HERA [6]

6.9K 344 0
                                    

"Gimana bisa kemarin lo ngobrol sama Pak Leo?! Padahal waktu itu lo bilang gak kenal sama dia?!"

Uuuh, aku menyesal sudah mengangkat telepon dari gadis bawel ini. Gara-gara kejadian kemarin, sewaktu Pak Leo menarikku di kantin kampus, Shilla jadi terus-terusan bertanya. Beruntung kemarin aku ada matkul sementara Shilla tidak ikut karena harus pergi, jadi aku terbebas dari segala pertanyaannya.

"Hera!!!!"

Aku berdecak sebal, "Apasih?"

"Kasih tau gak!"

"Males ah."

"Iihh Hera, kasi.......... What?! Ya ampun!!!!"

"Lo kenap...."

"Kakak!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Sebuah suara mengiterupsi pertanyaanku kepada Shilla. Itu suara Keano, kenapa dia ada di rumah?! Padahal hari ini hari Selasa dan harusnya dia ada di sekolah kan!

"Apaan No?" aku balas berteriak. Malas rasanya turun dari tempat tidur untuk membuka pintu.

"Dipanggil Bunda!" jawabnya dengan teriakan juga.

"Ya udah bilang Bunda sebentar!"

Kudengar suara langah Keano yang mulai menjauh dari luar kamarku. Aku kembali menempelkan ponsel di telingaku. "Halo Shil?" Tidak ada suara. Aku mengecek layar ponsel, ternyata Shilla sudah memutus sambungan teleponnya. Dengan malas aku menaruh ponsel di atas nakas. Kemudian keluar dari kamar.

"Tante beneran Tan?"

Samar-samar aku mendengar suara yang mirip suara Shilla dari arah ruang tamu. Masa sih Shilla tiba-tiba sudah ada di rumahku?

Aku mempercepat langkahku menuju ruang tamu. Saat aku melewati ruang keluarga, di sana ada Mbak Isya beserta tiga anaknya dan juga Mira-babysitternya Iza dan Idzhar-ternyata Mbak Isya masih menginap di sini. Aku pikir mereka sudah pulang.

Langkahku seketika berhenti. Pemandangan di ruang tamu membuatku tiba-tiba membeku di tempat.

"Ah itu Hera Tan!" suara Shilla membuat ketiga orang yang sedang duduk di sana menoleh ke arahku. Bunda, Tante Natalie dan... dosenku yang menyebalkan itu.

- - - - - - - -

"Ya sudah Dira, mungkin tiga hari lagi saya dan Leo akan kembali datang. Di hari itu suami kamu libur kan ya?"

Sekarang aku terjebak di antara bunda dan Shilla. Oh sial, kenapa Shilla juga harus ada di sini. Lebih sialnya lagi kenapa orang itu juga harus ada di sini. Yang super duper sialnya, kenapa bunda dan Tante Natalie membicarakan lebih lanjut tentang pernikahan.

"Ah iya, Mas Bima hari Jumat memang libur, dan sepertinya tidak ada kegiatan dinas ke luar." Jawab bunda sembari mengingat jadwal ayah.

"Baik kalau begitu," Tante Natalie tersenyum bahagia. "Lalu bagaimana tanggalnya? Sepertinya harus cepat-cepat dilaksanakan, mungkin seminggu dari hari Sabtu besok?"

"Wah boleh saja, oh ya Shilla, kalau Tante gak salah kakak sepupu kamu punya wedding organizer ya?" Kata Bunda dari Tante Natalie beralih kepada Shilla.

Shilla mengangguk. "Iya Tan, Bang Rifan punya wedding organizer."

"Ah, Rifan Dinata bukan? Dinatas wedding organizer?" tanya Tante Natalie tiba-tiba.

"Iya Tan! Iya! Kok Tante tau?" tanya Shilla heran sekaligus bahagia karena Tante Natalie mengetahui pekerjaan kakak sepupunya itu.

"Waktu itu Tante pernah temani teman Tante yang mau menikahkan anaknya untuk konsultasi ke wo, dan ternyata dia memakai itu. Tante juga malah berniat untuk untuk memakai jasa wo itu." Jelas Tante Natalie ikut-ikutan bahagia seperti Shilla.

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang