HERA [20]

5.5K 304 6
                                    

Otaknya sudah geser.

Ya benar, otaknya sudah geser. Eh apa aku yang udah geser otaknya?!

Aku memukul-mukulkan kamus besar bahasa Indonesia ke wajahku. Aku benar-benar berada dalam situasi yang tidak jelas. Kalian pasti tau siapa penyebab semua ini, iya tersangkanya hanya satu!! TUAN ELEOS CARL. Laki-laki yang sungguh tidak jelas. Dulu dia menolak untuk menikahiku, kemudian akhirnya pasrah dan menyerah karena dia terlalu sayang dengan Mamanya. Setelah menikah dia sangat dingin dan tidak peduli. Lalu entah kenapa sekarang dia jadi menggelikan begitu. Tapi lebih mengesalkannya lagi, aku merasa ada kehangatan saat dia sedang berperilaku menggelikan.

Benar kan? Otakku sudah tidak waras, sudah geser, sudah menguap. Hah! Aku kenapa coba?!

"Nte, pain kaya gitu? Tal cakit mukanya..."

Suara gadis kecil membuatku menghentikan kegiatan memukul kamus ke wajahku. Aku membuka mata, terlihat Iza sedang berdiri menatapku heran.

"Nte napa? Kan cakit itu!" Katanya dengan suara agak kencang. Dengan sok-nya dia mengambil kamus milikku dan melemparnya. Kekuatan Iza yang tidak seberapa membuat kamus itu hanya terlempar sejauh lima langkah kakinya sendiri.

"Bun! Bun! Cini Bun!" Lagi-lagi Iza bersuara, kali ini ia memanggil Mbak Isya.

Tak berapa lama Mbak Isya keluar dari dapur sambil menggendong Idzar. "Ada apa anak Bunda yang pinter?" Mbak Isya menurunkan Idzar dari gendongannya, dan ia bertumpu pada lututnya untuk berbicara pada anaknya.

"Ni Bun, Nte Hela pukul-pukul pakai itu." Iza menunjuk kamus milikku.

Mbak Isya menatapku, aku balas menatapnya. "Kenapa kamu Ra?"

"Hah?"

"Ih bengong! Kamu kenapa? Kata Iza kamu pukul-pukul pakai buku?"

"Ah enggak kok Mbak!"

"Terus?"

"Tadi ada nyamuk, jadi aku pukul aja."

"Lah emang ada nyamuk siang-siang gini?"

"Ada! Iya gak Za?"

Iza hanya diam. Dia malah menampakkan wajah heran. Hei! Belajar dari siapa anak itu?

"Ish kamu tuh Ra. Ya udah, Mbak mau bantu Bunda masak lagi. Kamu jaga Iza sama Idzar ya."

"Ah Mbak! Hera mau belajar..."

Mbak Isya menggeleng. "Jangan belajar mulu, nanti kepala kamu meledak. Udah ya, Iza sama Idzar sama Tante Hera dulu. Bunda mau ke belakang. Jangan bandel ya."

Tanpa menunggu pernyataan setuju dariku lagi, Mbak Isya sudah melenggang pergi kembali ke dapur.

"Nte!!" Kini Idzar yang memanggilku.

"Apa?" Tanyaku malas.

"Ijar mau main kuda-kudaan. Nte jadi kudanya ya!"

Oh God....

- - - - - -

 Ponselku berbunyi. Alhamdulillah! Terlepas dari siksaan ini juga!

"Idzar, Iza, udahan dulu ya.... Tante mau angkat telepon."

Dengan perasaan kecewa, kedua bocah ini turun dari punggungku. Aku capek tau gak. Udah sekitar satu jam aku jadi kuda-kudaan mereka. Mbak Isya dan Bunda juga lama amat masaknya, mereka kayaknya memang sengaja mau nyiksa aku deh.

"Ehm... Halo?"

"Halo Ra, Mas mau kasih tau ke kamu, hari ini ternyata pulangnya agak larut."

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang