Chapter 22 - Kesempatan

2K 147 116
                                    

Baru kusadari..

Cintaku bertepuk sebelah tangan..

Kau buat remuk seluruh hatiku..

Megan duduk di kursi bar milik Destroyer yang malam ini sedang ramai oleh pengunjung. Alunan lagu yang di mainkan oleh penyanyi di tengah-tengah live music ini terasa begitu pas dengan apa yang dirasakan Megan. Tidak ada yang menemani Megan malam ini, semua teman-temannya belum datang, seperti biasanya mereka— teman-temannya selalu datang hampir tengah malam. Megan tidak merasa khawatir, ia memang berniat menikmati minuman favoritnya seorang diri.

Megan kini sedang meneguk bir itu berulang kali, ia akan minum hingga ia bisa merasa lupa soal malam kemarin itu yang begitu menyayat hatinya. Bagaimana rasanya mencintai orang yang mencintai orang lain? Sangat sakit rasanya sampai ingin sekali rasanya menghilang dari bumi. Kenapa Mora bisa setega itu? Begitu cepat ia mencintai orang lain setelah menghapus perasaannya untuk Megan. Padahal, malam itu Megan sudah berusaha sangat keras agar ia bisa menemui Mora, ia sudah begitu berharap bisa mendengar sesuatu yang membuatnya tenang dari perempuan yang ia cintai. Tapi semuanya percuma, jelas sangat percuma.

"Sial! Kenapa rasanya sakit sekali!" Gerutu Megan dalam hatinya, Megan menangis di tengah-tengah keramaian itu. Satu tangannya menutupi kedua matanya yang sudah berlinang air mata.

'Cause I wished you the best of
All this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Heartbreak and misery
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
You're happy without me

Lagu kedua yang di nyanyikan di bar ini begitu menyentuh hati para pengunjung. Semua orang yang sedang berada disana kontan bernyanyi bersama, lagu yang berjudul Jealous ini memang enak untuk di dengar. Apalagi untuk Megan, ia langsung saja membenarkan penggalan lirik itu, bahwa ia iri dengan cara Mora yang bisa bahagia walaupun tanpa dirinya.

Megan yang selama ini di kenal lelaki yang hampir tidak pernah menangis, tidak pernah kalah, dan di takutkan oleh siapapun kini sudah berada di titik terbawahnya. Bukan hanya merasa kalah, ia sangat merasa begitu tak berdaya. Megan pernah  mendengar, seseorang bilang kalau laki-laki pantang patah hati. Tapi siapa sangka? Laki-laki pun bisa menangis, bisa patah hati, bisa terluka kalau saja perempuan yang ia cintai melukai hatinya, membuangnya begitu saja. Laki-laki akan merasa lemah jika ia sudah menemukan perempuan yang begitu berarti untuk hidupnya.

Rasanya ingin menyerah. Ingin merelakan segalanya. Tapi kenapa hati Megan merasa tidak ingin melakukannya? Padahal sudah jelas semua ini membuatnya sakit dan gila! Ya, perasaan ini membuatnya gila! Megan akui, ini adalah kali pertama dia seperti ini, merasa tak berdaya oleh karena perempuan. Perempuan yang membuatnya bahagia bertahun-tahun lamanya. Tidak mudah melenyapkan perasaan yang begitu dalam untuk orang yang di cintai. Semuanya perlu waktu.

"Woy! Megan, kan? Tumben nih paketu sendirian!" Seru seseorang sambil menepuk pundak Megan. Megan tahu itu Dylan, salah satu orang yang pernah bermasalah dengan Destroyer. Entah kenapa ia mendaratkan dirinya di bar milik musuhnya sendiri.

Megan hanya menatapnya kesal, "Ada perlu apa lo kesini? Ini bukan tempat lo, udah sana cabut!"

Dylan tertawa, "Wah gila, bar ini terbuka untuk umum kan? Emang ada peraturannya? Kalau mantan musuh bubuyutan Destroyer nggak boleh senang-senang di bar ini?"

Megan menghembuskan napasnya, berusaha menjawabnya dengan tenang, "Dylan, tolong. Gue lagi nggak pengen di ganggu. Boleh kan lo pergi sekarang?"

"Tenang dong, bro! Gue kan kesini pengen ngobrol sama lo! Eh ya, gimana kabarnya pacar lo? Kabarnya lo di jodohin sama orang lain ya?" Tanya Dylan sarkas.

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now