LEO [1]

20.3K 508 5
                                    

Aku melonggarkan dasiku. Menyandarkan tubuh yang lelah ini di kursi yang sedang aku duduki. Lelah akan kegiatan yang sedari pagi aku jalani. Aku melirik jam yang bertengger di pergelangan tangan kananku. Pukul sembilan lewat lima, pantas saja aku sudah mengantuk dan sangat lelah.

Kuraih gagang telepon yang ada di atas meja, mendial nomor untuk memesan sebuah taksi. Hari ini aku memang membawa mobil, tapi aku bukanlah laki-laki yang akan mengambil resiko kehilangan nyawa karena menyetir sambil mengantuk.

Setelah selesai memesan taksi, aku membereskan semua barang-barang dan tak lupa meninggalkan kunci mobil di laci meja paling atas. Kemudian, aku beranjak keluar sambil menenteng jas di tangan.

"Selamat Malam Pak," sapa Nanda dan Adnan, sekretarisku.

"Selamat Malam juga kalian." Jawabku penuh wibawa kepada mereka. Ya, sekretarisku memang dua dan mereka kembar. Mereka adalah saudara kembar yang sangat menyayangi satu sama lain. Kalau aku ceritakan bagaimana mereka berdua bisa diterima bekerja di sini, pasti akan mampu membentuk satu bab dalam novel.

Aku kembali melanjutkan perjalanan menuju luar kantor. Di dalam ruangan Bahasa Jepang, masih banyak karyawan yang masih berkutat dengan layar komputer. Mereka yang masih di sini adalah karyawan yang sedang mengurusi modul-modul dan segala macam keperluan lainnya untuk memberi kelas kepada turis Jepang yang besok akan datang ke kantorku. Oh ya, aku lupa mengatakan bahwa kantorku ini adalah lembaga pengajar Bahasa Indonesia dan asing. Bahasa Indonesia untuk para orang-orang dari negara luar yang mungkin punya kepentingan khusus di Indonesia sehingga mengharuskannya belajar bahasa Indonesia. Lalu lima bahasa asing yaitu, Jepang, Jerman, Prancis, Mandarin dan Inggris untuk orang Indonesia maupun orang asing yang ingin mempelajarinya. Kadang-kadang aku turun sebagai tenaga pengajar Bahasa Indonesia, Inggris dan Jerman apabila ada tamu-tamu khusus yang datang.

"Selamat Malam Pak Leo!" tidak terasa kini aku sudah berada di lobby kantor dan kini Pak Toto, satpam kantor, sudah berdiri di depanku sambil memberi hormat.

"Malam Pak," balasku dengan senyum. "Hari ini mobil tidak saya bawa pulang, besok pagi saya akan telepon Pak Reno untuk mengambil mobil saya dan kuncinya ada di ruangan saya di dalam laci meja paling atas." Ucapku.

"Baik Pak, memangnya besok Bapak tidak ke sini?" tanyanya.

Aku menggeleng, "Besok saya harus mengajar dari Pagi sampai Sore."

"Oh kalau begitu baiklah Pak, selamat jalan dan hati-hati." Ujarnya sambil membukakan pintu belakang taksi yang aku pesan.

Aku masuk ke dalam taksi dan duduk dengan nyaman. Setelah memberitahukan alamat kepada supir taksi, aku memejamkan mata untuk mengistirahatkan indra penglihatanku ini.

- - - - - - - - - - - - - - - - - -

Akhirnya sampai juga di rumah. Dengan langkah gontai aku masuk ke dalam dan mendapati mama yang sedang membaca sebuah Al-quran kecil di ruang tamu. Pasti dia sengaja menungguku hingga sampai sekarang masih terjaga.

"Assalamu'alaikum." Salamku yang langsung membuatnya menoleh ke arahku.

"Wa'alaikumsalam," jawabnya. "Baru sampai Nak?"

"Iya Ma."

"Sudah makan belum?"

Aku menggeleng. Tiba-tiba lenganku terasa sakit, ternyata Mama habis memukul tanganku. "Kenapa belum makan?" tanyanya berubah galak.

"Nggak ada waktu." Jawabku sejujurnya.

Plak...

"Aduh Ma, sakit tau, jangan dipukul gitu apa." Keluhku sambil mengelus tangan kananku yang sedari tadi menjadi sasaran pukul mama.

"Siapa suruh kamu belum makan? Buat kesehatan diri kamu aja nggak peduli." Omelnya.

"Tadi ada dubes Amerika yang datang di LC Ma." Kilahku.

"Memangnya gak bisa kalau mengambil waktu istirahat sebentar untuk makan? Lagipula kalau nggak makan dan kamu jatuh sakit memangnya bisa kamu mengurusi dubes Amerika itu?" katanya tajam.

Aku menghela napas. Yah, aku mengerti, memang ini demi kesehatanku sendiri. "Iya Ma, Leo ngerti kok. Maafin Leo deh, lain kali gak akan lupa untuk makan."

"Sudah sana kamu ganti baju dan bersih-bersih, habis itu turun ke bawah untuk makan."

"Siap Mamaku yang cantik." Ucapku seraya mengecup kening mama dan beranjak pergi ke kamar untuk mandi.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

"Besok kamu ada acara?" kini mama dan aku sudah duduk dengan nyaman di kursi meja makan.

"Ngajar di kampus sampai sore," jawabku. "Kenapa Ma?"

"Hari Minggu temani Mama ke rumah teman ya?"

Tanpa pikir panjang aku menjawab, "Oke."

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang