LEO [19]

5.5K 378 10
                                    

Jangan jadi pembaca gelap ya guys;) silahkan menikmati:D

- - - - - - -

Mataku mengerjap-ngerjap pelan. Menyesuaikan diri dengan cahaya yang sedikit menerobos masuk ke dalam. Aku merasakan ada sesuatu yang mendekapku, begitu kulihat, ternyata Hera-lah yang sedang memelukku dengan erat. Bibirku tertarik, membentuk sebuah senyuman. Seingatku, semalam aku tertidur di sofa ruang kerja sambil memeluk dirinya. Aku tidak ingat bagaimana caranya kami bisa pindah ke dalam kamar. Apa dia mengangkatku? Mustahil melihat badannya yang jauh lebih kecil daripadaku.

Kucium puncak kepalanya agak lama membuat dia terjaga. "Selamat Pagi sayang..."

Ia terjaga dari tidurnya, sepertinya ia belum sadar karena ia menyusupkan wajahnya lebih dalam pada dadaku serta semakin mengeratkan pelukannya. Sial, kenapa aku tiba-tiba merasa nyaman dengan pelukan darinya.

"Ra, ayo bangun... kita sudah telat sholat subuh." Tegurku. Aku mengusap-usap puncak kepalanya yang malah membuatnya agak menggeliat manja.

Ya ampun, kalau dia terus begini aku bisa kelepasan.

"Ra, ayo bangun." Panggilku sekali lagi.

Kini tak ada jawaban, aku hanya dapat mendengar suara deru nafasnya. Ya, dia kembali tertidur. Gadis ini, sudah nyaris membuatku kelepasan sekarang dia malah kembali tertidur.

Akhirnya aku memilih melepaskan pelukan Hera secara perlahan, kemudian bangkit dari tempat tidur. Aku menatap ke arah wajah tidurnya. Berantakan, tapi aku akui dia memang tipe gadis yang cantik dan wajahnya tidak bosan untuk dilihat oleh siapapun. Meskipun dia terlihat cantik dalam posisi tidur, dia tetap harus dibangunkan karena kami berdua sudah telat untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

Aku mendekat ke arahnya, lalu dengan cepat menangkap pinggangnya dan mengangkatnya agar bangun dari tempat tidur. Hera terkesiap, dapat aku rasakan dia terkejut karena tubuhnya menyentak dan kedua tangan serta kakinya secara otomatis melingkar di leher dan di pinggangku. Aku tersenyum. Sepertinya sebentar lagi aku bisa gila karena terlalu banyak tersenyum.

"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

- - - - - - -

Aku berjalan masuk ke ruang tv sambil membawa dua gelas besar berisi teh dan susu, menghampiri Hera yang sedang duduk di sofa sambil menonton kartun. Entah sudah berapa kali aku melakukannya karena kali ini aku tersenyum lagi ketika melihat punggungnya. Aku meletakkan dua gelas minuman yang kubawa di atas meja yang berada di depan sofa.

Aku menoleh ke arah Hera dan mendapati ia yang masih berwajah masam. Kalian pasti tau ini ulah siapa.

"Kok masih cemberut sih?"

Tak ada jawaban. Matanya tetap fokus pada layar televisi.

"Jocelyn?"

Masih tak ada jawaban.

Baiklah kalau mau mengacuhkanku.

Cup.

Spontan ia menoleh, wajah masamnya berubah menjadi wajah terkejut. Tak berapa lama, ia mulai mengamuk.

"Iiiiiih! Bapak! Sembarangan banget sih!!! Ih! Ngeselin, ngeselin, ngeselin!!" Rajuknya kesal sambil memukul lenganku.

"Ah, iya, iya ampun, saya minta maaf." Aku berkilah agar tak ada pukulan lagi yang mendarat di lenganku.

Ia berhenti lalu bersedekap sambil menggembungkan pipinya.

"Ya udah jangan ngambek lagi ya?" Rayuku.

Dia masih diam, menoleh ke arahku juga tidak.

"Kalau masih ngambek saya cium nih, tapi di bibir."

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang