermacam-macam aroma, anjir."

"Ih yang bener?!" ucap Aleta, menaikan sedikit suaranya. Zivanna mengangguk, "Lebih ke bau soto sih, sebenernya."

"Masa sih? Jangan bohong lo, Zi!"

"Gue gak bohong. Lo cium aja sendiri."

Aleta tampak berpikir sejenak, menimang ucapan Zivanna. Sepertinya benar juga. Aleta harus mencium aroma mulutnya sendiri jika ingin tau baunya.

Ia meletakkan tangan di depan mulutnya dan diberi jarak beberapa senti. Dihembuskan napas dari mulut lalu diciumnya aroma itu. Dan, bom!

Bau soto ternyata.

"Wah, iya wangi soto, Zi," celetuk Aleta dengan tampang watados. "Gue lupa tadi waktu makan kagak minum."

Zivanna menggeleng melihat tingkah laku Aleta. Tidak aneh melihat perilaku Aleta yang seperti itu, sudah menjadi hal biasa baginya dan kedua temannya yang lain.

*****

Sementara itu di sisi lain, Aksa berjalan dengan sesekali berdecak, mengutuk Aleta. Aleta. Satu-satunya wanita yang berani mengatainya bau. Hei! Aksa itu sikat gigi tiga kali sehari. Sesuai dengan anjuran doker gigi!

"Kalau bukan adiknya si Ale. Udah gue kunciin tuh anak di kamar mandi," gerutu Aksa. Tepat saat ia akan duduk di bangkunya, Alex datang menghampiri.

"Dari mana? Balik ke sini kok muka lo kusut gitu," ujar Alex.

"Hm ... Ada masalah dikit di luar. Ini gurunya belum balik lagi?" tanya Aksa. Alex menggeleng, "Belum."

AleksaDär berättelser lever. Upptäck nu