HERA [10]

6.3K 372 4
                                    

Kenapa sudah malam lagi sih? Kalau malam-malam sebelum kemarin sih aku senang-senang aja, karena malam bisa mengantarkanku untuk tidur nyenyak. Lah sekarang? Boro-boro nyenyak, mikir mau tidur di mana aja aku pusing. Sudah jelas aku gak mau tidur satu kasur dengan Pak Leo. Rasanya asing dan aneh gitu aja. Pokoknya aku gak mau! Tapi kalau harus tidur di lantai setiap hari, bisa-bisa badanku habis termakan dinginnya lantai. Ya Allah.... Aku harus bagaimana ini?

Besok aku kabur aja deh, menghilang di telan bumi kalau bisa. Eh tapi, kalau aku kabur lagi, nanti aku akan berujung konyol seperti waktu aku kabur untuk menghindar dari rencana aneh ini. Entah kenapa, aku bukan orang yang ahli dalam masalah kabur-kaburan dari hal apapun. Aku tidak tahan untuk sendiri di tempat yang ada di luar sana yang tidak aku ketahui daerahnya. Sedih banget aku. Sebenarnya gak baik sih kabur-kabur kayak begitu, tapi kan kalau dalam keadaan begini kan ada gunanya.

"Hera sayang? Kok belum tidur?" Suara lembut Tante Nat mengagetkanku. Melihat responku yang terkejut ia tersenyum tipis. "Maaf kalau Mama ngagetin."

"Hehe gak apa kok Tan... eh Mah." Lagi-lagi aku memanggilnya dengan panggilan Tante. Kalau anaknya sebaik dan seramah Tante Nat, gak akan sulit buat aku jatuh cinta sama dia kan? Udah ganteng dan mapan gitu. Eh apasih aku ngomongnya.

"Kok kamu belum tidur sayang? Ini sudah jam sepuluh malam." Kata Tante, mungkin aku harus membiasakan memanggilnya dengan Mama Nat.

Aku menggeleng, padahal bukan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mama Nat. "Ng, aku mau nonton film dulu Ma." Akhirnya aku menjawab dengan asal.

"Di kamar Leo ada tv, kamu nonton di sana aja ya. Mama takut kalau liat kamu sendirian malam-malam begini, walaupun di depan ada Pak satpam tetap aja Mama khawatir." Ujarnya bersikukuh.

Aduh Mama, seandainya bukan gara-gara anakmu, aku juga akan tidur dari tadi. Jujur saja aku memang sudah mengantuk. Tapi aku bingung, aku sudah jelaskan alasanku sebelumnya tadi. Bahkan aku berharap, aku akan ketiduran di sofa, jadi tidak perlu mengatakan kebohongan dan aku bisa tetap tertidur.

"Kamu ke atas aja ya? Kalau kamu masih mau nonton seenggaknya di sebelah kamu ada Leo, jadi Mama gak khawatir, atau mau Mama temani?"

Aku langsung menggeleng cepat. Aku bukan tipe mantu kurang ajar yang akan membiarkan wanita seperti Mama tidur di sofa, jelas tidak akan membuatnya nyaman.

"Gak usah Ma, Mama tidur aja. Aku ke atas deh." Aku mengalah. Daripada Mama tidak kunjung tidur, lebih baik aku mengalah. Kumatikan televisi lalu mengantar Mama ke dalam kamarnya. Setelah mengucapkan selamat malam, aku beranjak naik ke atas dengan malas.

Ku buka pintu kamar Pak Leo dan mendapati bahwa ia sudah tidur. Dasar suami gak tahu diri, istrinya belum tidur malah sudah ditinggal. Huh menyebalkan.

Dengan perlahan aku mengendap masuk, berhenti ketika sudah berada di dekat tempat tidur berukuran besar itu. Ya ampun, sekarang aku harus tidur dimana? Aku menghela napas berat. Memandangi sosok Pak Leo yang tetap lelap dalam tidurnya. Aku melihat sebuah kain mirip selimut hanya lebih tipis di ujung tempat tidur. Apa Pak Leo menyiapkannya untukku? Berarti aku memang disuruhnya untuk tidur di lantai lagi? Uh! Kok dia nyebelin sih?! Males, males, males!

Hampir saja aku mencakar sampai habis tubuh Pak Leo, kalau tidak teringat bahwa ini sudah sangat larut. Besok aku harus kuliah dan tidak boleh bangun kesiangan. Lebih baik aku segera tidur. Mau tak mau aku mengambil kain yang ada di ujung tempat tidur dan membentangkannya di lantai. Mengambil sebuah bantal. Entah kenapa, tiba-tiba Pak Leo bergerak, dan matanya terbuka membuatku terkejut bukan main.

"Jangan tidur di lantai lagi. Saya gak mau repot-repot mindahin kamu lagi ke atas kasur. Cepat naik ke atas kasur!"

Setelah berkata seperti itu ia kembali terpejam dan membalikkan tubuhnya ke arah semula.

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang