Chapter 40 - Pertemuan Terakhir?

2.3K 218 100
                                    

Tiga hari menjelang pernikahan, Renatha dan Megan telah selesai menggelar acara pengajian di rumah Megan. Kini semuanya telah bebas menyantap berbagai makanan mewah di rumah itu, beberapa orang yang datang terlambat pun langsung menghampiri Renatha dan Megan yang berdiri di tengah-tengah rumah megah itu untuk memberikan selamat. Namun, raut wajah Renatha dan juga Megan terlihat tidak bahagia. Bahkan, David bisa merasakannya. Tapi, mereka tidak ingin semua tamu menyadari itu. Apalagi, banyak teman-teman David juga Tegar yang rela datang dari kota yang berbeda.

Sementara itu, Mora, Kelvin, Alivio dan Ramon baru turun dari mobil ketika acara itu hampir selesai. Melihatnya dari jauh saja, Mora rasanya seperti ingin berlari, tapi ia tidak bisa, ia harus menghadapi semua ini. Perlahan Alivio menggandeng tangan Mora untuk menjadi kuat dan mampu menghadapi Megan walaupun kenyataannya sulit.

Mereka sekarang telah memasuki rumah megah itu, Mora berada di belakang Alivio, tidak sanggup melihat Megan. Tapi, baginya ini adalah kesempatan terakhir untuk bertanya pada Megan soal hubungan mereka sekarang ini. Apakah ini adalah pertemuan terakhir untuk mereka? Mora belum tahu jawabannya, dia akan mendapatkan jawabannya hari ini, dari mulut Megan sendiri.

Belum saja berhasil menghampiri Megan, Mora langsung melepaskan genggaman Alivio dan berlari keluar rumah itu karena tak kuasa menahan tangis. Megan yang dapat melihat itu langsung saja berlari menghampiri Mora. Dia tahu perempuan itu adalah Mora, satu-satunya perempuan yang ia cintai. Megan bahkan sama-sama bisa merasakan kesakitan itu, andai saja Mora tahu. Hari ini, mungkin saatnya Megan melepaskan seseorang yang begitu berarti untuknya, hanya untuk menghentikan rasa sakit Mora yang selama ini ia rasakan.

Mora berdiri di samping mobil Kelvin menangis hebat, Megan pun ada di belakang Mora ikut bersedih, "Ra.." Panggilnya lirih.

"Sedih rasanya.. hadir di acara orang yang aku cintai, yang sebentar lagi akan berbahagia bersama orang lain.." ucap Mora sembari menangis tersedu-sedu, ia tahu kalau suara yang ada di belakangnya itu adalah Megan.

Megan diam, menundukkan wajahnya, menahan kesedihannya.

"Mora nggak ngerti, Megan.. kamu bilang kita harus berjuang sama-sama, demi hubungan kita. Tapi? Apa artinya semua ini? Kamu tetap akan pergi dengan yang lain.."

"Tidak kah kamu lelah, Ra? Kita sudah melakukan segala cara untuk menggagalkan pernikahan ini, termasuk Renatha. Tapi apa? Semuanya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Megan ataupun Renatha nggak punya pilihan lain, ini semua bukan kehendak kita.." Jawab Megan.

Mora membalikkan tubuhnya dan membalas, "Aku nggak pernah lelah, demi membuat kamu kembali sama aku.. Tapi, kamu? Kamu lelah? Apa hanya sampai sebatas ini perjuangan kamu untuk mendapatkan aku kembali?"

Megan lagi-lagi diam.

"Aku nggak rela melepaskan kamu untuk bersama orang lain, Megan! Aku nggak pernah rela!" Seru Mora, matanya menatap Megan penuh air mata.

"Tapi Megan nggak punya pilihan lain, Ra. Lagipula.. Megan sudah berjanji pada diri Megan sendiri, kalau hari ini, Megan akan melepaskan kamu.."

Deg.

"Melepaskan— aku?" ulang Mora dengan bibir yang bergetar.

Megan mengangguk, "Megan nggak ingin lukai hati kamu lebih dari ini, Ra.. kita harus akui takdirnya, kalau kita nggak mungkin terus sama-sama."

"Apa kamu yakin dengan semua ini, Megan? Menikahi orang yang tidak kamu cintai? Dan aku? Aku sudah berusaha mendapatkan kamu kembali! Kapan kamu bisa mengerti kalau aku— ingin terus bersama kamu, apapun rintangannya akan aku lalui, demi kamu! Tapi kamu melepasku?" Mora bahkan sudah kehabisan air matanya setelah Megan berkata seperti itu padanya, ini semua sudah terlampau sakit.

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now