Chapter 16 - Tak Mampu Pergi

2.9K 204 55
                                    

"RON! MON!" Teriak Kelvin membuat Claveron dan Ramon terbangun seketika.

Mereka berdua kemudian berlari menghampiri Kelvin yang berteriak di dalam toilet. Dan ketika mereka melihat apa yang terjadi, semuanya tiba-tiba saja menjadi panik. Cepat-cepat mereka menggotong tubuh sahabatnya itu yang kedua tangannya kini berlumuran darah ke dalam mobil. Semua orang yang sedang bekerja di tempat bisnis Destroyer itu pun melihat kejadian itu dan bertanya-tanya apa yang terjadi, tapi tidak ada satupun dari Kelvin, Ramon ataupun Claveron yang menjawabnya.

Mereka terburu-buru membawa Megan ke rumah sakit. Sahabatnya itu kini sudah tak sadarkan diri, membuat Kelvin dan yang lain menjadi ketakutan dan khawatir jika semuanya sudah terlambat.

"Bertahanlah, Megan!"

**

'Tuuut..Tuut..Tuuut.'

Mora memutuskan untuk mencoba menghubungi Megan siang ini setelah tadi malam ia bermimpi bahwa Megan ada di sini, datang kembali padanya. Jujur saja, Mora merasa tak tahan pada semua keadaan yang ada, Mora tidak ingin Megan pergi begitu saja setelah semua hal yang telah mereka lalui. Mora hanya ingin tahu apa alasannya, dan kenapa bisa semudah itu? Padahal tidak seharusnya masalah ini ada, tidak seharusnya Megan pergi dan memilih perempuan lain untuk menikah dengannya.

Lama tak ada jawaban, Mora tidak mau menyerah begitu saja. Ia harus mendapatkan jawaban itu sendiri dari Megan. Megan harus mengangkat teleponnya. Setelah sekitar lima kali mencoba menghubungi Megan, akhirnya seseorang yang jauh di sana mengangkat telepon itu, "Halo? Mora?" Suara itu bukan Megan.

"Vin.." ucap Mora, yang sudah mengenal betul suara sahabatnya dengan Megan, Kelvin. "Kok handphonenya Megan ada sama lo? Gue pengen ngomong sama Megan, Vin.. Please.. Megan lagi apa? Dia lagi dimana?"

"Uhm.. Megan lagi di.." Kedua matanya kemudian melirik ke arah Megan yang sedang terbaring di tempat tidur rumah sakit, kedua lengannya kini terbalut perban oleh karena luka yang ia telah buat sendiri. Megan yang tahu bahwa Mora lah orang yang ada di balik telepon itu pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan pada Kelvin, berusaha mengisyaratkan Kelvin kalau ia tidak boleh bilang pada Mora bahwa sekarang Megan sedang berada di rumah sakit. "Uhm.. Megan ada, Ra.. di samping gue, gue kasih handphonenya ke dia ya," ujar Kelvin lalu memberikan ponsel itu pada Megan.

Dengan sedikit kesakitan, Megan pun berusaha tegar saat memegang ponselnya, ini adalah pertama kalinya semenjak hari itu— hari dimana terakhir ia dan Mora masih berhubungan, dan kini Megan kembali menyapa Mora lewat telepon, "Hai, Ra.. kamu sudah makan?" Tanyanya.

Mora seketika menangis saat mendengar suara Megan dari telepon, dia tak kuasa menahannya, bagaimana tidak? Dia sudah rindu pada Megan dari beberapa hari yang lalu, "Megan, kamu kemana saja? Kamu tidak pernah lagi memberikanku kabar, kamu sudah lupa ya sama Mora?" ucap Mora sedikit manja, seperti dulu saat ia masih menjadi pacar Megan.

"Megan baik, Ra.." Jawab Megan sembari menghembuskan napasnya pelan, "Mora nggak perlu tahu gimana sebenarnya keadaan Megan. Yang perlu Mora tahu sekarang.. Megan baik-baik saja. Mora pun harus begitu ya."

"Kenapa nggak perlu tahu?" Protes Mora, "Aku sayang sama Megan, Mora ingin tahu semua kabar Megan lagi, Mora nggak ingin kayak gini.."

"Ra.." Megan berusaha menghentikan Mora.

"Megan please, biarin Mora ngomong.." Lanjut Mora, "Megan.. Aku mau minta maaf.. Maafin aku kalau selama ini aku belum jadi perempuan yang baik buat Megan.. tapi aku mau berusaha sekarang. Aku nggak akan egois lagi.. Maafin aku kalau aku sering marah-marah sama Megan, sering bilang Megan cemburuan, sering nggak nurut sama Megan, sering bohong sama Megan, tapi aku janji aku nggak bakal lakuin itu semua lagi kalau memang itu yang Megan mau, dan bisa mengembalikkan Megan pada Mora.. Mora bakal lakuin semua halnya asal— asalkan Megan balik lagi sama Mora, kayak dulu.. bahagia bareng-bareng.."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now