HERA [28]

5.8K 310 6
                                    

Aku duduk di atas kasur dengan senyum yang merekah dengan lebar. Mas Leo sedang bersimpuh di depanku, ia sedang mengganti perban di kepalaku ini. Aku bahagia, sangat bahagia melihat wajahnya yang sangat tampan ini.

Cukup malu mengingat bahwa aku mengatakan bahwa aku juga mencintai Mas Leo. Umm sebenarnya, hatiku belum sepenuhnya terbiasa untuk mulai mencintai dia. Sepertinya kemarin aku terlalu terbawa suasana. Aku juga sedikit takut apabila kemarin Mas Leo juga hanya terbawa suasana, aku belum yakin bahwa hatinya sudah ditempati sepenuhnya olehku.

Ah tapi biarkan saja, aku yakin lama kelamaan cinta akan benar-benar tumbuh di hati kami berdua dan melekat terus selamanya.

"Ngapain senyum-senyum sih?" Suara itu membuyarkan lamunanku. Wajahnya sudah berada di dekat wajahku. Aku terkesiap, tubuhku mundur seketika. "Mikir yang jorok-jorok ya?"

Aku melotot, memukul pelan lengan Mas Leo. "Sembarangan!!"

"Aduh sakit Ra." Mas Leo mengeluh.

"Udah selesai belum gantinya?" Tanyaku sewot.

"Sebentar," Ia menyelesaikan pekerjaannya. "Dah selesai."

Aku memandang perban yang baru saja selesai dipakaian Mas Leo dengan seksama. Ternyata rapi juga ya. "Mas gak kerja?" Tanyaku lagi.

Mas Leo meraih tanganku dan menggenggamnya dalam keadaan bersimpuh seperti tadi. "Mas sudah pernah bilang kan, Mas tidak bisa konsentrasi bekerja kalau kamu seperti ini Ra."

Aish. Pipiku pasti sudah bersemu merah.

"Nanti dibilang bos yang tidak baik lagi sama anak buahnya."

"Mas kan izin bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk mengurusi istri Mas yang doyan banget bikin masalah." Mas Leo mengatakannya sambil tersenyum. Duh, kayaknya dia meledek nih.

"Ih ya udah, sebagai ganti karena dari kemarin aku bikin masalah mulu. Hari ini Mas aku masakin deh." Ucapku kemudian, berusaha menutupi rasa maluku.

"Masak?" Tanya Mas Leo dengan alis terangkat sebelah.

Aku mengangguk. "Mas mau makan apa hari ini?"

Ia terlihat sedang berpikir sejenak, kemudian dengan seringainya ia berkata. "Makan kamu aja gimana?"

- - - - -

Aduh, aku masih aja deg-degan sampai sekarang. Ini gara-gara omongan Mas Leo tadi. Dia bilang mau makan aku, kan ngeri ya, aku jadi mikir yang iya-iya.

Alhasil aku hanya berkelit dan keluar dari kamar menuju dapur. Lebih baik aku masak, entahlah masak apa. Yang penting aku gak jadi salah tingkah lagi.

Kubuka kulkas, masih penuh, aku baru ingat selama di rumah ini aku memang jarang masak. Lebih sering delivery order. Aku keluarkan beberapa bahan dari kulkas, bahan-bahan untuk membuat makanan berat dan bahan-bahan untuk membuat makanan ringan. Kedua bahan tersebut aku pisahkan. Aku mencuci tangan dan mulai bergelut dengan bahan-bahan untuk membuat makanan ringan.

Aku akan membuat bola coklat dari biskuit, sudah lama aku tidak buat makanan ini. Kayaknya enak untuk meredakan kesalah-tingkahanku kepada Mas Leo. Dia juga pasti suka, toh dia maniak coklat kan.

Sudah sekitar dua puluh menit aku berkutat dengan bola-bola coklatku, dan taraaaa, selesai sudah bola-bola cokelat ini. Aku menyipi satu buah, hmmm enakk. Kayaknya semua ini untuk aku aja deh!

Aku mengangkat piring yang berisi bola-bola coklat itu ke atas meja makan, lalu aku kembali berkutat dengan hidangan utama yang akan aku buat. Gulai ikan. Gulai ini aku buat berdasarkan ajaran dari Bunda, waktu itu sih aku sempat buat dan kata Bunda rasanya enak, tapi entahlah sekarang rasanya gimana soalnya aku udah lama gak buat hehe.

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang