Chapter 13 - Akhir Cerita Cinta

3.3K 208 79
                                    

"Rara, hari ini mau pergi kemana?" Tanya Alivio dengan semangat. Bagaimana tidak? Sudah 2 minggu ini Alivio menemani Mora kemanapun Mora mau dia pergi. Karena sudah selama itu pula, Mora masih saja bersedih soal Megan yang meninggalkannya.

Mora tersenyum kecil lalu menggeleng, "Hari ini nggak pergi dulu, Vi.. Temen-temen gue dateng kesini dari Bandung, katanya mau hibur gue."

Alivio menganggukkan kepalanya sembari mengusap puncak kepala Mora lembut, "Okay deh kalau gitu. Kabarin ya mau pergi kemana sama temen-temen nanti, kalau perlu gue jemput bilang aja okay? Gue tungguin."

"Iya, makasih banyak ya, Vi.. Lo emang temen terbaik gue," ucap Mora membuat Alivio sedikit tertegun. "Makasih ya, lo udah mau temenin gue beberapa hari ini disaat gue lagi butuh seseorang. Lo temenin gue disaat gue lagi merasa sendiri. Lo bener-bener temen terbaik gue, Vi.."

"I—iya, sama sama. Gue nggak bisa liat lo sedih, Ra. Gue mau lo seneng, entah itu sama gue atau sama yang lain. Gue seneng kalau liat lo bahagia, Ra. Jadi.. jangan pernah sedih lagi soal dia, ya? Masih banyak orang yang sayang sama lo diluar sana.." ucap Alivio panjang lebar seraya berjalan bersamaan keluar dari area kampus.

"Iya, makasih udah sadarin gue soal itu, Vi. Yaudah, gue cabut dulu ya? Bye.." Mora kemudian berjalan pergi menjauh dari Alivio dan menaiki mobil seseorang yang Alivio yakini bahwa itu adalah teman-teman Mora yang sengaja datang dari Bandung.

Melihat Mora sudah pergi, Alivio lantas menaiki motornya dan pergi secepat mungkin dari kampus untuk menongkrong dan sekedar membeli kopi seorang diri. Alivio hanya tidak ingin memikirkan soal Mora yang menyebutnya teman hari ini. Dia harus belajar menerima bahwa dia memang hanyalah sebatas teman untuk Mora.

Dilain tempat, Mora akhirnya bertemu dengan Rachel dan juga Clara. Teman satu SMA nya dulu yang juga dekat dengan Megan. Tahu bahwa Mora sedang bersedih, akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke Jakarta dan mencoba menghibur Mora. Di dalam mobil, Mora kembali menangis mengingat mereka—teman-temannya lah yang telah mengenalkan Mora pada Megan. Hari hari dimana Mora mengenal dia— yang kini tak mau Mora sebut namanya adalah hari yang paling indah. Perkenalan singkat, semua masalah itu, hingga mereka kembali bersama adalah sesuatu hal yang tak akan pernah bisa Mora lupakan. Harus Mora akui.. bahwa Dia, adalah hal terindah yang tak akan pernah bisa terlupakan.

"Udah! Kita nggak perlu bersedih hari ini! Kita harus seneng-seneng! Ayolah, Ra.. Nggak perlu dibahas lagi!" Seru Rachel sembari menyetir, memfokuskan pandangannya ke depan.

"Lagipula gue yakin kok, Megan nggak bener-bener ninggalin lo, Ra. Dia sesayang itu sama lo. Nggak mungkin dia mau ninggalin lo," sela Clara, masih berusaha berpikir positif. "Dia nggak mungkin semenyerah itu. Lo tahu kan? Dari dulu sampai sekarang pun dia masih tetep nggak mau kehilangan lo!"

"Tapi.. dia lepas gue malam itu. Gue mohon-mohon sama dia untuk nggak lepasin gue, dan ya.. dia tetep tinggalin gue. Itu berarti, dia udah siap kehilangan gue," Jawab Mora dengan mulut yang bergetar, kedua matanya berkaca-kaca lagi.

Clara dan Rachel hanya bisa terdiam. Kebingungan dengan sikap Megan. Mereka berdua pun tak tahu mengapa Megan melakukan hal itu, karena ini semua seperti bukan kehendaknya. Mereka berdua kenal dan tahu betul tentang Megan, sudah sedari lama mereka berteman dan rasanya amat sangat mustahil jika tiba-tiba saja Megan melepaskan Mora— seseorang yang dicintainya begitu saja.

Lalu, Rachel memberhentikan mobilnya di depan kedai kopi yang cukup terbilang hits di Kota Jakarta. Mereka bertiga pun turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kedai kopi itu. Setelah memesan tiga Ice Caramel Latte, mereka bertiga pun duduk di kursi yang terletak di paling ujung cafe ini, agar Mora bisa kembali menangis sepuasnya di hadapan mereka. Rachel dan Clara duduk bersampingan, sementara Mora duduk di depan mereka.

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now