Chapter 11 - Bicara pada Mora

3.1K 192 53
                                    

Malam ini Megan bersenang-senang di salah satu club Kota Bandung yang letaknya tak jauh dari rumah. Berkali-kali botol itu ia minum lalu membeli lagi, dan lagi hingga Megan melupakan segala masalah yang sedang ia hadapi. Tentu saja semua ini bukan masalah kecil, ini semua tentang hati Megan yang sudah terluka lalu patah pula. Dia merasa, tidak ada satupun orang yang kini berpihak padanya, tidak termasuk dua orang tuanya.

Pertama ada Mora, kekasihnya yang amat sangat ia cintai itu tiba-tiba saja berubah, enggan bertanya apa kabarnya, bahkan memberi kabar tentangnya pun tidak. Lupa? Apa mungkin Mora lupa dengan Megan? Bagaimana bisa? Pikirnya. Apa karena hadirnya sosok teman baru, Mora lalu tiba-tiba saja melupakan Megan? Apakah itu masuk akal? Batinnya bertanya-tanya, tidak mengerti apa yang terjadi dengan Mora.

Lalu kedua orang tuanya, kenapa pula mereka ingin menikahkan Megan dengan Renatha? Apakah dengan begitu bisnis itu akan berjalan dengan lancar? Megan rasa tidak. Entah apa yang kini ada di dalam pikiran sang Papa karena tiba-tiba saja beliau dengan adanya paksaan meminta Megan untuk menikah. Kenapa pula harus Renatha yang menjadi anak dari Om Tegar? Renatha, orang yang dulu pernah Megan benci dan berjanji untuk tidak akan menemuinya lagi. Kenapa takdir seolah berkata Megan harus kembali bersama dengan seseorang yang dibenci? Sama saja luka lama itu kini kembali muncul dengan segala kebencian yang ada.

Setelah Megan meneguk botolnya yang terakhir, ia pun kemudian berdiri dengan sempoyongan, kedua matanya buram— tak bisa melihat dengan jelas. Beberapa orang disana yang kenal dengannya lantas menggotongnya dan membawanya pulang dengan menggunakan mobil yang juga Megan bawa kesana. Untung saja, Megan berada di club yang benar— club yang berisikan orang-orang yang sudah lama mengenalnya.

Setelah setengah jam mobil itu mereka bawa pergi beserta Megan yang telah tertidur di jok belakang, kedua orang temannya lantas kembali harus menggotong tubuh itu saat mereka kini telah sampai di depan rumah Megan. Megan yang sudah tak sadarkan diri lantas hanya bisa mengigau sembari terkulai lemas ketika dua temannya membawanya masuk ke dalam kamar. Kedua orang tua Megan pun yang mengetahui hal itu lantas hanya bisa menarik napas panjang kesal, apalagi David, mengetahui anaknya yang pulang larut malam dalam keadaan mabuk seperti ini sangat-sangat membuatnya marah.

Di dalam benaknya, David menyalahkan Mora. Apa yang sudah Mora berikan pada anaknya hingga membuat Megan begitu mencintainya? Begitu rela melakukan apapun asalkan tetap dengan dia? David berpikir ini mungkin sudah diluar batas. Megan telah mencintai orang yang salah. Bagaimana bisa Megan mencintai orang yang hanya bisa merusak hidupnya? Dalam hatinya ia berjanji, bahwa ia akan tetap menikahi Megan dan juga Renatha bagaimana pun caranya. Renatha adalah yang terbaik untuknya, dibandingkan dengan Mora.

Setelah tidur dengan pulas di kamarnya, Megan tiba-tiba saja terbangun saat alarm berbunyi, menunjukkan waktu pukul 8 pagi. Biasanya pagi-pagi seperti ini Megan akan langsung bersiap untuk pergi ke bengkel— usaha milik Destroyer. Tapi, entah kenapa pagi ini Megan mendadak tidak mood untuk pergi menemui teman-temannya disana. Entah karena permasalahan yang baru saja menimpa hidupnya, atau hanya karena merasa lelah.

Baru saja Megan ingin mengambil ponselnya di meja, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan keras dan memunculkan David dari luar. Wajahnya geram, dua matanya memperhatikan Megan dengan tajam, "Mabuk kamu kemarin?" Tanyanya tegas.

Megan hanya diam, enggan menjawab.

"JAWAB!" Seru David— Papa Megan, membuat Megan terkejut, "Kamu mabuk hanya karena Papa menjodohkan kamu dengan Renatha dan kamu menolak? Begitu Megan? Kamu menolak karena kamu hanya ingin berhubungan dengan Mora yang sudah jelas membuat hidupmu rusak, iya?!"

"Mora cewek baik, dia nggak mungkin bikin hidup Megan rusak, Pa.." Bela Megan.

"Kalau dia tidak membuatmu rusak, harusnya tidak ada kejadian kamu mabuk seperti kemarin! Tidak ada mabuk-mabukkan hanya karena memikirkan dia seorang!"

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now