HERA [12]

6.9K 370 6
                                    

Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah.

Dia kenapa? Sumpah dia lagi kenapa? Seseorang tolong katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya!!

Oke maaf, mungkin aku terlalu terbawa suasana. Aku shock teman, kalian tau kan orang yang sekarang menjadi suamiku adalah dosenku yang baru sekali aku temui sebelumnya. Lalu kami menikah karena sebuah paksaan. Kami sudah menikah sejauh ini, oke sebenarnya belum terlalu jauh karena kami baru menikah beberapa minggu, dan kalian harus tau!! Kalian harus tau! Sikapnya yang dingin dan menyebalkan, entah kenapa menguap dari semalam hingga pagi ini.

Aku takut, sangat-sangat takut melihat perubahan sikapnya. Apa ini asli? Atau karena efek aku belajar terlalu memaksakan semalam? Astaga, masa otakku jadi geser gini sih?

Yang lebih aku takutkan lagi, semalam dia tidur sambil mendekapku dengan erat. Ya ampun.... Aku wanita dan dia laki-laki, jelas saja aku takut. Semalaman aku tidak tidur, dari semalam aku hanya berusaha memejamkan mata dan itu tetap tidak bisa. Lebih parahnya lagi, aku harus kuliah di kelas Pak Rusdi pagi ini. Mati aku mati, jangan sampai aku tidur di kelas nanti.

"Ra, mandi gih," suara itu terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kamar mandi. Muncullah Pak Leo dengan kimono mandinya.

Aku bergeming, mengacuhkannya.

"Kok diem? Mau liat saya ganti baju? Apa mau minta dimandiin?" Tanyanya dengan nada sedikit mengejek.

Perkataannya sungguh membuatku kesal. Dengan cepat aku bergegas ke kamar mandi tanpa mau mendengar kata apapun yang keluar dari mulutnya.

- - - - - - - -

Potong. Potong. Potong. Potong. Ya potong terus. Telur yang ada di atas piring makanku terlihat tidak enak, padahal aku sendiri yang membuatnya. Sungguh, aku jadi seperti malas hidup. Kenapa sih Pak Leo berubah jadi aneh? Okelah dia lebih manis walaupun tetap menyebalkan, tapi gak gini juga kan. Ini semua malah bikin aku bertanya-tanya.

"Ra, kok dipotong-potong aja telurnya?" Mama Nat menegurku. Yap, mertuaku lebih peka daripada orang nyebelin itu.

"Lagi gak selera Ma." Jawabku sekenanya.

"Kamu kenapa? Sakit ya Ra?" Tanya Mama Nat lagi. Ia sampai berhenti makan untuk mengecek suhu tubuhku dengan punggung tangannya. Aku hanya bisa menggeleng menjawab pertanyaannya. "Leo, istri kamu kenapa ini?"

Kulirik Pak Leo menghentikan makannya dan memandangku heran. "Kayanya Hera capek aja deh Ma."

"Capek kenapa?" Mama Nat heran.

"Masa Mama gak mengerti sih, nanti juga dia mendingan," jawab Pak Leo yang membuat mata Mama Nat berbinar sementara aku terheran-heran. "Udah kamu makan dulu, makan satu atau dua sendok walaupun lagi gak selera. Nanti malah sakit."

Tuhkan, tumben banget kaya gitu. Ah, bikin jadi kepikiran terus aja. Ngeselin!

- - - - - - - - -

Mobil Pak Leo sekarang sudah terparkir di pelataran parkir dosen, dan sampai sekarang aku masih aneh dengan sikapnya. Oh ya ampun, ingin sekali aku bertanya, tapi nanti dikira geer sama dia.

"Kelas kamu selesai jam berapa nanti?"

Sebelum aku berhasil melepaskan seatbelt dari tubuh, suara Pak Leo terdengar.

"Saya nanti pulang sendiri aja Pak."

"Tinggal jawab aja apa susahnya?"

Aku mendengus. Hanya satu yang sama. Dia tetap pemaksa.

"Jam dua saya selesai."

"Kelas terakhir kamu sama siapa?"

"Bu Liona."

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang