16. Peliharaan?

Mulai dari awal
                                    

“JONGKOK BODOH!!”

Seruan Dirga begitu keras, hingga membuat Alexa beserta siswa-sisiwi disekitar terperanjat kaget. Ada juga siswi yang lebih memilih pergi ketimbang harus menyaksikan macan yang akan menyiksa mangsanya.

Alexa menarik nafas dengan kedua mata tertutup. Baiklah, Untuk saat ini, lebih baik dia menurut.

Push up 20 kali.” Dirga memerintah, setelah Alexa sudah tidak berdiri.

Siswa-siswi disekelilingnya masih cengo dan terlihat kepo dengan kejadian selanjutnya.

Merasa menjadi pusat perhatian, Dirga berujar, “pergi kalian,” perintah Dirga datar. Pandangannya lurus kedepan, seolah memerintah mereka semua yang menyaksikan untuk segera berlalu.

“GUE BILANG PERGI BANGSAT!”

BRUK!!

Dirga berteriak dengan menendang tong sampah didepannya. Membuat siswa-sisiwi yang menonton, mau tak mau buru-buru menjauh dari sana.

“Pergi goblok pergi!!” Bisik-bisikan riuh itu masih terdengar.

“Gila-gila, macan ngamuk! Pergi woy pergi!!”

“Astaghfirullah astaghfirullah, ampuni hamba, ampuni hamba!!”

Sekarang, tak ada satu pun murid yang akan mengganggu aksi Dirga. Mereka lebih memilih berlari masuk kedalam kelas setelah menerima gertakan itu.

Dirga kembali memasang wajah datar juga santai. Laki-laki itu menatap  kebawah, melihat gadis itu masih terdiam.

Oke, sekarang Dirga resmi mengklaim bahwa gadis itu adalah peliharaan barunya. Hmmm, peliharaan baru itu menarik.

Dug

Dirga menendang kaki gadis yang ada dibawahnya hingga membuatnya meringis kesakitan.

“Dasar bandel.” Dirga berdecih muak.

“Gue bilang push up 20 kali, nggak tuli kan lo?!!”

Alexa terpekik tanpa suara. Dia tidak sanggup mendengar seruan-seruan Dirga yang nyaris mampu membuat kepalanya pecah. Suara itu bagai guntur malam.

Dalam hidupnya, baru kali ini Alexa menemukan seseorang yang bukan bagian dari keluarganya tetapi berani membentak dan memakinya seenak hati.

Gadis itu mendongak dengan tatapan permohonan.

“J-Jangan,” gelengnya lemah, “jangan kali ini, D-dirga.” Alexa menatap nya sendu.

“T-tolong, biarin aku bebas, k-kali ini aja.” Alexa berkata seserius mungkin, “a-aku ada ulangan, a-aku nggak mungkin ninggalin itu Dirga,”  mohon Alexa dengan wajah memelas. Kedua matanya berlinang, rasanya ingin menangis setiap kali Dirga memaki dan menyiksanya.

Dirga memalingkan wajahnya sembari tertawa muak, “lantas?” Laki-laki itu menuntut dengan mengangkat dagunya sebentar.

Alexa menelan salivanya berat, “b-biarin a-aku bebas. A-aku mohon, Dirga,” pintanya lagi.

“Jangan berani menolak.”

“T-tangan aku, masih sakit. A-aku mo__”

“Satu.” 

Dirga selalu saja begini. Mampu membuatnya panik dengan hitungan detik.

Alexa kebingungan, tangannya pun masih sakit, tidak mungkin tahan untuk bertumpu pada lantai.

“Dua.”

Ck! Memohon kepada Dirga itu memang sia-sia. Seakan, matanya buta dan telinganya tuli.

“Ti__”

DIRGANTARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang