LEO [9]

6.5K 409 2
                                    

Jangan jadi silent reader ya guys! Semoga cerita ini tidak mengecewakan. Check this out :)

- - - - - - - - -

Aku memarkirkan mobil di garasi rumah Mama. Ya, aku sudah sampai di sini setelah berangkat dari hotel pada pukul 11 siang. Aku sampai di waktu yang sangat tepat apabila disebut jam makan siang. Sosok Mama kemudian muncul, sepertinya ia mendengar suara deru mobilku. Mama tersenyum dengan bahagia menyambut kedatangan kami, aku terkejut, oh tentu bukan terkejut karena melihat Mama tersenyum, tapi aku terkejut karena melihat sosok Oldy dan Lyn yang berdiri mengapit Mama.

Aku turun dari mobil sambil sebelumnya meraih ransel yang aku letakkan di jok belakang. Memutari sisi mobil dan membukakan pintu jok penumpang depan. Aku harus melakukan hal yang selayaknya seorang suami istri yang baik di hadapan Mama. Kalau tidak? Silahkan kalian pikirkan sendiri hukuman apa yang akan aku terima nanti.

"Selama Mama ada di sekitar kita, ikuti apa yang saya lakukan." Ucapku dengan intonasi sedatar mungkin. Merasa tidak ada interupsi darinya, aku meraih tangannya dan menggenggamnya dalam tanganku.

"Selamat datang anak-anak Mama." Sambut Mama hangat. Aku melepas genggamanku dari tangan Hera untuk menyalami Mama, gadis ini pun ikut menyalami Mama.

"Gimana Ra? Kamu senang?" Kali ini Mama bertanya kepada Hera.

"Senang Tan..." Jawab Hera yang mendapat decakan dari Mama.

"Kok malah Tante sih sayang? Biasakan panggil Mama, oke?" Omel Mama dengan lembut.

Hera mengangguk sambil mengulaskan senyum tipis. "Oke Tan... eh Mama Nat."

"Bagus." Angguk Mama ikut tersenyum.

"Tante! Mentang-mentang anak mantunya udah datang kita dilupain ih." Seru Lyn pura-pura ngambek.

Oh ya, Lyn ini adalah manager dari sahabatku si pianis gila eh maksudnya pianis profesional, Oldy. Asal kalian tau, Oldy sangat mencintai gadis yang sudah memiliki kekasih ini.

"Aih sayang enggak kok, masa ngambek sih?" Mama berkata kepada Lyn.

"Mereka berdua kok di sini Ma?" Tanyaku.

"Gak suka aja lo Yo!" Oldy bersungut-sungut.

"Lagian bukannya kalian berdua sibuk? Resital Oldy kan empat bulan dari sekarang." Aku menjawab dengan apa adanya.

"Mereka mah anak-anak yang baik Yo. Mau meluangkan waktu untuk Mama. Padahal mereka Mama culik mendadak semalam." Sahut Mama dengan nada menyindir.

"Kok Mama gak bilang Leo? Kan kalau begitu Leo langsung pulang ke rumah aja." Protesku.

"Kamu sudah naik ke atas duluan. Ya jadi Mama gak kasih tau. Lagipula Mama kan gak mau ganggu waktu kalian berdua." Mama sekarang jadi senyum-senyum sendiri.

Aku menghela napas. "Ya sudahlah, ayo kita masuk, jangan cuma berdiri di depan teras."

- - - - - - - -

"Ra kamu harus tahan-tahan ya sama Leo. Tiga sahabat ini tuh gak ada yang normal! Leo gila kerja, tapi untung aja dia menikah sama kamu, aku kira dulu dia akan menikah dengan pekerjaannya. Sementara Eros playboy yang lama-lama lapuk. Oldy, hah dia cuma cinta sama musiknya, sama seperti Leo, aku pikir dia akan menikah dengan musik dan mempunyai anak berupa not-not balok." Ocehan Lyn memenuhi kegiatan makan siang kali ini. Gadis ini sudah berumur 22 tahun tapi tingkahnya itu tetap seperti anak kecil.

Oldy tersedak, ia terbatuk-batuk. Lyn berhenti berbicara dan sibuk memberikan air kepada Oldy.

"Kak Lyn," panggil Hera. Membuat Lyn, Oldy, aku dan Mama menoleh ke arahnya.

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang