07. Kantin

119 15 5
                                    

Kalau ada typo, tandain ya💛

Happy reading!

Sepanjang jam pelajaran dimulai, Aleta di sibukan dengan beberapa kertas hasil ulangan hariannya. Aleta dan Sasa mengerjakan ulang hasil pengerjaannya sewaktu minggu lalu, karena mereka mendapat nilai dibawah rata-rata.

Sedangkan Zivanna dan Safa yang mendapat nilai pas-pasan, hanya bisa menertawai kedua temannya itu yang masih sibuk mengerjakan remedinya. Tidak perlu ditanya tentang Kara, gadis yang satu itu memiliki kecerdasan di atas rata-rata, jadi tidak mungkin jika dia mendapat hasil seperti Aleta dan sasa.

"Ini semua gegara lo tau gak! Coba aja lo gak berisik mungkin gue gak akan di pindahin ke tempat lain," kata Aleta menghentakkan kakinya lalu berjalan ke tempat duduknya.

"Lah kok malah gue si?" Sasa yang tak terima jika ia disalahkan, membela diri. "Salah sendiri, nyontek suaranya keras-keras."

"Udahlah emang dasar otak lu berdua pada cetek, jadi jangan saling menyalahkan." Safa melerai lalu disambut tatapan sinis oleh Aleta dan Sasa.

"Otak pinter gini disebut cetek, gak ada akhlak lu. Kayak yang pinter aja lu, ya gak Al," kata Sasa pada Aleta yang langsung mengangguk paham.

"Bener banget Sa, gue setuju tuh sama lo. Padahal 'kan si Safa sama Ziva otaknya pas-pasan, gak sederajat juga sama Kara."

"Heh!" gertak Zivanna memukul meja dengan keras. "Gue dari tadi diem ya gak ikutan lo bertiga debat. Kenapa gue kena juga?!"

"Stop! Kalian tuh ribut mulu dah. Gue laper! Ayo ke kantin. Cape gue dengerin lo semua berantem," kata Kara dengan sedikit membentak. Perlu diketahui, Kara ini tipe orang yang gak pernah ngebentak. Kecuali di saat-saat tertentu. Seperti saat ini misalnya.

"Eh iya bener, gue juga udah laper nih. Kuy kantin," ajak Aleta, menggandeng tangan Zivanna dan Sasa lalu pergi berjalan dengan tertawa riang.

"Tadi ribut, giliran ke kantin aja langsung pada akur seolah gak ada masalah. Heran gue," ujar Safa pada Kara.

Kara tersenyum tipis lalu menyusul Aleta, Zivanna dan Sasa yang sudah berada di depan.

*****

Seperti biasa, suasana kantin jika istirahat akan mengalahkan keramaian yang ada di pasar. Semua meja yang ada di sana hampir seluruhnya terisi, dan hanya menyisakan dua tempat yang berada di pojok paling kanan kantin dan di sebelahnya.

"Aksa jadiin gue pacar dong!"

"Bang Aksa bagi-bagi nomer napa!"

"Pengen banget gue nyantet lo Sa, gegara liat ketampanan lo."

"Ale gue mau kok dijadiin yang ketiga demi sama lo!"

"Zaidan jangan dingin-dingin napa!"

"Putra putusin pacar lo!!"

"Nizar bangun dong jangan tidur mulu tuh mata!"

"Dih si Titus so kegantengan banget!"

"Rafa punya gue!!"

Suara keributan terdengar diseluruh penjuru kantin yang didominasi dengan suara jeritan wanita, kala Aksa dan teman-temannya masuk ke area kantin. Susah memang jika menjadi most wanted sekolah, setiap hari telinga akan berdengung karena suara jeritan para wanita. Tapi mau bagaimana lagi?

Aksa, Zaidan dan Putra menulikan telinganya. Sedangkan Alendra, Rafa, Nizar dan Titus membalas semua perkataan yang dilontarkan para kaum hawa itu. Pakboi mah bebas.

AleksaWhere stories live. Discover now