Chapter 26 - Menjagamu

1.9K 171 227
                                    

"Jaga diri baik-baik? Kamu pikir aku nggak bisa jaga Megan dengan baik? Brengsek!" Seru Renatha geram saat Mora sudah mematikan sambungan teleponnya.

Renatha kemudian melemparkan ponselnya itu ke atas meja dan kembali menangis. Sudah semalaman ini setelah pulang dari pesta ulang tahun Megan ia menangis. Entah kenapa rasanya menyakitkan ketika melihat Megan melakukan itu hanya karena ia tidak ingin pernikahan itu ada. Renatha hanya berpikir, apa yang masih kurang darinya? Apa yang masih saja tidak cukup untuk Megan? Padahal Renatha sudah melakukan segalanya.

"Kalau saja Mora tahu soal ini, tahu soal apa yang terjadi sebenarnya. Ia pasti tertawa lebar, ia pasti ingin menertawakanku," Batin Renatha.

Renatha kemudian menghapus air matanya yang sedari tadi membasahi pipi, "Apa begini rasanya mencintai tapi tidak dicintai? Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menerimaku kembali? Aku bahkan nggak bisa lepasin kamu gitu aja, Megan. Aku sudah pernah melakukan itu dan aku nggak mau lagi.." ujar Renatha dengan suara yang bergetar. Hatinya selalu sakit ketika ia mengingat Mora dan juga Megan yang sama-sama mempunyai cinta yang besar. Mungkin Renatha harus lebih bersabar lagi. Tidak mudah menaklukan kembali hati Megan. Mungkin dengan bersabar, Renatha bisa membuat Megan kembali mencintainya.

Renatha lalu meminum obat tidurnya lagi, untuk kesekian kalinya. Entah sejak kapan Renatha harus meminum obat itu hanya untuk bisa tertidur lelap. Renatha hanya tidak ingin terlalu banyak pikiran karena Megan dan juga Mora. Ia hanya ingin tidur dengan tenang, tanpa semua pikiran yang seringkali mengganggunya.

"Cepat atau lambat, ini semua akan berakhir," Gumam Renatha, "Ketika aku dan Megan telah sah menikah, ini semua akan berakhir. Kami akan tetap menikah, bagaimanapun caranya.."

Hari sudah berganti menjadi pagi, matahari sudah muncul memancarkan cahayanya. Renatha yang masih tertidur pulas pun akhirnya terbangun oleh karena cahaya matahari yang menghujam matanya. Bangun dari tidur, Renatha langsung saja turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya untuk menyapa sang Ayah—Tegar. Begitu kakinya menginjak lantai ruang tengah, seseorang tengah duduk di sofa rumahnya sembari memeluk mesra Ayahnya. Renatha tidak mengenal siapa orang itu. Ini sudah kesekian kalinya Ayahnya membawa pulang perempuan asing yang berbeda-beda.

"Pa?" ujar Renatha berusaha menyadarkan Ayahnya.

Papa Renatha— Tegar, langsung saja menoleh pada anaknya, "Hey, sayang. Kamu sudah bangun? Sini, papa kenalin. Ini Tante Rose. Dan Rose, dia anakku satu-satunya, Renatha."

Renatha hanya tersenyum kecil sembari melengos kearah dapur, "Yap! Siapalagi sekarang yang Papa bawa? Lama-lama rumah ini mungkin akan menjadi hotel? Atau mungkin tempat prostitusi?"

Tak terima dengan kata-kata yang Renatha lontarkan, Tegar langsung menghampiri anaknya dengan wajahnya yang memerah, "Kenapa kamu bilang begitu? Apa sopan bicara seperti itu pada Ayah kandungmu sendiri?"

"Apakah Papa pernah mengingat Mama? Satu kali saja? Tidak, kan? Mama sekarang udah nggak ada dan apa yang Papa lakukan?" Tanya Renatha, "Kenapa aku merasa, papa bahkan nggak mencintai aku dan Mama sama sekali?"

Tegar diam mendengar itu.

"See? Papa nggak bisa jawab kan? Udah ya, Renatha mau ke rumah Megan, mau rawat dia," ujar Renatha melengos pergi sembari membawa roti untuk sarapan paginya ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Renatha hanya memakan roti itu sembari menangis sesenggukan. Dia rindu Mamanya, bukan perempuan-perempuan jalang itu! Ia rindu di cintai, rindu kasih sayang.. Renatha hanya ingin merasa di cintai karena ia tidak pernah mendapatkan semua itu. "Kenapa tidak ada yang bisa mencintaiku dengan tulus? Bahkan Papa.. papa tidak sayang padaku. Kenapa harus seperti ini.."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now