Chapter 20 - Ada aku yang sayang padamu

2.1K 140 64
                                    

Kimora Letisha. Entah kenapa nama itu tidak bisa lenyap dari pikiran Megan, seolah hanya ada nama itu di bumi. Malam ini Megan bertekad untuk bertemu Mora sekali lagi, untuk yang terakhir janjinya. Walaupun ia sendiri tak tahu apakah ia bisa menepati janjinya itu?

Megan datang malam ini di Jakarta. Sambil tersenyum-senyum, berharap ia akan melihat wajah manis Mora, hanya malam ini. Mobil sedan hitam miliknya itu kini sudah berada di jalan dimana Mora harusnya berada. Namun, waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, jalanan itu sudah sepi termasuk kost-kostan Mora. Belum saja turun, tiba-tiba saja sebuah mobil memasuki area jalanan itu dan terparkir tepat bersebrangan dengan mobilnya. Megan tetap diam di mobil, sembari bertanya mobil siapakah yang terparkir itu?

Tak lama kemudian, seseorang turun dari sana. Orang itu adalah Alivio. Ia kemudian membukakan pintu di sampingnya itu, yang tidak lain tidak bukan adalah Mora. Keduanya berwajah senang malam ini tidak sepertinya yang begitu tak karuan seperti sudah tertimpa musibah yang begitu besarnya. Melihat itu, Megan tak ingin tinggal diam. Lantas, Megan segera turun dari mobilnya dan memanggil nama yang selama ini selalu diam di pikirannya, "Mora!"

Mora pun menoleh pada Megan, "Megan?"

Megan kemudian melangkahkan kakinya mendekat pada Mora dan juga Alivio, "Bolehkah aku pinjam sebentar Mora, Vio? Ada hal yang perlu aku bicarakan dengannya."

Alivio tersenyum kaku lalu menjawab, "Tentu saja. Aku akan menunggu di dalam, Mora. Hati-hati."

Mora mengangguk pada Alivio kemudian berjalan mengikuti Megan masuk ke dalam mobilnya. Begitu masuk, suasana hening mulai terasa. Antara Mora ataupun Megan keduanya begitu canggung, tidak seperti dulu saat mereka bertemu. Bahkan, Megan hampir dibuatnya menangis. Ia tak bisa menahan perasaannya saat ini.

"Kamu— apa kabar, Ra?" Tanya Megan, pandangannya lurus kedepan, tidak berani menoleh pada Mora sedikit pun.

"Baik, Megan. Baik sekali," ucap Mora. "Kamu— apa kabar? Dan— Renatha, apa dia baik baik saja?"

"Kenapa kamu bertanya soal Renatha?" Tanya Megan, "Kamu sudah mengenalnya?"

"Aku hanya tahu namanya," Dusta Mora. Padahal Renatha sudah bertemu dengannya sekali waktu itu.

"Apa kamu nggak sedih, Ra?" Tanya Megan lagi, suaranya bergetar kali ini, "Apakah kamu merasa semua ini baik-baik saja? Karena Megan nggak merasa begitu."

Mora diam. Dia tidak mengeluarkan satu atau dua patah katapun. Pandangannya lurus ke depan.

"Apakah kamu menginginkan pernikahan ini ada? Apakah kamu nggak akan menghentikan semua pernikahan ini?"

Mora tetap diam.

"Megan pikir kamu akan berjuang, untuk Megan, Ra. Pernikahan ini— kalau saja Megan bisa menghentikannya, pasti akan Megan hentikan. Kamu tahu siapa yang Megan cintai, Ra. Orang itu bukan Renatha."

Mora lagi-lagi diam, dan hanya bisa menundukkan wajahnya.

"Megan begitu berharap, kamu akan bilang pada Megan kalau kamu nggak ingin pernikahan itu ada. Kamu akan meyakinkan Megan kalau kamu ada untuk Megan, mencintai Megan. Tapi kamu hanya diam. Apa Mora benar, mencintai Megan? Karena Megan sekarang berpikir, Mora nggak merasakan itu.."

"Apa yang kamu harapkan dari aku?" Tanya Mora, "Merusak pernikahanmu? Berkata pada Renatha kalau kamu itu milikku?"

"Iya." Jawab Megan tegas, "Karena itu tandanya, Mora berjuang untuk Megan. Kamu tidak ingin kehilangan Megan. Tapi kamu diam saja, Ra. Kamu seolah merasa biasa ketika Megan tidak pernah menemuimu lagi."

Mora & Megan 2Where stories live. Discover now