Chapter 41 - Gundah

Start from the beginning
                                    

"Chel, Clar.. lo tahu nggak apa yang bikin gue sedih?"

Rachel dan Clara diam sama-sama menatap Mora menunggu jawaban.

"Orang yang selama ini selalu ada buat lo, selalu manjain lo, selalu cintai lo apa adanya, tiba-tiba diambil orang lain, dan mereka— menikah? Apakah sah-sah aja buat gue kalau nanti setelah mereka menikah gue masih galau-in Megan karena belum bisa relain dia pergi? Padahal posisinya dia suami orang! Gue harus apa kalau udah kayak gitu?" Mora kemudian kembali menangis tersedu-sedu. "Gue sama sekali nggak rela.."

"Gue nggak bisa bilang apa-apa, Ra.. jujur aja, gue juga gatau kalau posisinya gue sama kayak lo sekarang. Gue bakal segalau apa kalau Ramon menikah sama orang lain selain gue.." ucap Rachel, "Gue cuma bisa bilang, lo yang sabar ya? Berdoa aja semoga ada keajaiban untuk lo dan Megan nanti.. berdoa aja kalau jodohnya Megan itu memang lo.. tugas gue dan Clara sekarang adalah temenin lo selama apapun yang lo mau. Lo nggak boleh gini terus dong, jujur gue juga jadi sedih liat lo kayak gini, Ra.."

"Gue cuma bisa berharap pernikahan itu batal entah bagaimanapun caranya.. yang jelas gue juga nggak rela kalau harus liat sahabat gue dua-duanya kayak gini.." ujar Clara sembari memeluk Mora hangat. "Lo harus semangat dong, Ra.. harus tegar! Okay? Kita berdua selalu ada buat lo kok.."

Mendengar itu, Mora kontan saja menangis dalam pelukan Clara. Sesungguhnya hari-hari ini adalah hari yang terberat untuk Mora. Bagaimana tidak? Akhirnya apa yang di takutkan Mora ternyata terjadi. Pernikahan itu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Mora seperti hilang arah saat ini, bahkan ponselnya pun mati seharian. Membuat Alivio yang sekarang ini sedang berada di Jakarta sudah pasti merasa khawatir pada Mora karena tidak bisa mendengar kabar apapun tentangnya.

Sementara itu di lain tempat, Megan baru saja selesai berpesta bersama teman-temannya dan pulang ke rumah dengan sempoyongan. Hebatnya Megan, semabuk-mabuknya ia, dia selalu tahu jalan pulang dan bisa menyetir kendaraannya sendiri walaupun terkadang teman-temannya memaksa untuk membantunya. Tapi tidak untuk hari ini, Megan memutuskan untuk pulang sendiri walaupun sudah mabuk parah.

Setelah keluar dari mobil dengan tubuh yang sempoyongan, kini Megan harus berjalan memasuki rumah sambil memegangi tembok untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Begitu ia membuka pintu utama rumahnya itu, David dan Stella sedang berada di sofa ruang tamu menunggu anaknya pulang. Mereka berdua begitu terkejut melihat Megan yang datang ke rumah dengan keadaan yang sangat kacau.

"Megan! Apa yang kamu lakukan!" Seru David sambil bangun dari duduknya.

Megan hanya tertawa, kemudian tubuhnya terjatuh lemas. David yang melihat itu langsung saja membantu anaknya untuk berdiri. "Apa yang kamu lakukan, Nak? Kamu mabuk lagi?" Tanya David khawatir.

"Megan— cuma ingin Mora, Pa.." ucap Megan dengan kedua matanya yang terpejam. Mendengar itu, David hanya diam dan langsung membantu Megan untuk naik ke kamarnya. Stella yang dapat mendengar itupun langsung saja menjadi bersedih karenanya.

Setelah David membantu anaknya sampai ke kamar, ia kembali menghampiri Stella dan duduk di sampingnya. "Aku sungguh tak tega melihatnya seperti ini.." ucap David sembari menyenderkan tubuhnya ke sofa.

"David, aku rasa cukup.. sudahi semua ini. Aku sudah tak tahan lagi! Biarlah Tegar pergi dari apapun kaitannya dengan perusahaanmu! Aku hanya ingin anakku bahagia.."

"Aku sudah tidak peduli dengan perusahaanku, Stella. Tapi, pernikahan ini hanya tinggal menghitung hari dan Tegar memaksa untuk tetap melanjutkan pernikahan ini apapun kondisinya," Jawab David dengan bibir yang bergetar, "Aku— pun sekarang hanya ingin melihat Megan, anakku satu-satunya bahagia."

Stella kemudian memeluk suaminya itu sambil menangis tersedu-sedu. "Dari awal ini memang sudah salah, tidak seharusnya kita memaksa anak kita sendiri untuk ikut campur atas persoalan perusahaan itu. Orang tua macam apa kita ini, David? Aku sungguh menyesal. Seharusnya sudah dari awal aku mencegah ini semua.."

David mengangguk pelan dalam pelukan istrinya—Stella, "Maafkan Papa, Megan.. Maafkan, Papa.."


***

Tinggal chapter HARI PERNIKAHAN NIH! Hehehe sore ini atau malam ini aku update lagi ya! Chapternya masih di buat hihi

Sebelumnya aku mau minta maaf sebesar-besarnya karena lama nggak update! Jujur aku lagi nggak semangat banget dan juga nggak mood nulis.. ngerti kaaan? Jadi aku takut kalau aku paksain malah jd asal dan jelek juga mengecewakan. Aku nggak mauuu begituuu :( jd itu sebabnya aku selalu nunggu mood aku balik lg dan juga semangat ku di nulis balik lg biar tulisannya juga gak asal.. untuk kebaikan juga hehe :') maafin yaaa sayang sayaangku!

Nah sekarang boleh dong kalau aku minta VOTE sebanyak banyakya dan juga COMMENTS? Makasih banyak yaaa! Love you❤️❤️❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now