LEO [29]

5.8K 324 4
                                    

Aku menatap lurus ke depan dengan perasaan kecewa, gundah, resah, dan gelisah. Hera yang sedang duduk bersama keponakan kami yang tercinta memberikan sebuah cengiran yang enggak jelas apa maksudnya kepadaku. Sesuai dengan permintaan Iza, akhirnya kedua orang tuanya mengabulkan dia untuk menginap di rumah kami.

Awalnya sih Mbak Isya melarang dengan alasan takut mengganggu kami, tapi Iza mengeluarkan jurus merengeknya. Alhasil, tak ada yang bisa bilang tidak. Apalagi Bang Irdan juga menambahkan kalau ini bisa menjadi latihan kami sebelum punya anak. Yah, aku sebal juga sih. Ini kan momen yang pas untuk mengajak Hera begitu, tapi kalau ada Iza kan mana mungkin!

"Nte! Ada CD Balney ga?" Suara Iza membuyarkan segala pikiranku. Ya Tuhan Nak, kenapa ganggu Om sih?

"Iza mau nonton Barney?" Tanya Hera yang dibalas dengan anggukan Iza. "Ya udah Tante setelin dulu." Hera mencari kaset Barney yang baru saja diantarkan bersama dengan tas milik Iza. Begitu ia menemukannya, ia memasang film itu.

"Yeay! Balney!" Sorak Iza kegirangan. Ia memposisikan dirinya agar duduk dengan nyaman dan memeluk boneka Barney miliknya.

"Iza nonton dulu ya, Tante mau ke belakang sebentar." Hera beranjak pergi meninggalkan aku dan Iza di ruang bersantai.

"Za, Om ke belakang dulu ya," Aku pun menyusul Hera. "Ra...." aku memanggilnya. Ia menoleh dan menatapku dengan alis terangkat.

"Iza beneran nginep di rumah kita?" Tanyaku dengan nada merajuk. Ah, kenapa aku jadi seperti anak kecil begini sih.

"Mas gak suka ya Iza nginep sama kita?" Hera balik bertanya, ah, sepertinya aku membuat dirinya merasa bahwa aku tidak nyaman akan kedatangan keponakan kami itu.

Aku buru-buru menggeleng. "Bukan gitu Ra, tapi kan Mas mau..."

"Nte!!!!!!"

Fyuh! Belum selesai ngomong juga.

Iza terlihat berlari menghampiri kami berdua. "Nte, Ija mau minum susu. Aus."

"Sebentar ya Za, Tante bikinin dulu. Kamu ke depan gih sama Om nonton tv," jawab Hera plus dengan senyuman. "Mas, sama Iza dulu ya ke depan."

"Ayo Om!" Iza menarik-narik ujung bajuku.

Aku hanya bisa menghela nafas keras dan membawa Iza ke dalam gendonganku. Kami berdua kembali ke ruang depan, sebelumnya aku sempat mendengar tawa kecil dari Hera. Huf, sepertinya Tuhan menyuruhku untuk kembali berpuasa.

Sabar Leo, sabar.

- - - - -

Aku menatap layar tv dengan bosan. Baru kali ini aku benar-benar kesal dengan kedatangan seorang anak kecil. Biasanya aku malah suka dengan kedatangan mereka. Tapi kedatangan Iza ini tuh, aduh, benar-benar kurang tepat.

"Om! Balney-nya abis! Ija mau nonton Balney yang lain!" Seruan Iza membuatku sadar dari lamunan.

Aku beranjak dari sofa untuk mengeluarkan CD Barney milik Iza dan menggantikannya dengan yang lain. Dia gak bosen apa ya nonton dinosaurus gendut ungu ini?

"Za, Za. Iza tau gak kalau temennya Barney tuh jahat?" Ketika sebuah pikiran lewat di dalam kepalaku, aku menyuarakannya dengan bertanya kepada Iza.

Iza menggeleng, ia memeluk boneka Barney-nya dengan erat. "Balney baik Om." Jawabnya dengan polos.

"Ih enggak, mereka jahat. Iza mau liat gak kalo mereka jahat?" Tawarku lagi.

Iza berpikir, lalu ia mengangguk. Aku tersenyum melihat anggukan kecil dari Iza. Segera kuurungkan niat untuk menyetel film Barney lagi. Aku membuka salah satu CD punyaku dan memasangnya untuk Iza. Begitu film dimulai, aku memposisikan diri di sebelah Iza.

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang