Chapter 30 - Reuni (2)

2.2K 222 297
                                    

Renatha membuat kebahagiaan itu menghilang seketika. Mora yang ketika itu sedang memeluk Megan kontan saja langsung melepaskan pelukannya, merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. "Sorry, Ren. Gue—"

Plak! Belum saja Mora menyelesaikan ucapannya, Renatha telah sukses menampar Mora hingga semua orang mengarahkan pandangannya pada Renatha sekarang. "Dasar perempuan murahan! Kamu pikir kamu siapa bisa memeluk calon suami orang sembarangan? Hah?!" Seru Renatha marah, Megan yang melihat semua itu pun geram, lantas ia menarik kerah blazer yang sedang Renatha pakai hingga membuat Renatha bergidik ketakutan. Belum pernah ia melihat Megan yang semarah itu padanya.

"Berani lo nampar Mora? Hah?!" Teriak Megan hingga membuat semua teman-teman Destroyernya datang berusaha melerai, "Kalau lo bukan perempuan! Udah gue bunuh lo malam ini juga!"

Sementara itu, Mora yang masih berada disana hanya bisa memegangi pipinya yang panas dan memerah. Alivio kontan saja datang untuk menolong Mora, "Ra? Kamu nggak apa-apa kan? Mana yang sakit?" Tanya Alivio, namun tidak ada jawaban apapun dari Mora. Alivio yang juga geram pun lantas menumpahkan kemarahannya pada Megan.

"Lihat? Ini semua gara-gara cewek lo, anjing!" Seru Alivio sembari memukul Megan hingga jatuh ke belakang.

Tak mau kalah begitu saja, Megan langsung saja beranjak dari tempatnya sembari menghapus darah yang sempat mengalir di bibirnya. Megan dengan sangar langsung menghampiri Alivio dan menarik kerah kemejanya. Kemudian, ia menyeringai, "Heh anjing! Mora itu punya gue dari dulu, membelanya seperti itu seakan-akan dia milik lo itu malu-maluin diri lo sendiri!" Megan lalu dengan sekuat tenaga ia membalas pukulan Alivio dengan satu tangannya hingga Alivio pun terjatuh. Megan yang begitu menggebu lantas dengan liar berkali-kali memukuli Alivio ketika Alivio tergeletak tak berdaya.

Kelvin dan teman-temannya yang melihat itu pun langsung menarik Megan darisana, "Gan! Cukup! Lo mau bunuh anak orang disini, hah?!" Seru Kelvin menyadarkan Megan.

"Heh bajingan! Jangan pernah lagi lo taro kaki lo di Bandung, karena gue bakalan jadi orang pertama yang bikin lo babak belur!" Teriak Megan dengan pakaian yang sudah kusut.

Alivio pun berusaha bangkit dari tempatnya dan menoleh ke arah Renatha, "Ini semua gara-gara lo! Jangan cuma diem setelah apa yang lo lakuin! Cewek kayak lo, nggak pantes di cintai, karena lo nggak punya hati!" Serunya lagi sebelum akhirnya Mora menggotong tubuhnya dan membawa Alivio keluar dari tempat itu, berusaha menjauhkannya dari Megan. Semoga Megan akan mengerti, batin Mora.

Megan masih berdiri disana, memandangi Renatha dengan napas yang naik turun, kedua tangannya mengepal sempurna seakan siap menelan Renatha hidup-hidup. Renatha yang melihat itu pun hanya menangis dan bediam diri. Ia bahkan takut pada Megan, ia tidak ingin melihat Megan sekarang. Lelaki itu begitu menakutkan.

"Megan.. kenapa kamu kayak gini sama aku? Aku tuh calon istri kamu! Kenapa kamu malah bela dia?" Renatha membela diri, "Megan—"

"Jangan pernah sebut nama gue, brengsek!" Teriak Megan. Sementara semua teman-temannya berusaha membuat Megan tenang. Mereka membawa Megan kembali duduk ke tempatnya, meninggalkan Renatha yang masih berdiri disana sembari menangis. Alumni lain yang tadi sempat menonton masalah itu pun kembali duduk di tempatnya masing-masing. Acara kembali berjalan sebagaimana mestinya walaupun Mora sudah tak lagi kembali ke tempatnya. Pembawa acara kembali mencairkan suasana setelah tadi sempat ada ketegangan di ruangan itu.

Renatha yang tidak ingin berada di restaurant ini pun lantas melangkahkan kakinya pergi sambil menangis. Ia tidak ingin melihat lagi Megan yang semarah itu padanya. Di dalam batinnya ia bertanya-tanya, memangnya apa salahnya? Renatha hanya tidak ingin Mora menyentuh calon suaminya. Renatha sungguh takut jika Megan akan kembali pada Mora setelah tadi mereka sempat bertemu. Renatha benar-benar takut semua ini akan berakhir. Kini, perempuan itu hanya bisa menangis sembari memikirkan apa yang selama ini menjadi ketakutannya. Entah dengan apa ia harus pulang, ia hanya masih takut jika Megan akan kembali menyakitinya lagi.

Mora & Megan 2Onde histórias criam vida. Descubra agora