22. Partner

23 2 0
                                    

Happy Reading~

Siang ini kantin sekolah gak terlalu rame kayak biasa. Meja-meja juga masih sisa beberapa yang kosong. Padahal biasanya meja kantin selalu penuh.

"Manusia pada kemana dah? Gak biasanya," kata Safa sambil nyeruput kuah bakso.

"Gak tau. Tapi bagus sih, jadi gak terlalu berisik." Zivanna ambil tiga bakso kecil di mangkuknya, terus dia pindahin ke mangkuk Aleta.

Aleta yang liat Zivanna ngasih baksonya senyum cerah. Bilang makasih, abis itu dia makan habis semua bakso kecilnya.

Zivanna yang makannya jarang abis, temenan sama Aleta yang makannya kayak manusia kelaparan emang cocok banget. 

"Hari ini lo mulai latihan, kan?" tanya Sasa. Aleta ngangguk mengiakan.

"Tapi mungkin gak bakal latihan suara deh. Biasanya hari pertama, lebih ke lagu apa sama gimana cara kita ngabawain lagunya," jelas Aleta. Dan diangguki sama yang lain.

Belum selesai jam istirahat pertama, Aleta lagi-lagi dipanggil. Tapi kali ini pake speaker yang ada di Tata Usaha dan otomatis semua penjuru sekolah ngedenger. 

"Kata gue mah panggil lewat orang kek, lah ini malah lewat pengumuman speaker. Kayak siswi yang bermasalah lo, Ta," kata Sasa yang bener banget.

Soalnya pas nama Aleta disebut, manusia yang ada di kantin langsung pada nengok ke arah dia. Banyak juga bisik-bisik antar circle yang suaranya kedenger sama Aleta.

Aleta emang dasar manusia bodo amatan, dia pamit ke temen-temennya tanpa peduli bisik-bisik yang ada di sekitar.

"Tunggu gue di kelas, ya, sayang-sayangku!"

Keempatnya mengacungkan jempol ke Aleta, "Oke, sayang. Gue tungguin. Bye-bye, muach!"

Nah kalo itu Sasa yang buka suara, bukan suara santai kalem tapi malah teriak. Karena Aleta udah keluar dari area kantin pas Sasa bales ucapannya.

Aleta jalan sendiri ke ruang TU, sambil sesekali senandungan kecil. Waktu dia mau belok arah buat masuk, kakinya malah keinjek sama manusia setengah tiang.

Aleta meringis, ia pegangi kakinya yang kerasa berdenyut, "Liat-liat dong kalo jalan!"

Waktu mendongak, badan Aleta tersentak, "Astaga! Kenapa gue bermasalahnya selalu sama lo, ya?"

"Gue gak sengaja kali. Lagian gue juga heran kenapa ketemu lo mulu."

Aksa ngulurin tangannya buat nolong Aleta dan diterima sama si empu. Cara jalan Aleta udah kayak yang lagi pincang, kaki sebelah kirinya diseret sama dia.

"Serius sesakit itu? Padahal keinjeknya gak sengaja loh," ucap Aksa yang masih bantu Aleta jalan.

Mata Aleta mendelik gak terima. Kakinya yang kecil, imut nan mungiel ini diinjek sama kaki Aksa yang besarnya kayak Titan? Yakali gak sakit.

Yang ngomong lebay berarti lukh belum ngerasain cuy.

"Sini gue bales!" Aleta injak kaki Aksa beberapa kali pake kaki yang satunya. Tapi tangannya tetep pegangan ke tangan Aksa.

Biar seimbang. Jangan salah paham.

Padahal Aleta udah ngeluarin semua kekuatan yang dia punya. Tapi Aksa malah cengengesan liat kelakuan Aleta. Seolah amukan Aleta gak ada apa-apanya.

"Gak kerasa, Al. Malah kayak orang lagi mijitin." Aksa tarik tangan Aleta biar dia berhenti. "Coba sini gue liat."

Aksa nuntun Aleta duduk di kursi panjang yang ada di pinggir TU. Duduk sebentar buat ngecek kondisi korban. Aleta buka sepatu sebelah kirinya terus dilanjut sama kaus kaki yang full putih itu buat dia buka.

AleksaWhere stories live. Discover now