Chapter 37 - Bimbang

2.4K 238 112
                                    

Mobil Kelvin terparkir di depan bar milik Destroyer. Alivio yang sudah tahu bahwa bar itu milik Megan dan teman-temannya pun terdiam kagum. Bagaimana tidak? Di umur yang masih terbilang cukup muda ini Megan dan teman-temannya membangun bisnis yang cukup besar yang pastinya memiliki penghasilan berlipat-lipat hingga tak terhitung jumlahnya. Di samping bar pun terlihat adanya gedung besar yang di yakini sebagai sebuah showroom yang juga lengkap dengan bengkelnya, membuat tempat usaha ini menjadi tempat yang paling menguntungkan untuk Megan juga teman-temannya.

"Yuk turun!" Seru Kelvin setelah menarik rem tangan mobilnya juga setelah melepas seatbelt. Alivio pun mengikuti.

"Hebat juga ya kalian, masih muda udah punya usaha yang segini besarnya," ujar Alivio terkagum-kagum.

"Iya, banyak banget perjuangannya sampai bisa kayak gini. Tapi, lo percaya nggak? Semua ini nggak akan berjalan tanpa adanya support. Gue, Megan, Ramon dan Clav semuanya saling support untuk bisa meraih modal awal. Dari Megan yang jual mobil pribadi dia, gue pun jual segala barang berharga yang ada di rumah gue, begitupun yang lainnya.." Jawab Kelvin panjang lebar, "Tanpa adanya saling support kayak gitu, gue yakin, bisnis ini nggak akan berjalan mulus.."

Alivio mengangguk mengerti, "Hmm, iya.. gue salut dengernya."

"Yaudah ayo masuk!" Kelvin berjalan di depan, dan Alivio mengikutinya dari belakang. Begitu masuk ke dalam bar, Ramon dan Claveron sudah menunggu di dalam, tepatnya di meja biasa mereka duduk.

Melihat kedatangan Kelvin, Ramon dan Claveron pun langsung bangun dari duduknya untuk menyapa sahabatnya itu. "Coy! Lama banget dari mana dulu lo!" Protes Ramon.

"Jemput Alvi dulu," Kelvin lalu menyuruh Alivio untuk duduk di meja itu bersama Ramon juga Claveron, "Mau pesan apa?"

Alivio menggeleng, "Nggak usah, Vin. Makasih.."

"Lah? Tenang aja, gratis kok.. oh ya, disini nggak cuma tersedia bir doang, minuman lainnya juga ada kayak juice, minuman bersoda, dan apapun lainnya.." Jelas Kelvin.

"Saran gue, mumpung gratis, minum aja yang lo suka, ya nggak?!" Bujuk Ramon, membuat Alivio tergiur. "Biar kita minum bareng-bareng, kapan lagi? Selagi lo disini kan?"

"Oke deh, samain aja kayak punya Ramon," ujar Alivio membuat Kelvin langsung mengacungkan ibu jarinya.

Semalaman itu mereka mengobrol hingga puas sembari meminum bir favorit mereka. Ramon senang sekali meminum bir yang terkenal dari Korea, yang terpercaya bisa membuat hangat tubuh. Tapi, jangan juga minum secara berlebihan, karena walaupun bir ini untuk sebagian orang bukanlah termasuk bir yang dapat memabukkan, sesungguhnya bir ini pun memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi yang juga kalau di minum terlalu banyak pun akan terasa sama dengan bir lainnya walaupun bagi sebagian orang lainnya mungkin tidak merasakan mabuk sama sekali.

Mereka semua tertawa, Alivio pun tak malu menceritakan hal konyolnya pada Kelvin dan yang lainnya, seakan mereka sudah akrab sedari dulu. Walau begitu, Kelvin dan yang lain pun tidak membedakan Alivio, dia memang bukanlah bagian dari mereka tapi untuk malam ini, dia adalah teman mereka. Sama halnya dengan Alivio, Kelvin pun seperti biasa membuat tertawa semua orang yang mendengarnya bercerita. Malam itu seakan tak ada beban sama sekali untuk mereka.

Sesekali Kelvin menyinggung soal Mora. Awalnya, Alivio tidak ingin menjawabnya. Tapi, lama kelamaan, akhirnya Alivio pun angkat bicara, semua hal yang ada dalam hatinya ia keluarkan tanpa segan. Semua orang yang ada disana diam mendengarkan, berusaha mengerti apa yang Alivio rasakan.

"Jadi— sebenernya, lo suka sama Mora?" Tanya Kelvin lagi.

Alivio mengangguk mengiyakan, "Iya. Gue suka sama dia dari semenjak dia pindah ke sebelah kamar gue. Gue tahu gue salah, dia punya pacar dan gue juga nggak maksud rebut dia dari Megan. Gue memang suka dia, tapi that's it! Gue mau persaingan yang sehat, kalau Mora memang cinta sama Megan, gue nggak bakal paksa perasaan gue."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now