Chapter 17 - Persiapan Pernikahan

3.4K 171 65
                                    

"Apakah masih ada yang sakit? Bagaimana rasanya? Aku tahu itu sakit, jangan berpura-pura baik-baik saja," ucap Renatha saat sedang berjalan bersamaan dengan Megan. Satu tangannya mengusap-usap tangan Megan yang masih di balut perban. Megan sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit semenjak tiga hari yang lalu. Namun, Megan menjadi seseorang yang murung dan pendiam sejak kejadian itu. Bahkan, Renatha pun merasakannya, Megan berbeda total dari Megan yang dulu ia kenal.

"Tak perlu menyentuhku," ujar Megan dingin. Kemudian ia menggeserkan badannya sedikit agak menjauh dari Renatha.

Pagi ini, Megan, Renatha, dan kedua orang tua Megan sedang berjalan bersama-sama di dalam suatu gedung yang merupakan pusat dari wedding organizer terkenal di Bandung. Mereka kini sedang melihat-lihat contoh yang menempel di dinding ruangan itu dari seluruh wedding yang pernah mereka kerjakan. Semuanya terlihat mewah dan megah, begitu terorganisir dengan baik. Jelas saja David begitu tertarik dengan wedding organizer tersebut. David sudah membayangkan bagaimana jadinya nanti pesta itu di buat. Megan dan Renatha yang akan berdiri di pelaminan, dan dia bersama Tegar berdiri di sampingnya, semuanya nampak sempurna.

"Aku ingin pernikahan yang serba putih, berada di outdoor, dan semuanya terlihat mewah juga megah. Buatlah sehebat mungkin, berapapun harganya akan ku bayar," ucap David—Ayah Megan sumringah.

"Nggak, Megan nggak setuju," ucap Megan, ia merasa sedih saat Ayahnya memaparkan rencana yang ia miliki itu pada tim wedding organizer, karena pasalnya, tema pernikahan yang seperti itulah yang Megan cita-citakan bersama Mora dulu. Mereka berangan-angan, ingin menikah dengan konsep serba putih, juga berada di outdoor, sama seperti halnya yang Ayahnya katakan tadi.

"Kenapa? Bukankah pernikahan itu sedang trending di jaman sekarang? Ayah pikir itu bagus," Jawab David sembari tersenyum menatap anaknya.

Megan diam. Dia tidak tahu harus berkata apa saat itu. Ia berpikir jika saja ia bicara soal alasannya itu, kemarahan akan kembali meledak-ledak di sana saat ia katakan bahwa konsep itu yang ia inginkan bersama Mora. Megan sedikit takut Ayahnya kembali membentaknya di hadapan semua orang. Tapi.. siapa peduli? Lagipula jika dipikir lagi, Megan tidak ingin pernikahan ini ada bukan?

"Bagus, Ayah. Aku suka konsepnya, sama persis dengan apa yang aku inginkan ketika aku menikah nanti," ujar Renatha memantapkan segala rencana.

Megan yang berdiri di samping Renatha lalu menatapnya marah, bagaimana bisa ia berkata seperti itu?

"Baik, baguslah jika calon mempelai setuju. Apakah ada rekomendasi lain?" Tanya David.

Merasa muak berada di sana, Megan hanya membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi menjauh dari sana. Kontan saja apa yang ia lakukan itu membuat David terkejut, "Megan! Mau kemana kamu?!"

"Sssh.. bersabarlah sedikit.." Stella berusaha menurunkan emosi David, "Megan kau mau kemana, Nak?"

"Pergi. Ada urusan," ucap Megan, "Papa atur saja apa yang Papa inginkan."

"Maksudmu?" Tanya David menjadi naik darah, "Kau tetap tidak menginginkan ini semua setelah kejadian kemarin itu? Apa kau tidak ingin melihat kedua orang tuamu bahagia, Megan? Lagipula, apa yang akan kau dapatkan dari seorang Mora?"

"Mora adalah segalanya. Seperti kau menganggap Mama adalah segalanya. Tidak bisakah kau memposisikanku seperti dirimu dulu, Papa? Bukankah cinta yang membuatmu menikahi Mama?" ucap Megan membuat David bungkam.

"Terserah apa katamu, Megan. Orang tua lebih tahu apa yang akan membuat anaknya bahagia."

Megan berdecak kesal, "Untuk kebahagiaanku atau untuk kebahagiaanmu? Sudah, Megan nggak mau ada di sini. Lebih baik Megan pergi."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now